Emansipasi perempuan, kesetaraan gender, kodrat perempuan, persamaan hak, dan sebagainya... dan sebagainya...
Wacana tentang seberapa penting kaum perempuan, bagaimana sebenarnya kodrat perempuan didalam kehidupan, sebenarnya bukan lagi bacaan asing. Banyak sekali yang mengupas tantang bagaimana sebenarnya peran perempuan.
Well, secara struktur tubuh, laki - laki dan perempuan sudah jelas berbeda. Dimulai dari hal yang paling mendasar saja, yaitu kromosomnya sudah berbeda. Perempuan dengan XX dan laki-laki XY. Sementara itu dari sifatnya juga sudah berbeda bahkan sejak masih berbentuk sperma. Sperma dengan kromosom XX bergerak lebih lambat daripada sperma dengan kromosom XY yang bergerak sangat gesit tapi mudah mati karena pertahanan terhadap asam rahim yang lemah. Sementara sperma XX, yang merupakan cikal bakal seorang perempuan, meskipun jalannya lebih lambat, mereka lebih kuat menghadapi asam dari rahim yang bisa membunuh mereka. Itu sifat dasar laki-laki dan perempuan dari sejak mereka menjadi sperma sampai menjadi manusia. Laki-laki memiliki fisik yang kuat, yang bisa bergerak gesit dan cepat. Mereka mampu menerobos segala kemungkinan dan memiliki tekad yang biasanya lebih kuat dari perempuan. Laki-laki hampir bisa melakukan apa saja yang berhubungan dengan fisik, kekuatan, kecepatan. Tapi mereka akan cenderung sulit untuk bangkit jika gagal. Saat ada satu masalah yang menghalangi mereka dan membuat mereka jatuh, sakit hati, patah hati, masadepan hancur, mereka akan sangat susah untuk bangkit dan memulai lagi. Sama seperti sifat sperma XY. Sifat dasar laki-laki, percaya atau tidak.
Sebaliknya untuk perempuan.Perempuan secara fisik cenderung lemah dibanding laki-laki. Lebih senang berjalan pelan, lebih suka menjalani semua kondisi dengan menikmatinya, lebih pelan-pelan mengambil sikap, mempertimbangkan semuanya dengan baik, bukan hanya dengan pikiran tapi lebih ke perasaan, menghayati semua jenis kondisi, kondisi bahagia maupun sedih. Itulah mengapa perempuan mudah sekali menangis. Karena mereka menikmati rasa sakit, rasa kecewa, rasa sedih, rasa haru. Walaupun mereka tidak bisa gesit seperti laki-laki, walaupun mereka tidak bisa lebih kuat dari laki-laki. Tapi, meskipun secara fisik perempuan lemah, tidak sekuat laki-laki, tetapi seorang perempuan akan lebih mudah bangkit saat mereka terjatuh, mereka akan lebih bisa menyikapi keadaan saat gagal. Mereka mungkin akan menangis sejadi-jadinya, akan tetapi mereka bisa menyembunyikanya dengan mudah dan bangkit kembali. Mereka bisa tetap berjalan walaupun sudah tidak ada harapan lagi. Itulah mengapa wanita selalu mudah move on, selalu terlihat rumit, selalu terlalu berperasaan. Karena itulah sifat dasar perempuan, bahkan sejak menjadi sperma.
Laki-laki selalu bilang, 'aku nggak paham kenapa wanita rumit sekali'
dan perempuan selalu bilang 'aku nggak paham gimana cara kerja otak laki-laki, mereka nggak peka'
Well, dua pertanyaan ini akan selalu saja seperti itu. Dan itu bukan pertanyaan, itu sebuah pernyataan.
Bahwa memang dari sudut laki-laki, wanita sangat rumit. Bagaimana tidak, mereka berharap laki-laki mengingat setiap tanggal istimewa, menganggap laki-laki tidak peka karena tidak tahu perasaan mereka, selalu mengharap laki-laki tau semua keinginan-keinginan mereka, memiliki mood yang mudah berubah,
udah dibela-belain ninggalin PS buat jemput, malah diomelin gara-gara telat...
seharian ini kita jalan, aku nggak terlambat jemput, dandanku rapi dan nggak ada yang salah tapi kok dia marah-marah mulu sih... ternyata gara-gara aku lupa hari ini 2 bulan aku sama dia pacaran... ah, masak aku harus ingat semua tanggal...
ya ampun, dia marah lagi... aku nggak tau apa salahku...! dan sebagainya dan sebagainya'
Sementara wanita selalu merasa laki-laki nggak peka, semua laki-laki sama saja. Bagaimana tidak, mereka tidak pernah tau apa kesalahan mereka, mereka berbuat sesuka hati mereka dan nggak berfikir kalo itu menyakiti perempuan, tanggal ulang tahun saja lupa, tanggal jadian saja lupa, masak laki-laki selalu menuntut, mereka seharusnya paham kenapa perempuan marah saat jemputan mereka tidak tepat waktu, mereka seharusnya tau kalo perempuan sedang jatuh cinta sama mereka,
kok mereka gini ya, apa jangan-jangan...
eh dia ngeliat kearahku, jangan-jangan dia...
ah, semua laki-laki sama, brenksek semua, si dia tiba-tiba jadian sama cewek lain, padahal jelas-jelas dia suka sama aku...
masak aku harus bilang kalo aku nggak suka kalo dia kerja kelompok sama orang itu, laki-laki memang nggak peka! dan sebagainya dan sebagainya....
Well, terkadang perempuan lupa kalau laki-laki tidak bisa membaca pikiran orang. Satu hal lagi, perempuan memang mudah memaakan semua kesalahan laki-laki meskipun itu keterlaluan, tapi jangan harap mereka lupa.
Selasa, 23 Juli 2013
Kamis, 18 Juli 2013
Kisah Romantis Ali Bin Abi Thalib dengan Fatimah binti Muhammad
Ada rahasia terdalam di hati Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah. Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya. Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya. Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta. Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta. Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya.
Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis. Muhammad ibn 'Abdullah Sang Tepercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya! Maka gadis cilik itu bangkit. Gagah ia berjalan menuju Ka'bah. Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam. Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali. Mengagumkan!
Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta. Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan. Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi. Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah. Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan; Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu
"Allah mengujiku rupanya", begitu batin ’Ali.
Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakar. Kedudukan di sisi Nabi? Abu Bakar lebih utama, mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti 'Ali, namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi. Lihatlah bagaimana Abu Bakar menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah sementara 'Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya.
Lihatlah juga bagaimana Abu Bakr berda’wah. Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakar; 'Utsman, 'Abdurrahman ibn 'Auf, Thalhah, Zubair, Sa'd ibn Abi Waqqash, Mush'ab.. Ini yang tak mungkin dilakukan kanak-kanak kurang pergaulan seperti 'Ali.
Lihatlah berapa banyak budak Muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakar; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, 'Abdullah ibn Mas'ud.. Dan siapa budak yang dibebaskan 'Ali? Dari sisi finansial, Abu Bakar sang saudagar, insya Allah lebih bisa membahagiakan Fathimah.
'Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin. "Inilah persaudaraan dan cinta", gumam 'Ali.
"Aku mengutamakan Abu Bakar atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku."
Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan
Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu.
Lamaran Abu Bakr ditolak. Dan ’Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri. Ah, ujian itu rupanya belum berakhir. Setelah Abu Bakr mundur, datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa, seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum Muslimin berani tegak mengangkat muka, seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh- musuh Allah bertekuk lutut.
'Umar ibn Al Khaththab. Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah. 'Umar memang masuk Islam belakangan, sekitar 3 tahun setelah 'Ali dan Abu Bakar. Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya? Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman? Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya 'Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin? Dan lebih dari itu, 'Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata, "Aku datang bersama Abu Bakar dan 'Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan 'Umar, aku masuk bersama Abu Bakr dan 'Umar.."
Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah. Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana 'Umar melakukannya. 'Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam. Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam. Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir. Menanti dan bersembunyi.
'Umar telah berangkat sebelumnya. Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka'bah. "Wahai Quraisy", katanya. "Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah. Barangsiapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang 'Umar di balik bukit ini!" 'Umar adalah lelaki pemberani. 'Ali, sekali lagi sadar. Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah. Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak. 'Umar jauh lebih layak. Dan 'Ali ridha.
Cinta tak pernah meminta untuk menanti
Ia mengambil kesempatan
Itulah keberanian
Atau mempersilakan
Yang ini pengorbanan
Maka 'Ali bingung ketika kabar itu meruyak. Lamaran 'Umar juga ditolak.
Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi? Yang seperti 'Utsman sang miliarderkah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah? Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi'kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah? Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri.
Di antara Muhajirin hanya 'Abdurrahman ibn 'Auf yang setara dengan mereka. Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka? Sa'd ibn Mu'adz kah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu? Atau Sa’d ibn 'Ubaidah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu?
"Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?", kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunan. "Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi.. "
"Aku?", tanyanya tak yakin.
"Ya. Engkau wahai saudaraku!"
"Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?"
"Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!"
'Ali pun menghadap Sang Nabi. Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah. Ya, menikahi. Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya. Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya. Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap? Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap? Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang.
"Engkau pemuda sejati wahai 'Ali!", begitu nuraninya mengingatkan. Pemuda yang siap bertanggungjawab atas cintanya. Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan- pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya. Lamarannya berjawab, "Ahlan wa sahlan!" Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi.
Dan ia pun bingung. Apa maksudnya? Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan. Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab. Mungkin tidak sekarang. Tapi ia siap ditolak. Itu resiko. Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab. Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan. Ah, itu menyakitkan.
"Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?"
"Entahlah.."
"Apa maksudmu?"
"Menurut kalian apakah 'Ahlan wa Sahlan' berarti sebuah jawaban!"
"Dasar tolol! Tolol!", kata mereka,
"Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua! Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya !"
Dan 'Ali pun menikahi Fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya. Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan ke kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya. Itu hutang.
Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, 'Umar, dan Fathimah. Dengan keberanian untuk menikah. Sekarang. Bukan janji-janji dan nanti-nanti.
'Ali adalah gentleman sejati. Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel, "Laa fatan illa 'Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!" Inilah jalan cinta para pejuang. Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggung jawab. Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti 'Ali. Ia mempersilakan. Atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan. Yang kedua adalah keberanian.
Dan ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Putri Sang Nabi, dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari (setelah mereka menikah) Fathimah berkata kepada 'Ali, "Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali jatuh cinta pada seorang pemuda"
'Ali terkejut dan berkata, "kalau begitu mengapa engkau mau manikah denganku? dan Siapakah pemuda itu?"
Sambil tersenyum Fathimah berkata, "Ya, karena pemuda itu adalah Dirimu" ini merupakan sisi ROMANTIS dari hubungan mereka berdua.
Kemudian Nabi saw bersabda: "Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memerintahkan aku untuk menikahkan Fatimah puteri Khadijah dengan Ali bin Abi Thalib, maka saksikanlah sesungguhnya aku telah menikahkannya dengan maskawin empat ratus Fidhdhah (dalam nilai perak), dan Ali ridha (menerima) mahar tersebut."
Kemudian Rasulullah saw. mendoakan keduanya:
"Semoga Allah mengumpulkan kesempurnaan kalian berdua, membahagiakan kesungguhan kalian berdua, memberkahi kalian berdua, dan mengeluarkan dari kalian berdua kebajikan yang banyak." (kitab Ar-Riyadh An-Nadhrah 2:183, bab4)
Kisah Romantis ini diambil dari buku Jalan Cinta Para Pejuang, Salim A.Fillah
chapter aslinya berjudul "Mencintai sejantan 'Ali"
copy paste dari http://inmotivasi.blogspot.com/2013/04/kisah-cinta-romantis-ali-dan-fatimah.html
Kamis, 11 Juli 2013
Again and Again -Yoroh
I keep thinking of you, I can’t help it
Suddenly, I think of you and I smile
Suddenly, I think of you and I smile
The scent that entered my heart
It still clearly remains
Just like saying I love you or I miss you
It’s not that easy for me, for me
It still clearly remains
Just like saying I love you or I miss you
It’s not that easy for me, for me
Love is caring for one another
Love is being together
Love is simply that
But you are not here now
Feelings are thinking of that person everyday
Feelings are drawing you out
Feelings will continue like this
so what do I do now?
Love is being together
Love is simply that
But you are not here now
Feelings are thinking of that person everyday
Feelings are drawing you out
Feelings will continue like this
so what do I do now?
The scent that entered my heart
It still clearly remains
Just like saying I love you or I miss you
It’s not that easy for me, for me
It still clearly remains
Just like saying I love you or I miss you
It’s not that easy for me, for me
Love is caring for one another
Love is being together
Love is simply that
But you are not here now
Feelings are thinking of that person everyday
Feelings are drawing you out
Feelings will continue like this
so what do I do now?
Love is being together
Love is simply that
But you are not here now
Feelings are thinking of that person everyday
Feelings are drawing you out
Feelings will continue like this
so what do I do now?
Love is…You are not here now
Love is caring for one another
Love is being together
Love is simply that
But you are not here now
Feelings are thinking of that person everyday
Feelings are drawing you out
Feelings will continue like this
so what do I do now?
Love is being together
Love is simply that
But you are not here now
Feelings are thinking of that person everyday
Feelings are drawing you out
Feelings will continue like this
so what do I do now?
Langganan:
Komentar (Atom)