Aku sudah benar benar ingin menulis sesuatu tentang dia disini semenjak beberapa waktu yang lalu. Tapi mungkin sampai sekarang tidak ada yang benar benar bisa kutulis. Bukan seseorang yang tak memiliki arti, lebih dari itu. Seorang teman yang berawal dari bukan teman. Dari setetes kekaguman yang bergumul menjadi sebuah ilusi. Tentang seorang anak yang ingin mendapatkan permen. Meskipun ia tahu, permen itu milik seorang pujangga.
.
Ini tidak benar. Aku benar-benar tidak tahu apa yang ingin kutulis. Mungkin tentang keresahan yang mendalam. mungkin tentang angin yang bertiup disela sela jari. Mungkin tentang savana yang menghilang diujung kelingking.
Tentang buah pala yang merekah. Tentang sandal bututmu. Tentang surga. Yang berarti kau harus mati sebelumnya. Menikam dirimu sendiri. Menikmati ujung pisau yang bergerigi. Dan semua hanyalah ilusimu semata.
.
Tuh kan aku semakin absurd menulis ini. Tapi kumohon kawan, kali ini ijinkan aku menuiskan hal-hal gila yang tak teratur. ijinkan jari-jariku meragkai huruf demi huruf sesuka hatiku. Kali ini saja. Abaikan saja semuanya yang kutulis disini. Aku hanya melepas kampas rem di ujung jemariku.
.
Dipagi yang kurang ajar ini aku menemukan bahwa ya, kau ada disana. Disuatu tempat yang teduh. Bersama kenikmatan lainnya. Es kelapa muda, mungkin. Bersama sesuatu yang membuatku terengah. Hai kawan, bukankah sangat berlebihan bahkan dari puluhan postingan di blog ini ada dua postingan yang khusus kutujukan padamu? Oh meennn!
Satu hal tentang rasa bersalahku yang mendalam. Dan kali ini tentang keresahanku yang samasekali membuatku seperti zombie. Kau tahu zombie? Ya. samasekali seperti itu.
.
Aku pernah berjanji kepada diriku sendiri, untuk tetap seperti ini dan tidak akan pernah melebihi apa yang tak boleh kusentuh. Semut-semut ini sama-sama tahu apa yang harus dilakukan. Bahwa memakan gula terlalu banyak juga bukan merupakan keputusan yang cerdas. Tidak akan ada cerita selain pertemanan. Selain persahabatan. Tidak ada. Kami sama-sama tahu. Bahwa dunia ini bulat dan berputar. Bahwa keputusan terbaikku adalah memakan durian beserta kulitnya.
.
Seperti cicak didinding. Seperti gurauanmu tentang kita, seperti api yang tiba-tiba menyebar disela-sela peradaban. Angin yang membawa aroma kematian. Dengan rasa bersalah yang menggunung seperti kawanan rusa yang sedang mengamuk. Bukan karena ada ular yang membelit mereka, tapi karena mereka tahu, bahwa bagaimanapun, apapun yang bisa kau lakukan, mereka hanyalah rusa. Tak bisa menjadi ular. Bagaimanapun.
Mengetahui tatacara bagaimana menghadapi angin yang berhembus. Semudah membungkukkan badan ketika memegang ribuan kunci yang membuatmu menghela nafas. Pendek-pendek, tapi berirama. Seperti pedang yang ditarik dari tempatnya. Seperti jeruji besi yang kokoh menghalangi semuanya menjadi beradu, bercampur. Dan pada akhirnya segalanya tampak sangat kabur. Antara kau dengan apa yang kau inginkan dan yang terjadi dan yang membuatmu resah dan yang membuatnya ada.
Kau tahu, bahkan berlianpun tampak sangat keruh saat kau jatuhkan kedalam kebusukan ini. Membelai indah jari-jarimu sampai kau terluka. Membiarkan setiap detik nadimu berdenyut pelan sambil berbisik, membisikimu bahwa kau bisa tenggelam. Bukan makna yang sesungguhnya. Hanya untaian kata tak berarti yang akan membunuhmu secara perlahan. Pelan-pelan, tak terlihat, tak terasa, tapi mematikan.
.
Apa yang kau pikirkan? Bahwa kau tak memahami setiap kata yang kutulis disini? Kau pikir aku paham? Aku juga tak tahu. Tak paham, dan sangat malas untuk memahaminya. Sama. Sama seperti apa yang kurasakan saat ini. Ditengah pagi yang berembun ini. Dengan dia yang berada beberapa meter dariku. Dan semuanya terasa absurd dan tak bisa diartikan. Tapi, biarlah. Seperti segalanya yang kutulis disini. Biarkanlah apa adanya. biarkan menemukan jalannya sendiri, Tapi kita tentusaja tahu apa yang tak boleh disentuh. Bahkan ketika kau sangat halus seperti angin. Aku tak kan menangkapmu dengan tangan. Bukan karena tidak bisa, lebih karena memang seharusnya tidak kutangkap. Seperti kupu-kupu yang terbang mengitarimu. Yang bisa kau nikmati keindahannya hanya jika kau biarkan dia terbang disekelilingmu. Bukan kau tangkap dan kau miliki. Bukan. Dan aku tak peduli bahwa tak seharusnya kau terbang disekitar sini. Tak peduli. Benar-benar tak peduli.