Jumat, 25 April 2014

7 Peraturan Jatuh Cinta

Kali ini ijinkan saya 'ngeshare' sebuah tulisan dari bang Tere Liye yang bikin gregetan. Ini sebuah ulasan tentang 7 peraturan jatuh cinta versi dia, dan saya amini. haha....

**7 Peraturan Jatuh Cinta (Versi Darwis Tere Liye)
Kalian harus menguasai 'peraturan jatuh cinta' sbb:

1. Jatuh cinta itu memulainya amat mudah, tapi menghentikannya susah payah.
    Pahami peraturan sederhana ini. Buat kalian yang belum pernah jatuh cinta mungkin tidak tahu, tapi buat yang sekarang lagi patah hati, mereka sudah level S-3 atau profesor pahamnya. Maka, kalau kalian percaya dengan peraturan ini, berhati2lah selalu untuk jatuh cinta, bukan sebaliknya, malah asyik bermain dengan perasaan. Jangan coba2 membuka bendungan hati kalian, nanti jebol tidak terkendali. 

2. Jatuh cinta itu tidak pernah rumit. Sederhana. Selalu sederhana. Tapi orang2nya lah yang membuat rumit.
   Camkan baik2. Lagi2, buat kalian yang belum pernah jatuh cinta mungkin tidak paham, tapi besok lusa, ketika kalian mencemplungkan diri dalam urusan ini, ingat peraturan tersebut. Kitalah yang selalu membuat rusuh, galau, ribet, bego diri sendiri. Jatuh cintanya sih nggak. Cinta itu selalu simpel. Orang2nya yg rumit. Dalam urusan yang sudah pasti sekalipun orang2 tetap saja membuat rumit, apalagi dengan perasaan tidak jelas, hubungan tdk lurus, lebih rumit lagi.

3. Cinta itu bisa redup, bahkan padam, pun juga bisa menyala tinggi. Tergantung kita.
    Bohong banget kalau cinta orang itu terussss saja menyala tinggi. Itu hanya trik pemasaran film, buku2, dsbgnya. Dilebih2kan, biar yang nonton atau baca senang hatinya. Cinta itu persis seperti api unggun. Kita sendiri yang menentukan apakah api unggun itu akan terus menyala atau padam. Nah, kebanyakan, orang2 bahkan sukarela menyiram api unggunnya dengan minyak tanah sekontainer, maka menyala tinggilah dia sesaat, membakar dirinya sendiri, merusak. Tanpa sempat berpikir, apakah perasaannya itu sungguhan atau karena dia tidak mampu mengendalikan diri. Tanyakan ke orang tua kalian, yang membuat pernikahan itu awet hingga 50 tahun, bukan karena cintanya terus menyala tinggi. Tapi karena mereka punya komitmen, kepercayaan. Dengan dua hal tsb mereka memutuskan untuk jatuh cinta lagi, jatuh cinta lagi pada suami/istrinya hingga bertahan puluhan tahun.

4. Jatuh cinta itu tidak bisa membuat kenyang. Pun, jatuh cinta tidak bisa membuat kita produktif.
    Saya serius. Memang betul, orang2 bisa saja enggan makan saat hatinya sedang riang karena cinta. Tapi itu tidak membuat kenyang. Come on, lebih penting krisis kelaparan di negara Afrika sana dibanding krisis cinta satu dunia. Jika kalian paham peraturan ini, maka kalian akan tahu: ada banyak hal lebih penting dibandingkan urusan jatuh cinta. Juga benar, orang2 yang jatuh cinta memang lebih kreatif, lebih semangat, tapi itu tidak membuatnya otomatis produktif. Saat dia berhasil membuat novel, lagu atau karya2 monumental, itu karena ybs sendiri memang produktif, bukan karena perasaan tsb. Coba saja lihat, milyaran orang2 jatuh cinta, tdk semuanya jadi pencipta karya masterpiece.

5. Jatuh cinta itu harus diuji, bukan diterima apa adanya
    Hari ini, banyak sekali orang2 yang mudah jatuh cinta, lantas bilang, telah kuberikan segalanya untuknya. Aduh, kalian kebanyakan nonton film atau baca buku tentang cinta deh. Jatuh cinta itu butuh diuji, habis2an. Bukan dengan tangan terbuka malah diterima begitu saja. Bahkan dalam fase paling awal, ketika perasan itu mulai berkecambah di hati. Jika kalian menyukai orang lain misalnya, maka silahkan diuji. Minimal uji dengan waktu dan jarak. Apakah perasaan tsb memang semakin besar atau semakin kecil. Habis2an diujinya. Bila perlu disimpan dalam hati selama bertahun2. Jika memang jodohnya, pasti akan jadi. Bukan malah terlihat murahan banget. Di jejaring sosial, berceceran, tumpah bikin becek di mana2 perasaan kita.

6. Jatuh cinta itu bukan alat pembenaran diri.
   Contoh paling kacau adalah ketika dua orang sesama jenis bilang mereka jatuh cinta dan maksa menikah? Hello, memangnya dengan kata cinta kita bisa menganulir berjuta peraturan dunia? Bilang semuanya jadi oke dan dibenarkan. Hei, 'cinta' itu bukan argumen. Maka juga saat ada pasangan beda agama ingin menikah, 'cinta' itu bukan alat pembenaran, yang kemudian membuat gugur peraturan lainnya. Kalau pengin melanggar peraturan agama, langgar saja, tidak perlu bawa2 kata cinta. Pahami peraturan ini, cinta bukan alat pembenaran, buat kalian yang mencemplungkan diri dalam perasaan ini, maka 'cinta' bukan alasan kalian menyerahkan segalanya, 'cinta' bukan pembenaran untuk disakiti, 'cinta' bukan pembenaran untuk merusak diri sendiri. Please, jangan mau dibuat bego. 

7. Kita yang mengendalikan perasaan, bukan sebaliknya.
  Pahami peraturan ini baik-baik. Mau seheboh apapun perasaan itu, kitalah yang mutlak mengendalikan kemudi perasaan. Jangan ijinkan perasaan mengambil-alih. Gunakan akal sehat. Kalian harus tahu, utk orang yang jatuh cinta, bahkan saat yg dicintainya itu jahat, dia tetap saja merasa baik. Saat yg dicintainya itu berkhianat, selingkuh, dia tetap saja punya alasan atau penjelasan baiknya. Padahal, orang sedunia juga tahu itu tindakan bodoh. Kenapa tetap dilakukan? Karena dia membiarkan perasaan mengendalikan akal sehatnya. Jika kita tidak mampu utk mengendalikan kemudinya, minta pendapat orang lain, seperti orang tua, sahabat baik, dengarkan nasehat mereka, bukan sebaliknya.

Silahkan pahami 7 peraturan jatuh cinta ini

Kamis, 24 April 2014

Secangkir kopi panas yang mengepul...

Berusaha sekuat hati buat nggak curhat disini selama sebulan terakhir, well... sekarang udah nggak tahan. Hahaha... Tapi tetep nggak akan curhat. Aku mau mengkisahkan sesuatu.
Ada satu masa dimana aku menemukan diriku berada di kondisi netral, tanpa beban, tanpa masalah. Tapi justru itu masalahnya. Semuanya flat saja. Yang aku lakukan, adalah yang aku dapatkan. pyur samasekali nggak ada halangan. Perasaan mulai mati rasa. Setiap orang datang dan pergi begitu saja. Melemparkan senyum, tertawa, diam, berbuat. Berhenti. Berfikir. Lalu merasa. Ada yang salah disini.
Tak pernah ada persimpangan separah ini yang membuatku merasa sangat frustasi dengan impianku. Hidup yang selalu ku isi dengan target-target gila diluar kemampuanku, dengan ambisi yang meluap-luap kini tiba-tiba saja dihadapkan ke sebuah pilihan yang membuatku sungguh gusar. Ada persimpangan besar di sini.
Merasa memiliki dua hal besar di hadapanku, seketika itu juga semuanya tampak samar. Aku kehilangan arah, dan passionku melemah. Beberapa kali teguran dari dosen, melihatku yang tiba-tiba kehilangan arah. Setiap hari hanya memandangi tembok kamar yang dingin, berbicara denganya, lalu kehilangan kepercayaan diri bahwa aku bisa. Tiba-tiba saja aku merasa tidak bisa di keduanya. Ini pesakitan!
Hah, aku bahkan sempat membenci diriku sendiri. Memaki sesuatu yang tak ku lakukan. Aku mendorong semangatku dengan pikiran bahwa aku hanya perlu meletakkan satu kaki di depan kaki yang lain, dan aku bisa berjalan lagi. Tapi sebenarnya aku telah kehilangan esensi dari berjalan itu sendiri. Bagaimana aku berjalan, jika bahkan arah mana yang ku tuju pun tak begitu jelas. Aku sakit. Sakit pikiran!
Ini mungkin kepanjangan dari cedera cedera yang ku tuliskan beberapa waktu lalu. Tapi in bukan masalah bagaimana kalian. Tapi bagaimana aku! Apa yang ku inginkan, dan bagaimana caranya sampai kesana. Hanya itu yang perlu ku temukan. Tapi ini benar-benar fase paling absurd yang pernah ku lewati. Tak ada keyakinan disana. Ah, shit!
Mungkin karena aku terlalu meakai perasaan dan logika secara berlebihan? Atau justru karena aku tak bisa menemukan nafsu yang seharusnya bisa membangkitkanku? Aku bahkan tak pernah benar benar tahu dimana saat membual, dimana saat merasa.
Entahlah. Aku benar-benar perlu menemukan diriku.
Berdiskusi dengan orang-orang hebat disekitarku selalu memberi warna baru, terimakasih.
Lalu ada yang benar benar datang.
Dia datang dari masa yang jauh, dengan hidupnya yang penuh ambisi dan membuatku iri. Otaknya yang aku pikir terbentuk dari peta-peta rumit, penuh ruangan rahasia dan mewah. Dia pernah datang lalu pergi. Dan ketika sekarang dia datang lagi, aku kembali sangat menyukainya. Dengan cara yang berbeda.
Bercertia tentang alur pikirnya, bercerita tentang dirinya, bercerita tentang bagaimana dia menjalani hidup. Cita-citanya, mimpi-mimpinya, kisah-kisahnya, angan-anganya, target hidupnya.
Lalu aku merasa ingin hidup disana. Aku ingin tinggal disana, lebih lama lagi. Selamanya.
Aku membandingkan dengan hidupku yang sekarang. Hidupku yang berantakan, dan aku merasa tak pantas. Bukan minder, hanya seperti merasakan sebuah tamparan. Aku baru sadar ternyata hidupku yang rapih dimasalalu sekarang semakin berantakan. Absurd.
Aku mulai memunguti serpihan serpihan kecil yang berserakan, lalu kususun lagi. satu demi satu, merapikan hidupku. Membuatku merasa pantas untuk bisa tinggal disana. Harapan-harapanku yang berserakan dimana-mana, cita-cita setinggi langitku yang gila yang selama ini kubiarkan melayang layang di atmosfir kamar begitu saja, aku mulai melihatnya meskipun terasa samar.
Tapi aku tetap ingin tinggal disana.
Aku bisa memperbaiki diriku, menata hidupku lagi.
Dan aku ingin tinggal disana.
Aku butuh tinggal disana.
Meskipun bagiku dia sekarang seperti asap tebal disekelilingku, yang bisa tiba tiba saja lenyap dan hilang entah kemana.
Meskipun dia punya target siapa saja yang bisa tinggal disana, dan aku tahu aku tak punya kriteria itu. Apa? News anchor? Dia nggak tau kalo desainer interior lebih keren dari news anchor. Huh!
Meskipun nantinya dia akan hidup disekitar orang orang keren dan cantik. Disekitar news anchor - news anchor yang membahana badai.
Meskipun dia mudah tertarik sama cewek. Meskipun aku absurd sekali untuk bisa tinggal disana selama yang kuinginkan.
Tapi aku tetap ingin tinggal disana.
Kalaupun pada akhirnya aku tak bisa tinggal disana lebih lama, ini akan jadi cerita hebatku. Akan kupastikan aku bisa membawa sebanyak-banyaknya hal yang bisa kubawa dari sana. Dan saat itu terjadi, suatu saat aku harap ada kesempatan lagi untuk bisa tinggal ditempat itu lagi. Dan lagi. dan lagi. Sampai dia bosan, dan menyerah membiarkanku tinggal disana selamanya.