Kamis, 24 April 2014

Secangkir kopi panas yang mengepul...

Berusaha sekuat hati buat nggak curhat disini selama sebulan terakhir, well... sekarang udah nggak tahan. Hahaha... Tapi tetep nggak akan curhat. Aku mau mengkisahkan sesuatu.
Ada satu masa dimana aku menemukan diriku berada di kondisi netral, tanpa beban, tanpa masalah. Tapi justru itu masalahnya. Semuanya flat saja. Yang aku lakukan, adalah yang aku dapatkan. pyur samasekali nggak ada halangan. Perasaan mulai mati rasa. Setiap orang datang dan pergi begitu saja. Melemparkan senyum, tertawa, diam, berbuat. Berhenti. Berfikir. Lalu merasa. Ada yang salah disini.
Tak pernah ada persimpangan separah ini yang membuatku merasa sangat frustasi dengan impianku. Hidup yang selalu ku isi dengan target-target gila diluar kemampuanku, dengan ambisi yang meluap-luap kini tiba-tiba saja dihadapkan ke sebuah pilihan yang membuatku sungguh gusar. Ada persimpangan besar di sini.
Merasa memiliki dua hal besar di hadapanku, seketika itu juga semuanya tampak samar. Aku kehilangan arah, dan passionku melemah. Beberapa kali teguran dari dosen, melihatku yang tiba-tiba kehilangan arah. Setiap hari hanya memandangi tembok kamar yang dingin, berbicara denganya, lalu kehilangan kepercayaan diri bahwa aku bisa. Tiba-tiba saja aku merasa tidak bisa di keduanya. Ini pesakitan!
Hah, aku bahkan sempat membenci diriku sendiri. Memaki sesuatu yang tak ku lakukan. Aku mendorong semangatku dengan pikiran bahwa aku hanya perlu meletakkan satu kaki di depan kaki yang lain, dan aku bisa berjalan lagi. Tapi sebenarnya aku telah kehilangan esensi dari berjalan itu sendiri. Bagaimana aku berjalan, jika bahkan arah mana yang ku tuju pun tak begitu jelas. Aku sakit. Sakit pikiran!
Ini mungkin kepanjangan dari cedera cedera yang ku tuliskan beberapa waktu lalu. Tapi in bukan masalah bagaimana kalian. Tapi bagaimana aku! Apa yang ku inginkan, dan bagaimana caranya sampai kesana. Hanya itu yang perlu ku temukan. Tapi ini benar-benar fase paling absurd yang pernah ku lewati. Tak ada keyakinan disana. Ah, shit!
Mungkin karena aku terlalu meakai perasaan dan logika secara berlebihan? Atau justru karena aku tak bisa menemukan nafsu yang seharusnya bisa membangkitkanku? Aku bahkan tak pernah benar benar tahu dimana saat membual, dimana saat merasa.
Entahlah. Aku benar-benar perlu menemukan diriku.
Berdiskusi dengan orang-orang hebat disekitarku selalu memberi warna baru, terimakasih.
Lalu ada yang benar benar datang.
Dia datang dari masa yang jauh, dengan hidupnya yang penuh ambisi dan membuatku iri. Otaknya yang aku pikir terbentuk dari peta-peta rumit, penuh ruangan rahasia dan mewah. Dia pernah datang lalu pergi. Dan ketika sekarang dia datang lagi, aku kembali sangat menyukainya. Dengan cara yang berbeda.
Bercertia tentang alur pikirnya, bercerita tentang dirinya, bercerita tentang bagaimana dia menjalani hidup. Cita-citanya, mimpi-mimpinya, kisah-kisahnya, angan-anganya, target hidupnya.
Lalu aku merasa ingin hidup disana. Aku ingin tinggal disana, lebih lama lagi. Selamanya.
Aku membandingkan dengan hidupku yang sekarang. Hidupku yang berantakan, dan aku merasa tak pantas. Bukan minder, hanya seperti merasakan sebuah tamparan. Aku baru sadar ternyata hidupku yang rapih dimasalalu sekarang semakin berantakan. Absurd.
Aku mulai memunguti serpihan serpihan kecil yang berserakan, lalu kususun lagi. satu demi satu, merapikan hidupku. Membuatku merasa pantas untuk bisa tinggal disana. Harapan-harapanku yang berserakan dimana-mana, cita-cita setinggi langitku yang gila yang selama ini kubiarkan melayang layang di atmosfir kamar begitu saja, aku mulai melihatnya meskipun terasa samar.
Tapi aku tetap ingin tinggal disana.
Aku bisa memperbaiki diriku, menata hidupku lagi.
Dan aku ingin tinggal disana.
Aku butuh tinggal disana.
Meskipun bagiku dia sekarang seperti asap tebal disekelilingku, yang bisa tiba tiba saja lenyap dan hilang entah kemana.
Meskipun dia punya target siapa saja yang bisa tinggal disana, dan aku tahu aku tak punya kriteria itu. Apa? News anchor? Dia nggak tau kalo desainer interior lebih keren dari news anchor. Huh!
Meskipun nantinya dia akan hidup disekitar orang orang keren dan cantik. Disekitar news anchor - news anchor yang membahana badai.
Meskipun dia mudah tertarik sama cewek. Meskipun aku absurd sekali untuk bisa tinggal disana selama yang kuinginkan.
Tapi aku tetap ingin tinggal disana.
Kalaupun pada akhirnya aku tak bisa tinggal disana lebih lama, ini akan jadi cerita hebatku. Akan kupastikan aku bisa membawa sebanyak-banyaknya hal yang bisa kubawa dari sana. Dan saat itu terjadi, suatu saat aku harap ada kesempatan lagi untuk bisa tinggal ditempat itu lagi. Dan lagi. dan lagi. Sampai dia bosan, dan menyerah membiarkanku tinggal disana selamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar