Sekarang ini aku sedang menunggu teman-teman untuk membahas proyek renovasi rumah yang sedang kami garap. Sementara ini masih sendirian, ditemani secangkir hot machiato dan senandung lagu dari speaker yang berada tepat diatasku. Menganggu kenyamanan pengunjung lain gara2 ketawa sendirian, dan sesekali dilirik mas-mas ganjen di depan pintu dengan pandangan hina. hahaha...
.
Jadi ceritanya mereka lama banget, nggak nongol-nongol, dan asilkah aku berselancar di dunia maya. ciyee... sampai tiba-tiba lagu di cafe ini berubah. Sebuah lagu dari gita gutawa yang cukup membuatku berhenti terdiam. Rangkaian kata.
.
... Semua hanya rangkaian kata
Yang kau sebar ke semua wanita
Ooh bodohnya aku sempat percaya
Kamu ...
Sempat buatku berpikir semua
Yang kita punya nyata
Kamu ...
Dan semua kata - katamu
Semua palsu...
.
Lalu pikiranku melayang-layang ke beberapa minggu lalu. Saat sebuah manuver bersejarah terjadi di festival perasaanku. Ya, beberapa minggu lalu tapi sengaja tidak kutuliskan disini. Karena mungkin akan menyakitkan beberapa orang yang kemungkinan membaca postinganku di blog ini. Lalu kenapa malam ini kuputuskan untuk membahasnya? Karena beberapa minggu terakhir ini, masalah itu membuatku kebas. Jujur, aku menunggu rasa sakit itu datang dan aku bisa meluapkannya. Membebaskan semua emosiku meledak keluar. Tapi tidak terjadi. Aku masih saja kebas. Merasa baik-baik saja, meskipun aku tahu ada sesuatu yang serasa menyumpal tenggorokanku setiap waktu.
.
Aku baik-baik saja. bahkan sejak malam itu, di cafe tengah hutan itu. Aku masih baik-baik saja sampai sekarang. Setidaknya aku merasa baik-baik saja. Berkali-kali aku berusaha menangis, berusaha meluapkan emosiku, menyalahkan dia, menyalahkan semua orang. Tapi tidak bisa. Aku tidak bisa menangis sampai puas, hanya beberapa kali itupun setelah kupaksa karena sudah tidak tahan menanggung gumpalan besar yg menyumbat kerongkonganku sepanjang waktu. Aku benar benar kebas. Tidak bisa merasakan apapun. Meskipun tidak bisa aku pungkiri, beberapa kali aku menemukan diriku terdiam memikirkan waktu-waktu saat aku bersamamu, dan berfikir itu semua palsu, bahwa semua adalah kebohongan, bahwa aku begitu bodoh, bahwa aku sekali lagi salah menyimpulkan sesuatu. Dan setiap itu terjadi, aku selalu berharap ada rasa sakit yang datang. Lalu aku tersadar, bahwa tidak ada yang sakit. Aku tidak bisa menemukan hatiku. Setelah itu aku kembali melakukan rutinitasku.
.
Menyenangkan sebenarnya mengetahui bahwa ini tidak menyakitkan. Meskipun ya, gumpalan itu ada sepanjang waktu, dan entah kapan bisa hilang. Tapi setidaknya, aku selalu masih bisa tersenyum bahagia bersama orang-orang disekitarku, aku masih punya ribuan harapan yang menunggu untuk digapai, aku masih bisa hidup bahkan lebih baik daripada sebelumnya. Melegakan.
.
Aku memang masih merasa sangat direndahkan sampai-sampai diperlakukan seperti sampah seperti itu. Ditipu habis-habisan oleh kesimpulan-kesimpulan yang kubuat sediri. Dijadikan semacam pelarian oleh seseorang yang kupercayai memang menjadi satu hal yang benar-benar membuatku terpukul. Tapi, yasudahlah. Aku terlalu menganggap semua orang disekitarku adalah orang baik. Ehm.. mereka baik, hanya selalu punya kepentingan. Aku yang kurang cepat menyadari itu. Sudahlah. Aku tidak menyesal. Bagaimanapun ini adalah prosesku menjadi seseorang yang lebih baik dari sebelumnya. Iya kan?
.
Oke, lagi. Sebuah lagu kembali diputar diatas kepalaku, dan membuatku nyengir getir.
.
...terlalu sadis caramu
menjadikan diriku
pelampiasan cintamu
agar dia kembali padamu
tanpa perduli sakitnya aku
tega niannya caramu
menyingkirkan diriku
dari percintaan ini
agar dia kembali padamu
tanpa perduli sakitnya aku... afgan-sadis
.
sepertinya mas-mas pemilik cafe ini sengaja memutarkan lagu ini. -_- ah, sudahlah!
.
Oke, kembali ke sini. Haha.. lagi lagi aku menemukan diriku terdiam dengan tatapan kosong barusan. hmm.. apalagi ya? Sepertinya tidak ada yang bisa kuceritakan disini. Ketika aku bercerita, aku hanya akan menjelek-jelekkan orang lain. Aku cukup bercerita tentang diriku kan. Ya inilah aku saat ini. Aku baik-baik saja, setidaknya aku merasa baik-baik saja. Mungkin ada sesuatu yang rusak parah disana sampai aku tidak bisa merasakan apapun. Tapi setidaknya aku bisa melupakan itu sampai selesai diperbaiki dan bisa ku gunakan lagi untuk orang lain yang lebih baik dari dia. Aku berhak mendapatkan seseorang yang lebih baik. Seseorang yang bisa memperlakukanku seperti aku memperlakukannya. Yeah... (sambil mengangkat dua jari ala jokowi..) haha..
.
Oke, mereka sudah datang. Hot machiatoku sudah dingin tapi masih bisa kunikmati. Dan ini waktunya bekerja. Oke, mas-mas ganteng tapi sudah punya istri yang itu sudah datang juga. Aku benar-benar harus mengalihkan konsentrasiku pada proyek ini, so, postingan ini cukup sampai sekian. Aku harap semuanya baik-baik saja. Buat bintang empat yang sepertinya juga cukup terpukul, dan buat bintang tiga yang aku yakin masih galau gara-gara bintang empat. Yah,, aku memang bukan siapa-siapa. Bahkan sepertinya pelarian pun bukan. Bukan figuran, tidak masuk dalam naskah. Hanya hembusan angin yang tidak perlu dipedulikan, tidak berarti, tidak cukup penting untuk dipedulikan dalam kisah kalian. Tapi aku punya kisah sendiri yang menjadikanku pemeran utama, jadi aku hanya perlu menemukan lagi kisah yang lebih baik bukan. Oke, selamat malam.
.
Green Book Cafe, 10.38 PM -meja yang sama saat terakhir kali aku kesini bersamamu, kawan-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar