Sabtu, 14 Desember 2013

Aku Mengerti Sekarang

Aku suka sekali menulis seperti ini. Aku tentu bukanlah perangkai kata yang hebat. Inilah aku, apa yang aku tulis dan bagaimana caraku menulis. Terlihat seperti seseorang yang tidak bisa serius? Seseorang yang entah bagaimana terlihat sangat ceroboh dan bodoh, bukan? Itu yang kudapatkan setelah membaca blogmu, yang luarbiasa bisa membuatku menangis disiang bolong begini.
Bukan hanya kaerna kau menyampaikan segalanya disana dengan sangat indah, tapi karena entah bagaimana tulisanmu di blog itu membuatku mengerti mengapa aku tak akan pernah menjadi bagian darimu.

Setelah semua itu, setelah semua yang kau tuliskan disana, bagaimana bisa aku bisa pantas bahkan hanya sekedar menyukaimu, kawan? Aku merasa ditampar. Entahlah, sepertinya Allah benar-benar menjawab pertanyaanku selama delapan tahun siang hari ini. Bagaimana aku benar-benar bisa merasa sangat buruk hanya karena membaca blogmu.

Aku mungkin tak bisa berhenti menyukaimu. Bagaimana aku bisa berhenti setelah segalanya yang kau tulis disana? Tapi sekarang aku mengerti. Aku bukan harus berhenti, aku harusnya merasa malu sudah menyukaimu. Lupakan semuanya. Aku akan memperbaiki diriku, bahkan sampai benar-benar menjadi 'baik' menurutmu, tapi bukan untuk datang padamu. Hanya sekedar untuk membuat rasa maluku hari ini terbayar. Aku benar-benar malu menjadi diriku.

Kado yang terlanjur ku kirim padamu, aku bahkan berharap itu tak sampai. Aku hanya akan menyelesaikan studiku dan pergi dari negri ini setelah itu. Menjauhimu. Takusah kau pedulikan semua omongkosong ini. Berjalanlah sesuai apa yang ingin kau capai. Aku pergi. Aku pergi. Aku mengerti sekarang mengapa selama delapan tahun ini tidak bisa aku yang ada dihatimu.

Selasa, 03 Desember 2013

Guys, I Love You

Satu lagi. Sebuah cerpen masa lalu. Asli bikinanku pas SMP, tanpa edit. Jadi harap maklum kalo bahasanya kayak anak kecil lagi curhat.
Cerpen ini hmm... bisa sih dibilang dari kisah nyata. Haha.. ini terinspirasi dari romansa konyol anak SMP, kisah pertamakali aku jatuh cinta sama orang yang namanya anang. Orang yang sampe sekarang masih aja selalu ada di semua coretan hidupku... Dan lucunya, sekarang ini, entah darimana temen2 kuliah pada tau tapi mereka kalo ngledekin aku jarinya disilang sambil nyanyi 'benar ku mencintaimu, tapi tak begini...' haha...
Oke, ini dia kisahnya,,, mungkin keliatan terlalu dramatis, tapi kalo boleh bilang, kisah nyatanya lebih parah.... jauh lebih parah dari ini... sampe-sampe dwi, sahabatku sampe sekarang ngomong, kalo kisahmu sama anang dijadiin novel pun, pasti dikira terlalu mengada-ada. Aku hanya tersenyum...
Sekali lagi, ini coretan anak SMP, jangan ketawa...

Guys, I Love You

Aku menetap raja siang dengan sebal. Ugh… kapan nylungsepnya nih benda? Angin yang berhembus kencang pun seakan tak mengurangi drajad celcius sedikit pun. Sang raja siang seakan tepat 1 mm diatas setiap makhluk Tuhan yang sedang menelusuri Malioboro.
Ditengah ribuan manusia berjejal-jejalan, aku terdiam. Menunduk. Berpikir. Terlintas separas wajah. Seakan menari di atas kehidupanku. Indah. Tapi lantas hilang. Dan aku tersadar. Ini harus kuhentikan. Dia… dia… tak boleh. Ah, apa yang kupikirkan? Hentikan…. Hentikan… semua ini. Dia bukan miliku. Hentikan……… Aaaarrrrrggghhh……
###
Pagi menyapa dunia. Sang surya dengan senyum hangatnya ikut menyapa dinginya kehidupan. Burung, Ranting. Rumput. Tanah. Awan. Dan semuanya. Semuanya menyapa dunia. Namun tak ada yang menyapaku. Tidak selain diriku sendiri.
Aku berada di barisan ke 3 dari depan. Upacara udah berlangsung 10 menit. Dan aku sama sekali nggak tahu. Aku begitu terhanyut dalam indahnya lamunanku. Lamunan tentag wajah itu. Wajah yang seharusnya tak boleh ku lamunkan.
Tapi kali ini tak bisa. Aku tak bisa dan tak kan bisa mengalihkan pendanganku dari dia. Tidak sebelum upacara selesai. Dan aku tak bisa memandang indahnya parasnya. Indahnya senyum malaikatnya. Indahnya matanya… Kabut tebal menyelimuti hatiku. Sebuah perasaan bersalah menguasaiku. Suara- suara menyalahkanku seakan memenuhi lapangan. Namun kini aku kembali terpesona. Dari sudut bibirnya, ku lihat senyum malaikatnya. Aku tak dapat bergerak. Terpesona. Benar benar terpesona.
Ups…deg… Dan aku tergagap. Ketika mata itu menatapku. Seakan mengetahui apa yang kulakukan. Seakan tahu aku memperhatikanya. Dan aku tertunduk. Hanya tertunduk. Dan tenggelam dalam penyesalan.
Begitu setiap harinya. Aku memandangnya setiap ada kesempatan. Jika tak ada yang mengawasi. Jika aku beruntung. Dan setiap kali aku kepergok sedang memandangnya, aku hanya bisa terdiam, tertunduk dan menyesal.
Apapun itu, sebenarnya tak perlu kutakutkan. Karena dia (mungkin) adalah sahabatku. (setidaknya dia menganggapku begitu). Dan aku bahagia akan hal itu. Hal yang benar – benar indah bagiku. Namun aku sadar dia bukan miliku. Dia tak boleh tahu bahwa aku mencintainya. Dan aku tak dapat menyangkalnya. Bahwa aku benar benar paham. Dia –Dika- hanya mencintai seseorang. Dan itu bukan aku. Itu Fina.
Aku terima diperlakukan seperti ini. Seharian penuh aku menemaninya. Bukan untuk apapun. Hanya untuk mendengar keluh kesahnya. Tentang apapun. Tentang kekasihnya –Fina- . Tentang tugas yang menumpuk. Tentang teman temanya. Tentang team sepakbola favoritnya yang kalah tanding. Dan tentang segalannya.
Bahkan aku rela. Saat dia samasekali tak memperdulikanku. Bukan karena apapun. Bukan karena dia membenciku. Tapi lebih kerena dia sedang bahagia. Bahagia dengan kekasihnya. Itulah yang menyakitkan. Tiap Dika sedih, dia selalu berbagi denganku. Namun yang tak ku pahami, jika dia bahagia, tak secuilpun kebahagiaan yang kudapatkan.
Dan itu yang membuatku mencari kebahagiaan lain. Memandangnya… Menciptakan imajinasi imajinasi aneh dan konyol…… ah, semuanya. Dan apapun itu, kini telah mengubah segalanya. Aku, tanpa ku sadari, terperangkap dalam dunia maya. Semu. Namun indah. Aku terbawa arus kehidupanya. Semakin dalam dan semakin terperangkap. Dan saat itu juga, aku merasa takut. Sangat takut. Dan takut untuk kembali ke dunia nyata. Aku sadar aku tak boleh terus bergelut dengan kesemuan hidupku. Namun aku tak begitu yakin. Dunia nyataku lebih baik.
Sedikit demi sedikit aku mulai terbiasa. Akal sehatku seakan tak berjalan. Aku harus bahagia. Itu yang ku pikirkan. Dan tanpa kusadari, aku bahagia jika Dika bahagia. Dan itu membuatku terus berusaha membahagiakan Dika. Tak perduli menyakitkan bagiku. Menjadi mak comblang dadakan saat Dika dan Fina berantem, menjadi tumpahan caci maki Dika, menghiburnya, membujuk Fina, ah… tak dapat ku sebutkan satu persatu. Namun, entah mengapa aku merasa tertekan. Rasa sakit yang seharusnya kurasakan, berubah menjadi rasa bahagia. Aku bahagia di atas luka hatiku. Dan saat semua itu terjadi, aku tak dapat merasakan kebahagiaan yang bahagia. Dan itu berarti, aku telah menjadi korban dari tersangka yang bernama ’CINTA”…
###
Hari ini tak seperti biasanya. Aku masih tercengang hebat. Bingung. Sedang bahagiakah aku? Atau malah sedang sedih? Bingung. Aku sendiri tak tahu apa yang kurasakan. Entah apa ini. Aku benar benar terguncang. Rasanya tersesat di dunia yang hampa. Takut. Tapi menyenangkan. Dan itu yang ku rasakan. Dika mengetahui perasaanku kepadanya. Dan bukan hanya itu. Fina juga..!!! Dan tahukah kalian apa yang mereka lakukan padaku? Mereka justru malah minta maaf padaku. Sungguh aneh. Namun, itulah. Aku tak tahu apa yang bisa kuperbuat. Selama ini aku takut aku adalah tersangka. Aku takut mereka berpisah kerena aku. Dan itu tak terjadi. Dan aku sangat bersyukur karenanya.
###
      Malam semakin merayap memasuki bilik jantungku. Angin kencang berhembus seakan ikut mengerogoti pikiranku. Aku termenung. Setelah beberapa bulan sikap Dika padaku berubah kian drastis. Dia menjauhiku...!!! Apa mungkin dia membenciku? Oh, tidak !!! Tak mungkin.  Aku tak kan membiarkan itu terjadi padaku. Tak kan.
      Aku sedang menikmati indahnya malam. Bersama bulan dan bintang. Bersama angin yang berhembus. Bersama kunang kunang yang menerangi hatiku. Dan bersama kegaluan yang terus mengikutiku. Hari ini dan seperti hari hari sebelumnya, yang ada dikepalaku hanya Dika. Dika seorang. Itu sudah lazim bagiku. Tapi, tidak untuk malam ini. Perasaan ganjil merasuki tiap celah persndianku. Aku tak pernah sekhawatir ini. Tak jelas alasanya.

”Mungkin ini memang jalan takdirku, mengagumi tanpa dicintai…”

 Dering HP membuyarkan lamunanku. Dan sekarang aku kelabakan mencari Hpku. Dimana… aduh. Saat kutemukan, Dering itu telah berhenti. Fina. Mengapa dia menghubungiku? Apa yang… ehm… satu pesan diterima.

Kubaca perlahan pesan itu. Hatiku yang beku semakin kalut. Semakin tercengang. Seluruh persendianku bergetar. Badanku melemas. Dan aku terjatuh. Bermandikan air mata dan diiringi isak tangisku. Fina mutusin Dika. Entah kenapa aku ikut hancur karenanya. Aku benar – benar merasa gagal sebagai seorang sahabat. Aku tahu saat ini, Dika sedang sangat terpukul.
Masih terlarut dalam tangisanku. Drreett.. drreett.. Hpku bergetar. Sebuah pesan masuk. Tanganku tak mau bergerak. Ku pandangi Hpku dari tempatku bersimpuh. Lama. Hening. Lalu hatiku kembali terusik. Entah kenapa. Seribu kekuatan seakan mendorongku. Memaksaku membuka pesan tersebut. Dengan tenaga yang masih tersisa, kucoba raih HP yang tadi sempat ku banting. Terasa ganjil. Pesan dari Dika.
“Eh, maksud lu apaan sic? Lu mau buat hub. Q ma Fina hncur? Lum puas lu? Thnks dh bwt Q kya’ gini..!!!”
Deg… apa ini? Apa yang telah kulakukan? Apa yang kuperbuat sampai membuat Dika berpikir seperti ini? Mengapa dika berpikir aku ingin menghancurkan hubunganya dengan Fina? Apa yang ku perbuat? Aku benar benar menyayanginya. Aku benar benar ingin membuatnya bahagia. Bukan untuk apapun. Dan bukan dengan menghancurkan hubunganya dengan Fina. Bukan. Bukan itu yang kumau. Sungguh. Aku tak ingin mereka berpisah. Dan apa yang telah kulakukan? Kesalahan apa yang ku perbuat? Sebejad itukah aku? Sejahat itukah aku? Memisahkan dua insan yang saling mencintai? Tidak. Karena memang bukan itu yang kumau. Dan aku tak kan membiarkan itu terjadi. Aku tak kan membiarkan diriku menjadi tersangka. Tidak...Aaarrrggghhh...
###
Malam ini terasa berjalan begitu lambat. Tangis yang tadi sempat reda, kini kembali menyeruak memaksa keluar. Dengan sisa tenaga, aku memberanikan diri untuk bertanya pada Dika. Apa salahku? Bukanya dijawab, cacimakian yang malah menghujamku. Perih. Namun aku tak dapat melakukan apapun.
Segalanya yang telah kukorbankan untuknya, seakan tak berarti. Rasa sakit yang selama ini kutahan, seakan kini memberontak. Meronta. Memaksa keluar. Dan tak dapat ku cegah. Aku benar benar hancur. Dan lebih hancur lagi. Saat Dika memaksaku melupakanya. Memaksaku melupakanya sebagai sahabat ataupun pujaan hati. Aku tak tahu harus bagaimana. Diriku benar benar tak berdaya. Sungguh... Aku tak berdaya...
Malam ini, kurenungkan segalanya. Segala yang terjadi padaku. Segalanya. Yang telah kulakukan ataupun yang akan ku lakukan. Dan sebenarnya siapa yang salah? Adakah yang dapat disalahkan? Adakah yang bersedia menjadi tersangka? Apakah benar benar aku ? Apakah aku benar benar bersalah? Apa yang kulakukan sampai aku menjadi tersangka? Apa kerena aku merasakan cinta? Apa karena aku mencintai Dika? Apa itu kesalahanku? Mengapa? Apa ini? Adilkah semua ini? Mengapa aku tak boleh merasakan cinta? Mengapa aku tak boleh merasa bahagia? Mengapa? Mengapa diam? Jawab… Tuhan… Alam… Pohon… Ranting… Awan… Bintang… Mengapa kalian diam… Jawab… Aaaarrrrggghhh…
Masih dalam kekalutan hatiku. Aku masih berpikir. Diam. Aku tahu cinta butuh perjuangan. Aku tahu cinta butuh pengorbanan. Aku tahu cinta tak harus memiliki. Dan aku tahu cinta itu indah saat kita merasakanya. Yang tak ku mengerti, mengapa cinta yang kurasakan adalah sakit? Mengapa salalu aku yang harus mengalah? Mengapa aku tak merasakan kebahagiaan cinta? Mengapa samua ini terjadi padaku? Dan mengapa tak ada yang dapat menjawab pertanyaanku?
Bagaimana aku bisa menjalani hari hariku? Seperti yang Dika pinta, bisakah aku melupakanya? Tidakkah dia menyadari besarnya pengorbananku? Besarnya perjuanganku? Dan besarnya rasa sayangku padanya? Tidakah dia mengerti aku tak dapat melupakanya? Lalu, mengapa dia memintaku melupakanya? Tak bolehkah aku menyayanginya?
…..
Pernah kukira ini tentang cinta
Oh, ternyata hanya sahabat setia
Pernah kau minta bunuh cintaku
Kau membisu, tak kan pernah jawabku

Semua yang ku rasakan

Tak mungkin dapat ku hapuskan
Walau kau bersamanya
Menjalin kisah cinta nyata

Setiap tetes air mata

Selalu kau menangis di peluku
Namun setiap saat kau bahagia
Selalu aku memilih bersamanya          (clubeighty’s)
Aku harus tetap bertahan. Itu yang terus kupikirkan. Dan seperti yang telah ku ungkap. Aku tak bisa dan tak kan mungkin melupakan Dika. Aku mungkin akan tetap mengenangnya. Dan aku memang harus tetap mengenangnya. Dan aku ingin mengenangnya sabagai sahabat. Sahabat terindah dalam hidupku. Dan buat Dika, Sorry, I always remember you. Because I love you. Dan kan ku ukir namamu dalam dinding hatiku sebagai Sahabat terindah dalam sejarah hidupku.
                                                                                                          By: Lylochidmeria_lotus

Ku Yakin Cinta

Iseng, sesorean ini aku membuka buka file masa-masa smp... masa-masa suka banget sama novel novel teenlit. Masa masa seneng banget nulis cerpen tentang cinta cintaan. hahaha...
Dan ku temukan puluhan cerpen bikinanku saat smp.
asli, sumpah, ngakak sendiri baca karyaku dulu. Ya ampun... anak smp udah cinta - cintaan!
Haha...
aku ingat betul darimana semua kisah ini berawal. Sejak punya skandal sama kakak kelas, mbak desi gara - gara cerpenku dimuat di majalah dinding sekolah, bercerita tentang seorang kakak kelas yang kiler... haha, dan mbak desi tersinggung. satu tahun penuh diteror satu angkatan. wahaha... dasar ndari.. ndari.. dari dulu ternyata udah hobbi bikin masalah sama orang!
.
Lagi, ada cerpen satu lagi yang mengingatkanku tentang romansa cinta pertama yang sampe sekarang masih aja nggak ilang. Tentang Mr. Tak Tergapai, anang... haha... anang anang.... dia tu bener-bener deh...
Anang nggak mungin baca blog ini kan?
Aku ngakak baca cerpen yang ini... sekaligus miris...
bukan tentang anang yang bikin ngakak.
Tapi tentang ceweknya anang, si avin. Haha, cerpen ini terinspirasi dari avin yang selingkuh dari anang, sementara anang nggak tau. Aku yang tau dan aku marah-marah sama avin. Dan aku dimarahin anang gara-gara dikir mau nghancurin hubungan mereka. dan aku dibully seangkatanku... wah ndar, bener-bener deh... hobi banget nyari masalah...!
Udah 8 tahun nang, dan aku masih bisa ngrasain gimana nyeseknya selama 3 tahun aku suka sama kamu dulu pas smp. hahaha... ini ketawa, ketawa miris...
Wis, selesai ngebicarain anang. Disini, sekarang, aku mau share salah satu cerpenku yang lumayan ancur, tanpa editan. Pyur bikinanku pas SMP. Aku lupa ini dapet ide dari mana, tapi mending silahkan kalo ada yang mau baca... lumayan panjang sih...
tapi jangan mual ya setelah baca, maklum lah, bikinan anak SMP yang patah hati selama 3 tahun..



KU YAKIN CINTA
Oleh : Suryandari Pangestu

”Ra, kamu mau ndak jadi ceweku?”
Kalimat itu selalu terniang di kepalaku. Kalimat yang sederhana, yang seharusnya kukatakan sejak dulu. Sejak hatiku terpaku pada sosoknya. Sejak hati ini berdebar tiap memandang parasnya. Sejak senyumnya mampu membuat darahku terpompa lebih kencang dari biasanya. Sejak itu... oh, betapa bodohnya aku! Sampai saat ini pun, aku tak dapat mengungkapkanya. Tak berani. Oh, laki-laki macam apa aku ini!
Ara. Perempuan manis, kelas sebelah yang berhasil memasuki bilik hatiku. Dia yang selama ini mengisi hari-hariku. Yang menyita waktuku untuk selalu memikirkanya. Yang parasnya selalu membuatku tersenyum meski selalu mendapat nilai jelek. Hehe...
Beberapa kali ku coba memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaanku. Namun, selalu gagal. Masalahnya hanya satu. Aku terlalu pengecut. Aku selalu dihantui pertanyaan, bagaimana kalau aku ditolak? Aku belum siap patah hati. Apalagi, akhir-akhir ini ada seseorang yang mengusik ketenanganku. Tita. Teman sekelasku, yang akhir-akhir ini ku dapati sedang memperhatikanku. Aku tak tahu mengapa aku senang diperhatikan olehnya. Ah, apa-apaan aku ini! Hatiku telah terisi dengan sosok Ara. Tak ada tempat untuk Tita.

Waktu terus saja berlalu. Meninggalkan berjuta kenangan. Menyisakan berbagai rasa. Kini, bertepatan dengan hari ulang tahunku, aku telah memutuskan untuk mempertaruhkan harga diriku untuk menyatakan perasaanku, kepada seorang Ara. Ah, Ara. Hari ini akan semakin berarti.
Semuanya telah ku persiapkan. Bersama sahabat-sahabatku, aku berhasil menyihir lapangan basket menjadi sebuah tempat yang indah. Semuanya serba ungu, warna kesukaan Ara. Ah, hatiku semakin berdebar.
Teman-teman semuanya kuundang. Termasuk Tita. Ah, aku ini! Saat seperti ini, masih saja teringat Tita. Uhm, udahlah. Sekarang semuanya telah siap. Dinginya malam yang dari tadi serasa menusuk kulitku, kini semakin tak terasa. Seiring berlalunya detik demi detik. Jantungku bergedub semakin tak karuan. Ara, ku mohon datanglah!
Waktu menunjukan tepat pukul delapan malam. Satu dua temanku mulai berdatangan. Dan tubuhku semakin panas. Grogi, stress, panik. Ara...! Itu dia. Oh tidak, mukaku pasti memerah saking senangnya.
Acara berjalan cukup lancar. Sampai akhirnya, waktuku untuk menyatakan perasaanku, tiba. Sahabat-sahabatku memberi kode. Dengan semangat yang tiba-tiba mengalir di tiap persendianku, kuberanikan melangkah ke tengah kerumunan teman-teman. Huh... ya Tuhan, selamatkan aku!
”Uhm... Temen-temen, makasih sebelumnya, udah rela menduakan tugas sekolah untuk datang keacara ini...,”
Hening. Ku lirik Ara yang sepertinya sedang membaca sms. Dan entah kenapa, ku lihat ke arah Tita. Dia tertunduk, sambil sepertinya mengulum senyum. Kutelan ludah kemudian kulanjutkan kalimatku.
”Jujur, sebenernya, aku di ngundang kalian ke sini, selain buat ngraya’in ultahku, juga buat... er... buat menyaksikan sesuatu... er... sebagai saksi... uhm... er... aku mau nyatain... uhm... perasaanku sama... er... seseorang... yaitu...,”
Kalimatku seketika berhenti. Ketika ku lihat seseorang mendekati Ara. Membisikan sesuatu, kemudian Ara dengan centilnya pergi dari acaraku tanpa rasa bersalah.
Duar...! Siapa dia?
Ada apa di antara mereka? Apa mungkin... Apa mungkin dia.... mereka...? Aaarrrggghhh...!
”Tita”
Deg...! Mulutku bagai bicara sendiri, tanpa sempat kuhentikan. Aku bingung dengan ucapanku sendiri. Tanpa sadar, aku nembak Tita. Sahabat-sahabatku berlomba melototin aku. Sedang teman-teman lain, riuh bertepuk tangan, tak tahu kegundahan di hatiku. Kuberanikan menatap Tita yang sepertinya mukanya bersemu merah. Desiran lembut mengusik hatiku, ketika kudekati sosoknya.
Semuanya terasa begitu cepat. Dan ketika Tita mengiyakan perasaanku, rasa bahagia luarbiasa merasuki tiap persendianku. Aku tak tahu perasaan apa ini. Dia bukan yang kuinginkan malam ini, namun mengapa terasa menyenangkan? Jiwaku terasa puas dan merasa sangat beruntung.Ah, Tita...!

Hari-hariku kini terasa lebih indah. Tita selalu ada saat aku membutuhkanya. Mungkin dia sengaja dikirimkan Tuhan untuku. Kini, setiap kutatap parasnya, aku merasa sangat bahagia. Dia selalu tahu apa yang kubutuhkan. Ah... dia benar-benar mengerti aku. Kini aku tahu, Tuhan tidak selalu memberikan apa yang kita inginkan. Tapi, Dia selalu memberikan apa yang kita butuhkan. Thanks a lot, oh my God.

Senin, 02 Desember 2013

Desember ceria...

Hei... selamat bertemu lagi,
aku sudah lama menghindarimu... sialkulah kau ada disini...
.
ehm
ehm...
nyanyi..!
Memang sengaja menghindari blog ini beberapa waktu. Membuka blog baru dengan identitas sangat dirahasiakan buat bisa beneran curhat. Nggak kaya disini yang ucah bocor kemana-mana. haha...
Tapi penting juga sih blog ini. Karna banyak hal-hal yang nggak pantas aku sampaikan langsung ke kalian, tapi mungkin harus kalian tau. Baca blog ini berarti anda sudah paham konsekuensinya bahwa mungkin saja nama anda bakal disebut disini, meski saya sebenarnya tidak ingin menyampaikannya kepada anda.
.
Ini harus digarisbawahi. Semua yg saya tulis disini adalah hal-hal yang anda sebenarnya nggak harus tau. hanya saja saya ingin menulisnya, jadi berpura-puralah nggak baca. haha,
karepmu ding...
.
oke, lanjut nulis wis lah...
apa ya?
hmm... aku lengser dari PU LPM. Akhirnya. Lega. Tapi masih ngganjel sebenernya. Ada hal-hal yang aku kecewa dengan diriku sendiri saat di jabatan itu. Aku nggak maksimal disana.
Aku mulai belajar terjun ke masyarakat lewat revitalisasi kali pepe, program pemkot Solo. Dan dapet job renovasi rumah tinggal di mojosongo. Seneng sekaligus takut. Akhirnya aku sampai ke tahap ini... Bismillah...
.
Ada hal - hal lain yang secara ajaib terjadi begitu saja baru-baru ini. Banyak sekali yang membuatku terkeget-kaget dengan diriku sendiri. Aku ingat beberapa waktu yang lalu, pas menyadari aku udah 20 tahun, bukan lagi umur yang muda. Aku hanya punya waktu beberapa tahun lagi untuk dikatakan masih 'muda', tapi apa yang udah aku lakukan? Ya, semacam pertanyaan seperti itu. Nothing. Cuma beberapa penghargaan, beberapa pencapaian. Ada sesuatu yang masih membuatku berfikir ada yang terlewatkan. Entahlah, sampai sekarang pun aku masih mencari-cari.. sedikit kehilangan arah, dan tak tahu arah jalan pulang... halah!
.
Aku baru saja pulang dari pertemuan warga di daerah gilingan, solo. Merencanakan sebuah program jangka pendek dan jangka panjang untuk membangun kali pepe. Bertemu orang-orang hebat. Dapat banyak sekali ilmu baru dari sana. Tentang pohon zodiak, tentang pengolahan limbah plastik menjadi minyak, tentang banyak hal yang aku mungkin terlalu lelah untuk mengetikkanya satu per satu.
.
Sebelumnya saat aku, raha sama rd ngobrolin proyek bu Yati di balaikota, DTRK, ada seseorang yang mendengar pembicaraan kami dan dia tertarik. Dia bercerita tentang gedung bekas bioskop yang ada didalam sriwedari yang sekarang bocor dimana-mana. Disana sering ada event pemutaran film indie. Dan kalau kami tertarik, boleh main kesana, renovasi sekalian. Nggak tau kenapa, tiba-tiba adernalinku naik. Diotakku langsung terencana ide mau diapakan gedung itu. Ide tentang gedung gallery kesenian, tentang pemanfaatan gedung bioskop sebagai sarana pemutaran film indie yg lebih layak. Ide tentang perencanaan tempat pameran dg kelas internasional. Ide tentang solusi masalah karya TA yang terbuang sia-sia di gellery kampus ISI, Ide tentang segalanya. Dan entahlah. Proyek ini mau aku ambil apapun resikonya!!! Setotal mungkin!
Kayak kata pak jokowi, kalo nggak moncer sampai keluar negri, mending nggak usah sekalian. Oke, lupakan galau-galauan, lupakan sakit hati-sakit hatian, lupakan nunggu nungguan, lupakan mas mas tak tergapai, lupakan mas mas yang itu dan yang itu. Selesaikan proyek 18,6 juta bu Yati, cuss ke proyek Rumah Solo dan Bioskop Sriwedari!!!
.
Dulu, sebelum aku belok kanan ke hobby.ku, cita-cita jadi dokter bener-bener menuhin otakku. Aku punya cita-cita yang dulu menurutku luarbiasa kalau aku bisa dapet itu. Cita-cita pengen masuk kedokteran, setelah lulus ambil spesialis jiwa, setelah itu kerja beberapa tahun di rumah sakit, punya suami yang juga dokter, buka praktik dirumah, lalu punya panti jompo. Kenapa dokter jiwa? Jawabanku saat itu, aku suka sama seni, dan aku pengen jadi dokter. Dokter yang ada hubunganya sama seni cuma dokter jiwa, karena sama-sama hubungannya sama perasaan.
Cita-cita yang dulu kuanggap setinggi langit itu, kalau sekarang aku inget rasanya pengen ketawa. Ya. Aku gagal jadi dokter. Tapi karena aku gagal meraih mimpi sepanjang masa itu, akhirnya daripada nurunin cita-cita jadi bidan ato perawat aja, aku nggak mau. Kalo gagal jadi dokter, aku mau belok ke hobby. Ke seni, dan aku suka merancang dari dulu, semua hubungannya tentang merancang, desain fashion, arsitektur, tata kota, dll, dll, aku suka. Itu yang akhirnya aku ambil. Desain Interior. Ajaib, karena memang sejak pertama kali aku ngerjain ujian disini, aku langsung jatuh cinta. Ada hal-hal yang aku nggak bisa jelasin. Rasanya seperti masuk ke duniaku, kayak nemuin adik yang udah lama aku cari. Dan disini, cita-citaku saat masih pengen jadi dokter itu tiba-tiba terlalu simple.
Disini, ditempatku yang sekarang, dengan banyak orang, menjadi yang terbaik bukanlah hal yang sulit. Lalu tiba-tiba saja aku bertemu dengan orang banyak. Diantara mereka banyak orang-orang hebat. Dan disini aku belajar banyak hal. Tentang kesetiaan, tentang mimpi, tentang rasionalitas, tentang cinta tanah air, tentang kebahagiaan, tentang hidup, tentang segalanya.
Dan mimpiku dari sekedar menjadi seorang dokter jiwa berkembang. Banyak sekali hal yang aku rencanakan dari sekarang. Ada 15 pencapaian didalamnya, salah satunya yang paling aku suka adalah ide buka warung makan bakso-mie ayam di korea, dengan cabang di jepang, munchen, jerman, kanada, brazil dan turki. Dengan catatan aku nggak buka cabang satu pun di indonesia. Ide lainnya yang juga aku suka adalah ide bikin panti jompo yang memang sudah aku impikan bahkan sejak aku masih SMP. Kenapa nggak panti asuhan? Memang sih, anak-anak adalah generasi penerus bangsa. Banyak anak-anak yang ditelantarkan, dan lainya dan lainya. Tapi pernah nggak sih mikir gini. Memang banyak anak-anak kecil yang seharusnya bisa diberdayakan, untuk lebih dimanusiawikan. Tapi sudah banyak kan gerakan-gerakan sosial serupa? Tapi siapa yang pernah terpikir mengurusi simbah-simbah yang udah renta, nggak punya siapa siapa, sok tau, bau, galak, susah diatur? Bayangkan kondisi mereka. Teman-temannya banyak yang sudah tidak ada. Anak cucunya sibuk dengan urusan pribadinya. Tubuhnya sudah capek padahal dia masih harus bertahan hidup. Hidupnya hanya bisa diisi dengan mencari uang sekadar bisa hidup sehari, karena dia nggak tau kapan harus meninggal. Tiap hari mengitung hari yang udah dilewati. Bukan untuk apa-apa, hanya menanti tanggal kematiannya. Dan itu bisa terjadi sama kita. Sendirian, ditengah-tengah anak muda yang sudah tak lagi peduli dengan kehidupan tua mereka. Dan masih saja ada yang bertanya kepadaku, 'hah? Panti jompo?'
Sudah paham kenapa panti jompo?
Kalau belum, silahkan cari aku dan ayo kita berdiskusi tentang dunia simbah-simbah.
13 mimpi lainnya aku ceritakan di next postingan karena aku udah capek banget.
.
.
Trus buat kamu yang itu,, iya, yang itu.
Hai.
Capek pakai topeng didepanmu terus...
Kamu nggak capek pakai topeng terus didepanku?
Kapan mau buka?
Heyo... aku tau loh...
haha
..
..
opo sih iki...
yaaa... buat yang ngrasa aja. Yang tadi siang tiba-tiba muncul, berdiri didepanku dan senyum manis sekali. Sampai bikin aku mangap dan melupakan choi yong do sejenak.. haha, lalu setelah itu kamu melambaikan tangan dan pergi.
..
haha
wis lah, capek pengen tidur.
udah ya..
selamat malam,,
terimakasih semuanya,