Dan ku temukan puluhan cerpen bikinanku saat smp.
asli, sumpah, ngakak sendiri baca karyaku dulu. Ya ampun... anak smp udah cinta - cintaan!
Haha...
aku ingat betul darimana semua kisah ini berawal. Sejak punya skandal sama kakak kelas, mbak desi gara - gara cerpenku dimuat di majalah dinding sekolah, bercerita tentang seorang kakak kelas yang kiler... haha, dan mbak desi tersinggung. satu tahun penuh diteror satu angkatan. wahaha... dasar ndari.. ndari.. dari dulu ternyata udah hobbi bikin masalah sama orang!
.
Lagi, ada cerpen satu lagi yang mengingatkanku tentang romansa cinta pertama yang sampe sekarang masih aja nggak ilang. Tentang Mr. Tak Tergapai, anang... haha... anang anang.... dia tu bener-bener deh...
Anang nggak mungin baca blog ini kan?
Aku ngakak baca cerpen yang ini... sekaligus miris...
bukan tentang anang yang bikin ngakak.
Tapi tentang ceweknya anang, si avin. Haha, cerpen ini terinspirasi dari avin yang selingkuh dari anang, sementara anang nggak tau. Aku yang tau dan aku marah-marah sama avin. Dan aku dimarahin anang gara-gara dikir mau nghancurin hubungan mereka. dan aku dibully seangkatanku... wah ndar, bener-bener deh... hobi banget nyari masalah...!
Udah 8 tahun nang, dan aku masih bisa ngrasain gimana nyeseknya selama 3 tahun aku suka sama kamu dulu pas smp. hahaha... ini ketawa, ketawa miris...
Wis, selesai ngebicarain anang. Disini, sekarang, aku mau share salah satu cerpenku yang lumayan ancur, tanpa editan. Pyur bikinanku pas SMP. Aku lupa ini dapet ide dari mana, tapi mending silahkan kalo ada yang mau baca... lumayan panjang sih...
tapi jangan mual ya setelah baca, maklum lah, bikinan anak SMP yang patah hati selama 3 tahun..
KU YAKIN CINTA
Oleh : Suryandari Pangestu
”Ra, kamu mau ndak jadi ceweku?”
Kalimat itu selalu terniang di
kepalaku. Kalimat yang sederhana, yang seharusnya kukatakan sejak dulu. Sejak
hatiku terpaku pada sosoknya. Sejak hati ini berdebar tiap memandang parasnya.
Sejak senyumnya mampu membuat darahku terpompa lebih kencang dari biasanya.
Sejak itu... oh, betapa bodohnya aku! Sampai saat ini pun, aku tak dapat
mengungkapkanya. Tak berani. Oh, laki-laki macam apa aku ini!
Ara. Perempuan manis, kelas
sebelah yang berhasil memasuki bilik hatiku. Dia yang selama ini mengisi hari-hariku.
Yang menyita waktuku untuk selalu memikirkanya. Yang parasnya selalu membuatku
tersenyum meski selalu mendapat nilai jelek. Hehe...
Beberapa kali ku coba
memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaanku. Namun, selalu gagal.
Masalahnya hanya satu. Aku terlalu pengecut. Aku selalu dihantui pertanyaan,
bagaimana kalau aku ditolak? Aku belum siap patah hati. Apalagi, akhir-akhir
ini ada seseorang yang mengusik ketenanganku. Tita. Teman sekelasku, yang
akhir-akhir ini ku dapati sedang memperhatikanku. Aku tak tahu mengapa aku
senang diperhatikan olehnya. Ah, apa-apaan aku ini! Hatiku telah terisi dengan
sosok Ara. Tak ada tempat untuk Tita.
Waktu terus saja berlalu.
Meninggalkan berjuta kenangan. Menyisakan berbagai rasa. Kini, bertepatan
dengan hari ulang tahunku, aku telah memutuskan untuk mempertaruhkan harga
diriku untuk menyatakan perasaanku, kepada seorang Ara. Ah, Ara. Hari ini akan
semakin berarti.
Semuanya telah ku persiapkan. Bersama
sahabat-sahabatku, aku berhasil menyihir lapangan basket menjadi sebuah tempat
yang indah. Semuanya serba
ungu, warna kesukaan Ara. Ah, hatiku semakin berdebar.
Teman-teman semuanya kuundang.
Termasuk Tita. Ah, aku ini! Saat seperti ini, masih saja teringat Tita. Uhm,
udahlah. Sekarang semuanya telah siap. Dinginya malam yang dari tadi serasa
menusuk kulitku, kini semakin tak terasa. Seiring berlalunya detik demi detik.
Jantungku bergedub semakin tak karuan. Ara, ku mohon datanglah!
Waktu menunjukan tepat pukul delapan
malam. Satu dua temanku mulai berdatangan. Dan tubuhku semakin panas. Grogi, stress, panik. Ara...! Itu dia. Oh
tidak, mukaku pasti memerah saking senangnya.
Acara berjalan cukup lancar.
Sampai akhirnya, waktuku untuk menyatakan perasaanku, tiba. Sahabat-sahabatku
memberi kode. Dengan semangat yang tiba-tiba mengalir di tiap persendianku, kuberanikan
melangkah ke tengah kerumunan teman-teman. Huh... ya Tuhan, selamatkan aku!
”Uhm... Temen-temen, makasih
sebelumnya, udah rela menduakan tugas
sekolah untuk datang keacara ini...,”
Hening. Ku lirik Ara yang
sepertinya sedang membaca sms. Dan entah kenapa, ku lihat ke arah Tita. Dia
tertunduk, sambil sepertinya mengulum senyum. Kutelan ludah kemudian
kulanjutkan kalimatku.
”Jujur, sebenernya, aku di ngundang
kalian ke sini, selain buat ngraya’in
ultahku, juga buat... er... buat menyaksikan sesuatu... er... sebagai
saksi... uhm... er... aku mau nyatain...
uhm... perasaanku sama... er... seseorang... yaitu...,”
Kalimatku seketika berhenti.
Ketika ku lihat seseorang mendekati Ara. Membisikan sesuatu, kemudian Ara
dengan centilnya pergi dari acaraku tanpa rasa bersalah.
Duar...! Siapa dia?
Ada apa di antara mereka? Apa
mungkin... Apa mungkin dia.... mereka...? Aaarrrggghhh...!
”Tita”
Deg...! Mulutku bagai bicara
sendiri, tanpa sempat kuhentikan. Aku bingung dengan ucapanku sendiri. Tanpa
sadar, aku nembak Tita. Sahabat-sahabatku berlomba melototin aku. Sedang teman-teman
lain, riuh bertepuk tangan, tak tahu kegundahan di hatiku. Kuberanikan menatap
Tita yang sepertinya mukanya bersemu merah. Desiran lembut mengusik hatiku,
ketika kudekati sosoknya.
Semuanya terasa begitu cepat.
Dan ketika Tita mengiyakan perasaanku, rasa bahagia luarbiasa merasuki tiap
persendianku. Aku tak tahu perasaan apa ini. Dia bukan yang kuinginkan malam
ini, namun mengapa terasa menyenangkan? Jiwaku terasa puas dan merasa sangat
beruntung.Ah, Tita...!
Hari-hariku kini terasa lebih
indah. Tita selalu ada saat aku membutuhkanya. Mungkin dia sengaja dikirimkan
Tuhan untuku. Kini, setiap kutatap parasnya, aku merasa sangat bahagia. Dia
selalu tahu apa yang kubutuhkan. Ah... dia benar-benar mengerti aku. Kini aku
tahu, Tuhan tidak selalu memberikan apa yang kita inginkan. Tapi, Dia
selalu memberikan apa yang kita butuhkan. Thanks a lot, oh my God.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar