Selasa, 03 Desember 2013

Ku Yakin Cinta

Iseng, sesorean ini aku membuka buka file masa-masa smp... masa-masa suka banget sama novel novel teenlit. Masa masa seneng banget nulis cerpen tentang cinta cintaan. hahaha...
Dan ku temukan puluhan cerpen bikinanku saat smp.
asli, sumpah, ngakak sendiri baca karyaku dulu. Ya ampun... anak smp udah cinta - cintaan!
Haha...
aku ingat betul darimana semua kisah ini berawal. Sejak punya skandal sama kakak kelas, mbak desi gara - gara cerpenku dimuat di majalah dinding sekolah, bercerita tentang seorang kakak kelas yang kiler... haha, dan mbak desi tersinggung. satu tahun penuh diteror satu angkatan. wahaha... dasar ndari.. ndari.. dari dulu ternyata udah hobbi bikin masalah sama orang!
.
Lagi, ada cerpen satu lagi yang mengingatkanku tentang romansa cinta pertama yang sampe sekarang masih aja nggak ilang. Tentang Mr. Tak Tergapai, anang... haha... anang anang.... dia tu bener-bener deh...
Anang nggak mungin baca blog ini kan?
Aku ngakak baca cerpen yang ini... sekaligus miris...
bukan tentang anang yang bikin ngakak.
Tapi tentang ceweknya anang, si avin. Haha, cerpen ini terinspirasi dari avin yang selingkuh dari anang, sementara anang nggak tau. Aku yang tau dan aku marah-marah sama avin. Dan aku dimarahin anang gara-gara dikir mau nghancurin hubungan mereka. dan aku dibully seangkatanku... wah ndar, bener-bener deh... hobi banget nyari masalah...!
Udah 8 tahun nang, dan aku masih bisa ngrasain gimana nyeseknya selama 3 tahun aku suka sama kamu dulu pas smp. hahaha... ini ketawa, ketawa miris...
Wis, selesai ngebicarain anang. Disini, sekarang, aku mau share salah satu cerpenku yang lumayan ancur, tanpa editan. Pyur bikinanku pas SMP. Aku lupa ini dapet ide dari mana, tapi mending silahkan kalo ada yang mau baca... lumayan panjang sih...
tapi jangan mual ya setelah baca, maklum lah, bikinan anak SMP yang patah hati selama 3 tahun..



KU YAKIN CINTA
Oleh : Suryandari Pangestu

”Ra, kamu mau ndak jadi ceweku?”
Kalimat itu selalu terniang di kepalaku. Kalimat yang sederhana, yang seharusnya kukatakan sejak dulu. Sejak hatiku terpaku pada sosoknya. Sejak hati ini berdebar tiap memandang parasnya. Sejak senyumnya mampu membuat darahku terpompa lebih kencang dari biasanya. Sejak itu... oh, betapa bodohnya aku! Sampai saat ini pun, aku tak dapat mengungkapkanya. Tak berani. Oh, laki-laki macam apa aku ini!
Ara. Perempuan manis, kelas sebelah yang berhasil memasuki bilik hatiku. Dia yang selama ini mengisi hari-hariku. Yang menyita waktuku untuk selalu memikirkanya. Yang parasnya selalu membuatku tersenyum meski selalu mendapat nilai jelek. Hehe...
Beberapa kali ku coba memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaanku. Namun, selalu gagal. Masalahnya hanya satu. Aku terlalu pengecut. Aku selalu dihantui pertanyaan, bagaimana kalau aku ditolak? Aku belum siap patah hati. Apalagi, akhir-akhir ini ada seseorang yang mengusik ketenanganku. Tita. Teman sekelasku, yang akhir-akhir ini ku dapati sedang memperhatikanku. Aku tak tahu mengapa aku senang diperhatikan olehnya. Ah, apa-apaan aku ini! Hatiku telah terisi dengan sosok Ara. Tak ada tempat untuk Tita.

Waktu terus saja berlalu. Meninggalkan berjuta kenangan. Menyisakan berbagai rasa. Kini, bertepatan dengan hari ulang tahunku, aku telah memutuskan untuk mempertaruhkan harga diriku untuk menyatakan perasaanku, kepada seorang Ara. Ah, Ara. Hari ini akan semakin berarti.
Semuanya telah ku persiapkan. Bersama sahabat-sahabatku, aku berhasil menyihir lapangan basket menjadi sebuah tempat yang indah. Semuanya serba ungu, warna kesukaan Ara. Ah, hatiku semakin berdebar.
Teman-teman semuanya kuundang. Termasuk Tita. Ah, aku ini! Saat seperti ini, masih saja teringat Tita. Uhm, udahlah. Sekarang semuanya telah siap. Dinginya malam yang dari tadi serasa menusuk kulitku, kini semakin tak terasa. Seiring berlalunya detik demi detik. Jantungku bergedub semakin tak karuan. Ara, ku mohon datanglah!
Waktu menunjukan tepat pukul delapan malam. Satu dua temanku mulai berdatangan. Dan tubuhku semakin panas. Grogi, stress, panik. Ara...! Itu dia. Oh tidak, mukaku pasti memerah saking senangnya.
Acara berjalan cukup lancar. Sampai akhirnya, waktuku untuk menyatakan perasaanku, tiba. Sahabat-sahabatku memberi kode. Dengan semangat yang tiba-tiba mengalir di tiap persendianku, kuberanikan melangkah ke tengah kerumunan teman-teman. Huh... ya Tuhan, selamatkan aku!
”Uhm... Temen-temen, makasih sebelumnya, udah rela menduakan tugas sekolah untuk datang keacara ini...,”
Hening. Ku lirik Ara yang sepertinya sedang membaca sms. Dan entah kenapa, ku lihat ke arah Tita. Dia tertunduk, sambil sepertinya mengulum senyum. Kutelan ludah kemudian kulanjutkan kalimatku.
”Jujur, sebenernya, aku di ngundang kalian ke sini, selain buat ngraya’in ultahku, juga buat... er... buat menyaksikan sesuatu... er... sebagai saksi... uhm... er... aku mau nyatain... uhm... perasaanku sama... er... seseorang... yaitu...,”
Kalimatku seketika berhenti. Ketika ku lihat seseorang mendekati Ara. Membisikan sesuatu, kemudian Ara dengan centilnya pergi dari acaraku tanpa rasa bersalah.
Duar...! Siapa dia?
Ada apa di antara mereka? Apa mungkin... Apa mungkin dia.... mereka...? Aaarrrggghhh...!
”Tita”
Deg...! Mulutku bagai bicara sendiri, tanpa sempat kuhentikan. Aku bingung dengan ucapanku sendiri. Tanpa sadar, aku nembak Tita. Sahabat-sahabatku berlomba melototin aku. Sedang teman-teman lain, riuh bertepuk tangan, tak tahu kegundahan di hatiku. Kuberanikan menatap Tita yang sepertinya mukanya bersemu merah. Desiran lembut mengusik hatiku, ketika kudekati sosoknya.
Semuanya terasa begitu cepat. Dan ketika Tita mengiyakan perasaanku, rasa bahagia luarbiasa merasuki tiap persendianku. Aku tak tahu perasaan apa ini. Dia bukan yang kuinginkan malam ini, namun mengapa terasa menyenangkan? Jiwaku terasa puas dan merasa sangat beruntung.Ah, Tita...!

Hari-hariku kini terasa lebih indah. Tita selalu ada saat aku membutuhkanya. Mungkin dia sengaja dikirimkan Tuhan untuku. Kini, setiap kutatap parasnya, aku merasa sangat bahagia. Dia selalu tahu apa yang kubutuhkan. Ah... dia benar-benar mengerti aku. Kini aku tahu, Tuhan tidak selalu memberikan apa yang kita inginkan. Tapi, Dia selalu memberikan apa yang kita butuhkan. Thanks a lot, oh my God.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar