Minggu, 07 Desember 2014

Ini sudah oktober!

(haha.. postingan ini ditulis akhir oktober lalu tapi belum sempat diposting)
Hai...
Ini sudah oktober dan aku baru menuliskan ini sekarang. Bukan karena waktu kemarin tak ada kesempatan, bukan juga karena aku malas menulis sesuatu disini. Hanya saja aku ketakutan untuk menuliskan apa pun saat itu. Segala kegelisahanku tentang dia. Tekanan dari teman-temanku untuk menyuruhku berhenti, yang meskipun menyakitkan tapi mereka hanya menghawatirkanku. Menghawatirkan masa depanku, kebahagiaanku dan moralku. Tapi ya, aku tertekan. Apa yang kalian harapkan benar-benar bertentangan dengan apa yang kuinginkan. Mungkin ini pertamakalinya aku benar-benar ingin menjadi penjahat. Ah, sudahlah.
Oktober ini sudah hampir berakhir.
Kira-kira seminggu yang lalu aku mengiyakan ajakannya untuk -seperti orang kebanyakan- pacaran. Di greenhouse, dua hari setelah aku ulang tahun, dan melewati diskusi yang cukup intens untuk mencapai kesepakatan itu. Oh, bagaimana mungkin aku bisa melewatkan kesempatan untuk berharap bisa menua bersama orang dengan kualitas seperti dia!
Aku terbiasa menekan segala harapanku padanya. Mungkin sampai sekarang, bahkan. Bukan aku tidak yakin, hanya saja semua ini terasa sangat menyenangkan sampai-sampai aku takut suatu saat terbangun dan menyadari bahwa semua hanya ilusiku semata. Seperti yang sudah-sudah.
Ah ya! Aku pikir ini adalah awal mulai dari kenekatan dan kekeras kepalaanku untuk bertahan selama ini. Bergerilya dengan rasa cemas dan takut yang memenuhi dadaku. Bersenang-senang di tepi jurang dan berfikir untuk hanya fokus pada rasa bahagianya. Dan aku sekarang bagaikan ditempatkan di satu tempat yang lapang. Dibebaskan berbahagia dengan semua imajinasi dan harapanku yang terkadang liar.
Aku -tentu saja- tak mungkin menuliskan semua yang terjadi akhir-akhir ini, dan segala bentuk perasaanku. Tak akan muat. Terlalu gila. Tapi ya, akan kucoba menuangkan selapis kulit ari dari semua ini.
Sandy, terimakasih!
Aku tak tahu apakah seharusnya aku berterimakasih padamu atau tidak. Haha.. tapi ya, aku sedang sangat bahagia bersamamu sekarang ini. Meskipun kita berbatas ruang dan waktu. Segala ide gila yang kita rumuskan bersama, segala pikiran yang selalu kita bagi dan pengalaman masing-masing yang tentunya sangat berbeda tapi itu menyenangkan sayang! Kau dengan segala caramu, perhatianmu (oh tidak harus aku katakan bukan? Ini kata jamak!), keangkuhanmu sampai kewaguanmu yang sudah mencapai tingkat tertinggi. Hahaha..
Terimakasih. Aku ingin sebuah kisah cinta manis yang wagu dan tak terlupakan. Didepan akan sangat banyak hal yang membuat aku atau kau goyah dengan ini, aku yakin. Pilihan-pilihan sulit, egoisme masing-masing yang tinggi, karena ya, aku sama keras kepalanya sepertimu, errr... mungkin keinginan yang berbeda, dan entahlah. Tapi itu akan sangat menyenangkan bukan? Kita akan melewatinya bukan? Oh, ayolah! Hahaha...
Terimakasih, karena setidaknya telah membuatku merasa menjadi perempuan. Love you, Sandy!

-Akanoma, beratus-ratus kilometer darimu-

Selasa, 16 September 2014

Antara ‘Nunggu Mapan’ dan ‘Digantungin’



Topik ini sebenarnya bukan sesuatu yang baru, tapi sudah tersimpul disalah satu sudut yang terbentuk oleh endapan pemahaman-pemahaman yang selama ini saya pahami. Satu pola pikir yang mungkin tidak hanya saya yang memahami dari prespektif ini. Sebuah sudut pandang tentang kemapanan dan pernikahan. Akan sangat lucu karena coretan ini dibuat oleh seorang remaja tua yang belum pernah menikah dan jomblo. -_-
Berawal dari dunia remaja yang terusik oleh kenyataan umur yang semakin bertambah dan topik pembicaraan baru yang mungkin saat itu masih sangat dini untuk dibicarakan, pernikahan. Sampai saat ini dengan umur hampir menginjak 21 tahun, sudah berkali-kali topik pembicaraan itu menyusup diam-diam diantara obrolan saya dengan teman-teman sebaya, terutama perempuan. Topik yang semakin kesini semakin sering kami bicarakan. Satu dua teman mulai mengirim undangan, semakin ramai topik itu kami bicarakan. Dan entah untuk alasan apa, dari semua teman yang sudah dan akan menikah sampai saat ini, semuanya perempuan.
Puncak dari semua ini sampai tangan saya rasanya sangat gatal untuk menuliskan coretan ini adalah semalam. Saat salah seorang teman, perempuan, menyeret topik pernikahan kedalam obrolan malam yang biasa kami lakukan. Curhatan berawal dari kegelisahanya terhadap pasangannya yang selalu saja mengelak saat dihadapkan dengan pembicaraan serius tentang hubungan mereka. Dan lagi-lagi kata itu yang muncul, “mapan”. Ini alasan klasik. Oke, saya perjelas! Entahlah apa yang membuat ini menjadi begitu rumit, tapi kata itu berkali-kali muncul dan menjadi sumber masalah. Saat sang perempuan merasa sudah siap menjalin hubungan yang lebih serius, “menunggu mapan” selalu menjadi senjata pamungkas bagi kaum laki-laki. Coretan ini bukan menyudutkan pihak tertentu dan bukan mendisriminasi antara perempuan dan laki-laki. Bukan juga membicarakan tentang perempuan yang memilih karir dahulu sebelum manjadi ibu. Hanya sebatas rasa gregetan ingin menuliskan sudut pandang saya, dan mungkin beberapa perempuan lainnya yang sepemahaman dengan saya.
Umur 21 tahun bukanlah umur yang dini untuk menikah bagi perempuan. Pilihan antara menikah atau berkarir sudah sangat wajar dipikirkan saat usia kami menginjak kepala dua. Mungkin sedikit berbeda dengan laki-laki yang biasanya mulai memikirkan tentang pernikahan setelah menginjak umur 25 tahun keatas. Tetapi ini akan menjadi masalah saat mempunyai pasangan sebaya. Akan ada pembicaraan sangat wajar saat sang perempuan mulai menanyakan keseriusan pasangannya, dan sang laki-laki melemparkan pernyataan ‘nanti kalau sudah mapan’. Pertanyaannya adalah apa sih korelasi antara mapan dengan menikah?
Mapan yang selalu dimaksudkan disini adalah kondisi nyaman baik dari segi pendapatan yang mencukupi, kondisi social dari masyarakat yang mengakui keberadaanya, dan meluas menjadi sudah punya rumah, sudah punya mobil, sudah punya investasi, bla bla bla. Persamaan pemikiran antara perempuan dan laki-laki dalam menerjemahkan kata mapan yang manjadi masalah. Apakah hubungan serius yang selama ini diimpikan menunggu kriteria ini : laki-laki dewasa yang ekonominya terjamin, punya pekerjaan jelas, dihormati banyak orang, berbudi pekerti luhur, tampan, gagah dan berkharisma. Mungkin itulah mapan yang selama ini menjadi pemahaman bersama. Tapi itu kapan? Tujuh tahun lagi, saat usia kami sudah 27 tahun? Sepuluh tahun lagi, saat usia kami sudah 31 tahun? Pada saat itu, bukankah wanita muda berumur 24 tahun yang masih cantik dan sedang sangat matang akan lebih menarik? Setelah itu kami terlupakan dengan umur 31 tahun dan harus mencari pasangan lain. Seperti itu? Itupun kalau 10 tahun lagi benar-benar sudah mapan. Lha kalau belum?
Lalu ada yang mengelak. Kalau belum mapan, nanti mau makan apa? Kalau punya anak bagaimana, sementara anak biayanya besar. Saya tidak akan mengomentari ini secara panjang karena sudah dijawab dengan sangat ketus oleh teman perempuan saya. Kalau kamu percaya tiap anak sudah diatur rejekinya masing-masing itu bukan satu masalah. Lagi pula, yang penting sudah punya penghasilan, masalah mapan kan bisa dibangun bersama!
Ya! Mapan kan bisa dibangun bersama. Malah justru mapan harus dibangun bersama. Bukankah sangat indah saat memulai sesuatu bersama-sama, dengan keluarga kecil yang mensupport langkah-langkah sukses yang sudah direncanakan, saat gagal masih ada istri yang menyemangati, saat berhasil akan dinikmati bersama. Sampai akhirnya suatu hari akan mencapai definisi ‘mapan’ yang diharapkan. Dibandingkan dengan menunggu mapan sendiri, jatuh sendiri, berusaha bangkit sendiri.  Mungkin itu bukan sesuatu yang buruk, kalau saja berhasil mapan pada akhirnya. Lha kalau nggak mapan mapan? Umur 30 tahun tetapi masih saja kesusahan, tidak punya penghasilan, tidak jelas tujuannya apa, dan tidak punya istri pula. Bagaimana? Tapi ya, memang harus optimis selagi muda! Tapi tetap saja, mapan yang dibangun bersama akan lebih mudah mencapainya, itu pandangan saya. Meskipun kembali lagi ke individu masing-masing tentang kepercayaan dirinya.
Sekarang kembali ke masa-masa 21 tahun. ‘Nunggu lulus’ atau ‘nanti kalau sudah dapat kerja’ mau bagaimanapun akan lebih masuk akal daripada alasan ‘mapan’. Lama-lama alasan ‘nunggu mapan’ tidak saya pandang menjadi satu alasan yang benar. Saat kata-kata itu muncul, pikiran saya langsung mengarah ke kesimpulan bahwa sang laki-laki belum yakin dengan sang perempuan. Ini bukan masalah mapan tidak mapan, ini masalah yakin tidak yakin. Karena bagaimanapun, saat seseorang sudah yakin, dan tentunya sudah punya penghasilan, tidak ada yang dicari lagi bukan? Lalu buat apa sang perempuan disuruh nunggu sampai mapan? Di keep dulu biar nggak lari? Biar besok kalo nggak mapan-mapan masih ada yang mau? Tapi kalo mapan, banyak yang mau jadi bisa milih antara pasangannya dulu atau perempuan-perempuan lain yang masih muda?
Jangan ngomongin cinta ya disini? Kalau udah bilang ‘nunggu mapan’, atau ‘nanti dulu, aku belum siap’ atau nunggu sesuatu yang nggak pasti lainnya, itu udah pasti bukan cinta. Itu nggak yakin. Mau mengelak? Monggo.
Kemapanan adalah satu hal yang diimpikan semua orang. Kondisi nyaman, dengan kebutuhan yang tercover dengan baik, dan kondisi social yang menyenangkan akan lebih terasa lengkap saat semua itu dinikmati oleh sebuah keluarga kecil yang bahagia bukan? Atau pilihannya adalah mencoba mencapai itu sendiri sampai sudah pada taraf nyaman dan mapan yang dimaksudkan, baru kemudian mencari pasangan hidup yang tentunya akan antri karena kesuksesan yang dicapai. Tapi jika pilihan kedua yang ingin dilakukan, jangan ‘mengikat’ perempuan terlebih dahulu untuk jaga-jaga dengan status pacaran bertahun-tahun dengan kata-kata manis ‘menunggu mapan’. It’s bullshit! Kalau memang belum yakin, lepaskan saja. Biarkan dia mencari laki-laki lain yang siap untuk bersama membangun kemapanan bersama dirinya, atau bahkan mungkin mendapatkan laki-laki yang sudah mapan tanpa harus menunggu anda menggantungkan nasibnya.

Solo, 15 September 2014
Bagaskara Pangestu
Special for tim merchandise bamboo biennale 2014
Dan salut buat temanku yang ‘paling berjiwa cowok’ yang habis lulus mau ngajak ‘temennya’ merit tanpa harus ngasih embel-embel ‘nunggu mapan’. Sukses oppa!

Sabtu, 06 September 2014

Begini.

Ini akan menjadi postingan terpendekku.
Bukan apa2. Aku hanya ingin menuliskannya segamblang mungkin bagaimana rasanya sekarang ini.
.
Begini,
Seandainya teori reingkarnasi benar adanya, aku ingin dikehidupanku selanjutnya bertemu denganmu sebelum kau bertemu dengannya!
.
Sampai berjumpa di kehidupan yang lebih manusiawi kawan!

Jumat, 01 Agustus 2014

Kue moci yang menghilang diujung lidah.

Aku sudah benar benar ingin menulis sesuatu tentang dia disini semenjak beberapa waktu yang lalu. Tapi mungkin sampai sekarang tidak ada yang benar benar bisa kutulis. Bukan seseorang yang tak memiliki arti, lebih dari itu. Seorang teman yang berawal dari bukan teman. Dari setetes kekaguman yang bergumul menjadi sebuah ilusi. Tentang seorang anak yang ingin mendapatkan permen. Meskipun ia tahu, permen itu milik seorang pujangga.
.
Ini tidak benar. Aku benar-benar tidak tahu apa yang ingin kutulis. Mungkin tentang keresahan yang mendalam. mungkin tentang angin yang bertiup disela sela jari. Mungkin tentang savana yang menghilang diujung kelingking.
Tentang buah pala yang merekah. Tentang sandal bututmu. Tentang surga. Yang berarti kau harus mati sebelumnya. Menikam dirimu sendiri. Menikmati ujung pisau yang bergerigi. Dan semua hanyalah ilusimu semata.
.
Tuh kan aku semakin absurd menulis ini. Tapi kumohon kawan, kali ini ijinkan aku menuiskan hal-hal gila yang tak teratur. ijinkan jari-jariku meragkai huruf demi huruf sesuka hatiku. Kali ini saja. Abaikan saja semuanya yang kutulis disini. Aku hanya melepas kampas rem di ujung jemariku.
.
Dipagi yang kurang ajar ini aku menemukan bahwa ya, kau ada disana. Disuatu tempat yang teduh. Bersama kenikmatan lainnya. Es kelapa muda, mungkin. Bersama sesuatu yang membuatku terengah. Hai kawan, bukankah sangat berlebihan bahkan dari puluhan postingan di blog ini ada dua postingan yang khusus kutujukan padamu? Oh meennn!
Satu hal tentang rasa bersalahku yang mendalam. Dan kali ini tentang keresahanku yang samasekali membuatku seperti zombie. Kau tahu zombie? Ya. samasekali seperti itu.
.
Aku pernah berjanji kepada diriku sendiri, untuk tetap seperti ini dan tidak akan pernah melebihi apa yang tak boleh kusentuh. Semut-semut ini sama-sama tahu apa yang harus dilakukan. Bahwa memakan gula terlalu banyak juga bukan merupakan keputusan yang cerdas. Tidak akan ada cerita selain pertemanan. Selain persahabatan. Tidak ada. Kami sama-sama tahu. Bahwa dunia ini bulat dan berputar. Bahwa keputusan terbaikku adalah memakan durian beserta kulitnya.
.
Seperti cicak didinding. Seperti gurauanmu tentang kita, seperti api yang tiba-tiba menyebar disela-sela peradaban. Angin yang membawa aroma kematian. Dengan rasa bersalah yang menggunung seperti kawanan rusa yang sedang mengamuk. Bukan karena ada ular yang membelit mereka, tapi karena mereka tahu, bahwa bagaimanapun, apapun yang bisa kau lakukan, mereka hanyalah rusa. Tak bisa menjadi ular. Bagaimanapun.
Mengetahui tatacara bagaimana menghadapi angin yang berhembus. Semudah membungkukkan badan ketika memegang ribuan kunci yang membuatmu menghela nafas. Pendek-pendek, tapi berirama. Seperti pedang yang ditarik dari tempatnya. Seperti jeruji besi yang kokoh menghalangi semuanya menjadi beradu, bercampur. Dan pada akhirnya segalanya tampak sangat kabur. Antara kau dengan apa yang kau inginkan dan yang terjadi dan yang membuatmu resah dan yang membuatnya ada.
Kau tahu, bahkan berlianpun tampak sangat keruh saat kau jatuhkan kedalam kebusukan ini. Membelai indah jari-jarimu sampai kau terluka. Membiarkan setiap detik nadimu berdenyut pelan sambil berbisik, membisikimu bahwa kau bisa tenggelam. Bukan makna yang sesungguhnya. Hanya untaian kata tak berarti yang akan membunuhmu secara perlahan. Pelan-pelan, tak terlihat, tak terasa, tapi mematikan.
.
Apa yang kau pikirkan? Bahwa kau tak memahami setiap kata yang kutulis disini? Kau pikir aku paham? Aku juga tak tahu. Tak paham, dan sangat malas untuk memahaminya. Sama. Sama seperti apa yang kurasakan saat ini. Ditengah pagi yang berembun ini. Dengan dia yang berada beberapa meter dariku. Dan semuanya terasa absurd dan tak bisa diartikan. Tapi, biarlah. Seperti segalanya yang kutulis disini. Biarkanlah apa adanya. biarkan menemukan jalannya sendiri, Tapi kita tentusaja tahu apa yang tak boleh disentuh. Bahkan ketika kau sangat halus seperti angin. Aku tak kan menangkapmu dengan tangan. Bukan karena tidak bisa, lebih karena memang seharusnya tidak kutangkap. Seperti kupu-kupu yang terbang mengitarimu. Yang bisa kau nikmati keindahannya hanya jika kau biarkan dia terbang disekelilingmu. Bukan kau tangkap dan kau miliki. Bukan. Dan aku tak peduli bahwa tak seharusnya kau terbang disekitar sini. Tak peduli. Benar-benar tak peduli.

Rabu, 11 Juni 2014

Daun yang jatuh, sungguh tak akan membenci angin...

Aku sudah sampai rumah. Proyek sudah beres, tinggal besok jumat ketemu klien. Dan sekarang aku benar-benar tidak bisa tidur memikirkan postinganku yang terakhir. Banyak hal sebenarnya yang aku dapatkan dari sana. Ini semua tentang penerimaan. Tentang keikhlasan. Seperti kata bang tere liye yang selalu menguatkanku, bahwa daun yang jatuh tak pernah membenci angin. Dia rela jatuh ke bumi saat sudah tiba masanya. Matahari terbenam rela tenggelam ditelan samudra saat tiba waktunya. Pun bunga yang sangat cantik akan rela luruh ke bumi saat sudah tiba waktunya. Mereka rela, ikhlas, menerima siklus waktu karena memang sudah tiba waktunya. Karena mereka tahu, suatu hari, esok atau lusa, saat sudah tiba masanya, daun muda akan tumbuh kembali, matahari pagi akan terbit lagi, pucuk bunga akan kuncup lagi. Saat sudah tiba masanya. Ini semua tentang penerimaan, bahwa hidup harus menerima. Penerimaan yang indah.
.
Kisah ini pun begitu. kisah ini dipandang dari sudut pandangku, karena dengan begitu aku bisa menjadi pemeran utama... kecuali jika aku dari sudut pandang mereka, aku hanya angin yang berhembus yang tidak berarti apapun. Aku hanya sebuah daun yang jatuh di sebuah roman. Aku hanya matahari tenggelam disebuah film laga. Aku hanya sekuntum bunga yang luruh ke bumi pada sebuah novel detektif. Tapi dari sudut pandangku, aku selalu menjadi spongebob dalam kartun spongebob square pants. tet teretet teret teret.
Haha,,,
Ya, ini semua tentang penerimaan. Aku bahkan sudah menyiapkan dan memperkirakan ini akan terjadi, sungguh. Meskipun tidak separah ini, tapi setidaknya aku tahu dengan benar bahwa suatu hari ini akan berhenti. Hanya saja dalam persiapanku aku mengira semuanya bukan kebohongan, dan ini berhenti memang karena sudah tidak bisa dilanjutkan. Meskipun pada akhirnya, ternyata ini berhenti karena memang sebenarnya tidak ada yang dimulai bukan? Aku hanya bermain sendiri, dengan kesimpulan-kesimpulanku yang ternyata meleset semua, bahkan kepada orang yang kupercayai. hoho...
Well, mau bagaimanapun aku mengambil banyak hal dari kisah ini. Buat bintang tiga yang entah bagaimana membuatku merasa bersalah, aku tidak tahu harus berterimakasih, meminta maaf, marah, membencimu atau bagaimana. Aku benar-benar tidak tahu. Yang jelas, semoga semuanya baik-baik saja. Menghabiskan beberapa waktu lalu denganmu benar benar menyenangkan, meskipun ternyata semua itu hanya ilusiku semata. Aku baru tahu ternyata teoriku yang pernah kusampaikan padamu bahwa aku merasa seperti benda tembus pandang ternyata benar. Kau melihat ke arahku, tapi aku transparan, tidak terlihat. Kau hanya melihat dia. Tak pernah aku. Bulshit tentang teori kebutuhan dan keinginan. Aku tak pernah menjadi kebutuhan. Hanya kaca tembus pandang. Tapi well, disini aku hanya mencoba menerima. Penerimaan yang indah, bahwa semua saat tiba pada waktunya, aku harus siap. Harus rela luruh ke bumi saat semuanya sudah tiba pada waktunya, penerimaan yang indah. Bahwa, esok lusa semua akan baik-baik saja.
Aku mendapat banyak hal darimu, tentang menata hidup, tentang membranding diri, tentang memetakan harapan, tentang kesabaran, tentang keiklasan, tentang penerimaan. Aku menerima, akan ku tanggung semua. Setidaknya aku pernah berusaha. Ada bagian yang rusak disana, tapi akan selalu ada cara untuk memperbaikinya bukan?  Sudahlah, aku tak pernah menyesalkan keputusanku. Aku hanya menyesalkan sikapmu.
Buat bintang empat, kau terakhir bilang bahwa kau mundur. Aku tak pernah mengiyakan, aku tak pernah mempertanyakan. dan suatu hari, mungkin esok lusa saat kau kembali maju, aku tak kan pernah mengomentarimu sebagai penjilat ludah sendiri, tidak, bukan seperti itu. Aku tahu betul Tuhan selalu dengan mudah membolak balikan perasaan. Ini bukan tentang janji dan perkataan, ini tentang perasaan. Bahkan ketika kau bilang kau menjilat ludah sendiri saat bersamanya, aku tidak setuju dengan pernyataanmu. Hati selalu bisa berubah. Aku tahu betul itu.
Terimakasih untuk waktu itu, sebuah obrolan penuh emosi di sebuah warung bakmi.Aku yakin itu juga bagian dari rencana Tuhan. Kita sudah memplaningkan untuk bertemu jauh-jauh hari saat aku dan bintang tiga masih baik-baik saja. Tapi tak pernah berhasil bertemu. Dan obrolan kita terjadi tepat satu hari setelah pembicaraanku dan bintang tiga yang menghentikan semuanya, membuangku begitu saja. Mungkin kalau kita berbicara sebelum itu, aku bisa benar-benar terhantam. Tapi karena semuanya sudah berahkir, dan kita baru membuka semuanya, rasanya hantamannya tidak sekeras yang dibayangkan. Dan jika kita tak pernah membicarakannya, mungkin sekarang aku sangat kesakitan. Tapi karena semuanya kau buka, rasa sakitnya justru menghilang. Sekarang rasanya kebas. Entah karena terlalu sakit, entah karena sakitku kalah dengan marahku, entah karena aku malu luarbiasa karena kenyataan bahwa ternyata aku bukanlah apa-apa, bahkan bukan sebutir debu pun. Entahlah, tapi merasakan bahwa ini tidak semengerikan yang ku bayangan, itu membuatku sangat bersyukur. Terutama karena aku bisa menerima. Tuhan memberiku hati yang kuat.
Tuhan juga memberimu hati yang kuat lun, tetap semangat ya..! Mundur bukan bagian dari janjimu dan bukan sesuatu yang perlu kau pertanggungjawabkan. Hati selalu bisa berubah. Tapi kamu selalu berhak untuk dapat seseorang yang lebih baik.
.
Hmm... sepertinya postingan ini sudah cukup panas meskipun aku jelas menahan semuanya. Well.. bagaimanapun juga, ada sebuah percakapan yang kuingat. "suatu saat, saat kita punya kerjaan masing-masing, kadang-kadang kita tiba-tiba janjian buat makan diluar. Dan kita ketemu disela-sela jam sibuk kita, mengobrol sambil makan dan bernostalgia seperti sekarang ini. Membicarakan sesuatu yang menarik. haha... ". Sepotong pembicaraan yang entah kenapa menyenangkan sekali. Pembicaraan saat semuanya baik-baik saja. Saat tak ada perasaan melebihi sahabat. Saat kamu benar-benar menjadi teman yang baik, yang menyenangkan, tanpa prasangka, tanpa perasaan. Pembicaraan dua sahabat yang sudah lama tidak mengobrol. Ya, kau selalu menjadi sahabatku kawan. Meskipun kau benar-benar berenksek sekalipun. Ketika semuanya berjalan tanpa perasaan. Hanya ikatan persahabatan. Suatu hari, saat semua sungguh sudah baik-baik saja, mungkin jika memungkinkan. "hey, luang? Ayo keluar makan."

Hot Machiato at Green Book Coffe

Sekarang ini aku sedang menunggu teman-teman untuk membahas proyek renovasi rumah yang sedang kami garap. Sementara ini masih sendirian, ditemani secangkir hot machiato dan senandung lagu dari speaker yang berada tepat diatasku. Menganggu kenyamanan pengunjung lain gara2 ketawa sendirian, dan sesekali dilirik mas-mas ganjen di depan pintu dengan pandangan hina. hahaha...
.
Jadi ceritanya mereka lama banget, nggak nongol-nongol, dan asilkah aku berselancar di dunia maya. ciyee... sampai tiba-tiba lagu di cafe ini berubah. Sebuah lagu dari gita gutawa yang cukup membuatku berhenti terdiam. Rangkaian kata.
.
... Semua hanya rangkaian kata
Yang kau sebar ke semua wanita
Ooh bodohnya aku sempat percaya

Kamu ...
Sempat buatku berpikir semua
Yang kita punya nyata
Kamu ...
Dan semua kata - katamu
Semua palsu...
.
Lalu pikiranku melayang-layang ke beberapa minggu lalu. Saat sebuah manuver bersejarah terjadi di festival perasaanku. Ya, beberapa minggu lalu tapi sengaja tidak kutuliskan disini. Karena mungkin akan menyakitkan beberapa orang yang kemungkinan membaca postinganku di blog ini. Lalu kenapa malam ini kuputuskan untuk membahasnya? Karena beberapa minggu terakhir ini, masalah itu membuatku kebas. Jujur, aku menunggu rasa sakit itu datang dan aku bisa meluapkannya. Membebaskan semua emosiku meledak keluar. Tapi tidak terjadi. Aku masih saja kebas. Merasa baik-baik saja, meskipun aku tahu ada sesuatu yang serasa menyumpal tenggorokanku setiap waktu.
.
Aku baik-baik saja. bahkan sejak malam itu, di cafe tengah hutan itu. Aku masih baik-baik saja sampai sekarang. Setidaknya aku merasa baik-baik saja. Berkali-kali aku berusaha menangis, berusaha meluapkan emosiku, menyalahkan dia, menyalahkan semua orang. Tapi tidak bisa. Aku tidak bisa menangis sampai puas, hanya beberapa kali itupun setelah kupaksa karena sudah tidak tahan menanggung gumpalan besar yg menyumbat kerongkonganku sepanjang waktu. Aku benar benar kebas. Tidak bisa merasakan apapun. Meskipun tidak bisa aku pungkiri, beberapa kali aku menemukan diriku terdiam memikirkan waktu-waktu saat aku bersamamu, dan berfikir itu semua palsu, bahwa semua adalah kebohongan, bahwa aku begitu bodoh, bahwa aku sekali lagi salah menyimpulkan sesuatu. Dan setiap itu terjadi, aku selalu berharap ada rasa sakit yang datang. Lalu aku tersadar, bahwa tidak ada yang sakit. Aku tidak bisa menemukan hatiku. Setelah itu aku kembali melakukan rutinitasku.
.
Menyenangkan sebenarnya mengetahui bahwa ini tidak menyakitkan. Meskipun ya, gumpalan itu ada sepanjang waktu, dan entah kapan bisa hilang. Tapi setidaknya, aku selalu masih bisa tersenyum bahagia bersama orang-orang disekitarku, aku masih punya ribuan harapan yang menunggu untuk digapai, aku masih bisa hidup bahkan lebih baik daripada sebelumnya. Melegakan.
.
Aku memang masih merasa sangat direndahkan sampai-sampai diperlakukan seperti sampah seperti itu. Ditipu habis-habisan oleh kesimpulan-kesimpulan yang kubuat sediri. Dijadikan semacam pelarian oleh seseorang yang kupercayai memang menjadi satu hal yang benar-benar membuatku terpukul. Tapi, yasudahlah. Aku terlalu menganggap semua orang disekitarku adalah orang baik. Ehm.. mereka baik, hanya selalu punya kepentingan. Aku yang kurang cepat menyadari itu. Sudahlah. Aku tidak menyesal. Bagaimanapun ini adalah prosesku menjadi seseorang yang lebih baik dari sebelumnya. Iya kan?
.
Oke, lagi. Sebuah lagu kembali diputar diatas kepalaku, dan membuatku nyengir getir.
.
...terlalu sadis caramu
menjadikan diriku
pelampiasan cintamu
agar dia kembali padamu
tanpa perduli sakitnya aku
tega niannya caramu
menyingkirkan diriku
dari percintaan ini
agar dia kembali padamu
tanpa perduli sakitnya aku...     afgan-sadis
.
sepertinya mas-mas pemilik cafe ini sengaja memutarkan lagu ini. -_- ah, sudahlah!
.
Oke, kembali ke sini. Haha.. lagi lagi aku menemukan diriku terdiam dengan tatapan kosong barusan. hmm.. apalagi ya? Sepertinya tidak ada yang bisa kuceritakan disini. Ketika aku bercerita, aku hanya akan menjelek-jelekkan orang lain. Aku cukup bercerita tentang diriku kan. Ya inilah aku saat ini. Aku baik-baik saja, setidaknya aku merasa baik-baik saja. Mungkin ada sesuatu yang rusak parah disana sampai aku tidak bisa merasakan apapun. Tapi setidaknya aku bisa melupakan itu sampai selesai diperbaiki dan bisa ku gunakan lagi untuk orang lain yang lebih baik dari dia. Aku berhak mendapatkan seseorang yang lebih baik. Seseorang yang bisa memperlakukanku seperti aku memperlakukannya. Yeah... (sambil mengangkat dua jari ala jokowi..) haha..
.
Oke, mereka sudah datang. Hot machiatoku sudah dingin tapi masih bisa kunikmati. Dan ini waktunya bekerja. Oke, mas-mas ganteng tapi sudah punya istri yang itu sudah datang juga. Aku benar-benar harus mengalihkan konsentrasiku pada proyek ini, so, postingan ini cukup sampai sekian. Aku harap semuanya baik-baik saja. Buat bintang empat yang sepertinya juga cukup terpukul, dan buat bintang tiga yang aku yakin masih galau gara-gara bintang empat. Yah,, aku memang bukan siapa-siapa. Bahkan sepertinya pelarian pun bukan. Bukan figuran, tidak masuk dalam naskah. Hanya hembusan angin yang tidak perlu dipedulikan, tidak berarti, tidak cukup penting untuk dipedulikan dalam kisah kalian. Tapi aku punya kisah sendiri yang menjadikanku pemeran utama, jadi aku hanya perlu menemukan lagi kisah yang lebih baik bukan. Oke, selamat malam.

.
Green Book Cafe, 10.38 PM -meja yang sama saat terakhir kali aku kesini bersamamu, kawan-

Jumat, 09 Mei 2014

Run To You

With you Everything seems so easy
With you My heartbeat has found its rhythm
With you I’m so close to finding my home

With you I dont care if I’m a little bit crazy
Cause with you nothing’s wrong

I was broken I was wasted
Then you came like an angel in the rain
Love used to slip trough me like waters slips trough hands
But with you it changed I know I feel I’m closer to your heart
I am run run running to you And I’ll keep you safe forever
Through the tears trough the love and all the nights we share
I am run run running to you And I’ll keep you safe forever
Don’t you know my love don’t you know
two hearts can beat as one

Love used to slip trough me like water slips
trough hands but no more
No more lonely nights no more no more
So c’mon c’mon hold on hold on hold on

I am run run running to you And I’ll keep you safe forever
Through the tears trough the love and all the nights we share
I am run run running to you And I’ll keep you safe forever
Don’t you know my love don’t you know two hearts can

I am run run running to you And I’ll keep you safe forever
Through the tears trough the love and all the nights we share
I am run run running to you And I’ll keep you safe forever
Don’t you know two hearts can beat as one


Sebuah lagu untuk semua orang yang kucintai
:* :* :*

Jumat, 25 April 2014

7 Peraturan Jatuh Cinta

Kali ini ijinkan saya 'ngeshare' sebuah tulisan dari bang Tere Liye yang bikin gregetan. Ini sebuah ulasan tentang 7 peraturan jatuh cinta versi dia, dan saya amini. haha....

**7 Peraturan Jatuh Cinta (Versi Darwis Tere Liye)
Kalian harus menguasai 'peraturan jatuh cinta' sbb:

1. Jatuh cinta itu memulainya amat mudah, tapi menghentikannya susah payah.
    Pahami peraturan sederhana ini. Buat kalian yang belum pernah jatuh cinta mungkin tidak tahu, tapi buat yang sekarang lagi patah hati, mereka sudah level S-3 atau profesor pahamnya. Maka, kalau kalian percaya dengan peraturan ini, berhati2lah selalu untuk jatuh cinta, bukan sebaliknya, malah asyik bermain dengan perasaan. Jangan coba2 membuka bendungan hati kalian, nanti jebol tidak terkendali. 

2. Jatuh cinta itu tidak pernah rumit. Sederhana. Selalu sederhana. Tapi orang2nya lah yang membuat rumit.
   Camkan baik2. Lagi2, buat kalian yang belum pernah jatuh cinta mungkin tidak paham, tapi besok lusa, ketika kalian mencemplungkan diri dalam urusan ini, ingat peraturan tersebut. Kitalah yang selalu membuat rusuh, galau, ribet, bego diri sendiri. Jatuh cintanya sih nggak. Cinta itu selalu simpel. Orang2nya yg rumit. Dalam urusan yang sudah pasti sekalipun orang2 tetap saja membuat rumit, apalagi dengan perasaan tidak jelas, hubungan tdk lurus, lebih rumit lagi.

3. Cinta itu bisa redup, bahkan padam, pun juga bisa menyala tinggi. Tergantung kita.
    Bohong banget kalau cinta orang itu terussss saja menyala tinggi. Itu hanya trik pemasaran film, buku2, dsbgnya. Dilebih2kan, biar yang nonton atau baca senang hatinya. Cinta itu persis seperti api unggun. Kita sendiri yang menentukan apakah api unggun itu akan terus menyala atau padam. Nah, kebanyakan, orang2 bahkan sukarela menyiram api unggunnya dengan minyak tanah sekontainer, maka menyala tinggilah dia sesaat, membakar dirinya sendiri, merusak. Tanpa sempat berpikir, apakah perasaannya itu sungguhan atau karena dia tidak mampu mengendalikan diri. Tanyakan ke orang tua kalian, yang membuat pernikahan itu awet hingga 50 tahun, bukan karena cintanya terus menyala tinggi. Tapi karena mereka punya komitmen, kepercayaan. Dengan dua hal tsb mereka memutuskan untuk jatuh cinta lagi, jatuh cinta lagi pada suami/istrinya hingga bertahan puluhan tahun.

4. Jatuh cinta itu tidak bisa membuat kenyang. Pun, jatuh cinta tidak bisa membuat kita produktif.
    Saya serius. Memang betul, orang2 bisa saja enggan makan saat hatinya sedang riang karena cinta. Tapi itu tidak membuat kenyang. Come on, lebih penting krisis kelaparan di negara Afrika sana dibanding krisis cinta satu dunia. Jika kalian paham peraturan ini, maka kalian akan tahu: ada banyak hal lebih penting dibandingkan urusan jatuh cinta. Juga benar, orang2 yang jatuh cinta memang lebih kreatif, lebih semangat, tapi itu tidak membuatnya otomatis produktif. Saat dia berhasil membuat novel, lagu atau karya2 monumental, itu karena ybs sendiri memang produktif, bukan karena perasaan tsb. Coba saja lihat, milyaran orang2 jatuh cinta, tdk semuanya jadi pencipta karya masterpiece.

5. Jatuh cinta itu harus diuji, bukan diterima apa adanya
    Hari ini, banyak sekali orang2 yang mudah jatuh cinta, lantas bilang, telah kuberikan segalanya untuknya. Aduh, kalian kebanyakan nonton film atau baca buku tentang cinta deh. Jatuh cinta itu butuh diuji, habis2an. Bukan dengan tangan terbuka malah diterima begitu saja. Bahkan dalam fase paling awal, ketika perasan itu mulai berkecambah di hati. Jika kalian menyukai orang lain misalnya, maka silahkan diuji. Minimal uji dengan waktu dan jarak. Apakah perasaan tsb memang semakin besar atau semakin kecil. Habis2an diujinya. Bila perlu disimpan dalam hati selama bertahun2. Jika memang jodohnya, pasti akan jadi. Bukan malah terlihat murahan banget. Di jejaring sosial, berceceran, tumpah bikin becek di mana2 perasaan kita.

6. Jatuh cinta itu bukan alat pembenaran diri.
   Contoh paling kacau adalah ketika dua orang sesama jenis bilang mereka jatuh cinta dan maksa menikah? Hello, memangnya dengan kata cinta kita bisa menganulir berjuta peraturan dunia? Bilang semuanya jadi oke dan dibenarkan. Hei, 'cinta' itu bukan argumen. Maka juga saat ada pasangan beda agama ingin menikah, 'cinta' itu bukan alat pembenaran, yang kemudian membuat gugur peraturan lainnya. Kalau pengin melanggar peraturan agama, langgar saja, tidak perlu bawa2 kata cinta. Pahami peraturan ini, cinta bukan alat pembenaran, buat kalian yang mencemplungkan diri dalam perasaan ini, maka 'cinta' bukan alasan kalian menyerahkan segalanya, 'cinta' bukan pembenaran untuk disakiti, 'cinta' bukan pembenaran untuk merusak diri sendiri. Please, jangan mau dibuat bego. 

7. Kita yang mengendalikan perasaan, bukan sebaliknya.
  Pahami peraturan ini baik-baik. Mau seheboh apapun perasaan itu, kitalah yang mutlak mengendalikan kemudi perasaan. Jangan ijinkan perasaan mengambil-alih. Gunakan akal sehat. Kalian harus tahu, utk orang yang jatuh cinta, bahkan saat yg dicintainya itu jahat, dia tetap saja merasa baik. Saat yg dicintainya itu berkhianat, selingkuh, dia tetap saja punya alasan atau penjelasan baiknya. Padahal, orang sedunia juga tahu itu tindakan bodoh. Kenapa tetap dilakukan? Karena dia membiarkan perasaan mengendalikan akal sehatnya. Jika kita tidak mampu utk mengendalikan kemudinya, minta pendapat orang lain, seperti orang tua, sahabat baik, dengarkan nasehat mereka, bukan sebaliknya.

Silahkan pahami 7 peraturan jatuh cinta ini

Kamis, 24 April 2014

Secangkir kopi panas yang mengepul...

Berusaha sekuat hati buat nggak curhat disini selama sebulan terakhir, well... sekarang udah nggak tahan. Hahaha... Tapi tetep nggak akan curhat. Aku mau mengkisahkan sesuatu.
Ada satu masa dimana aku menemukan diriku berada di kondisi netral, tanpa beban, tanpa masalah. Tapi justru itu masalahnya. Semuanya flat saja. Yang aku lakukan, adalah yang aku dapatkan. pyur samasekali nggak ada halangan. Perasaan mulai mati rasa. Setiap orang datang dan pergi begitu saja. Melemparkan senyum, tertawa, diam, berbuat. Berhenti. Berfikir. Lalu merasa. Ada yang salah disini.
Tak pernah ada persimpangan separah ini yang membuatku merasa sangat frustasi dengan impianku. Hidup yang selalu ku isi dengan target-target gila diluar kemampuanku, dengan ambisi yang meluap-luap kini tiba-tiba saja dihadapkan ke sebuah pilihan yang membuatku sungguh gusar. Ada persimpangan besar di sini.
Merasa memiliki dua hal besar di hadapanku, seketika itu juga semuanya tampak samar. Aku kehilangan arah, dan passionku melemah. Beberapa kali teguran dari dosen, melihatku yang tiba-tiba kehilangan arah. Setiap hari hanya memandangi tembok kamar yang dingin, berbicara denganya, lalu kehilangan kepercayaan diri bahwa aku bisa. Tiba-tiba saja aku merasa tidak bisa di keduanya. Ini pesakitan!
Hah, aku bahkan sempat membenci diriku sendiri. Memaki sesuatu yang tak ku lakukan. Aku mendorong semangatku dengan pikiran bahwa aku hanya perlu meletakkan satu kaki di depan kaki yang lain, dan aku bisa berjalan lagi. Tapi sebenarnya aku telah kehilangan esensi dari berjalan itu sendiri. Bagaimana aku berjalan, jika bahkan arah mana yang ku tuju pun tak begitu jelas. Aku sakit. Sakit pikiran!
Ini mungkin kepanjangan dari cedera cedera yang ku tuliskan beberapa waktu lalu. Tapi in bukan masalah bagaimana kalian. Tapi bagaimana aku! Apa yang ku inginkan, dan bagaimana caranya sampai kesana. Hanya itu yang perlu ku temukan. Tapi ini benar-benar fase paling absurd yang pernah ku lewati. Tak ada keyakinan disana. Ah, shit!
Mungkin karena aku terlalu meakai perasaan dan logika secara berlebihan? Atau justru karena aku tak bisa menemukan nafsu yang seharusnya bisa membangkitkanku? Aku bahkan tak pernah benar benar tahu dimana saat membual, dimana saat merasa.
Entahlah. Aku benar-benar perlu menemukan diriku.
Berdiskusi dengan orang-orang hebat disekitarku selalu memberi warna baru, terimakasih.
Lalu ada yang benar benar datang.
Dia datang dari masa yang jauh, dengan hidupnya yang penuh ambisi dan membuatku iri. Otaknya yang aku pikir terbentuk dari peta-peta rumit, penuh ruangan rahasia dan mewah. Dia pernah datang lalu pergi. Dan ketika sekarang dia datang lagi, aku kembali sangat menyukainya. Dengan cara yang berbeda.
Bercertia tentang alur pikirnya, bercerita tentang dirinya, bercerita tentang bagaimana dia menjalani hidup. Cita-citanya, mimpi-mimpinya, kisah-kisahnya, angan-anganya, target hidupnya.
Lalu aku merasa ingin hidup disana. Aku ingin tinggal disana, lebih lama lagi. Selamanya.
Aku membandingkan dengan hidupku yang sekarang. Hidupku yang berantakan, dan aku merasa tak pantas. Bukan minder, hanya seperti merasakan sebuah tamparan. Aku baru sadar ternyata hidupku yang rapih dimasalalu sekarang semakin berantakan. Absurd.
Aku mulai memunguti serpihan serpihan kecil yang berserakan, lalu kususun lagi. satu demi satu, merapikan hidupku. Membuatku merasa pantas untuk bisa tinggal disana. Harapan-harapanku yang berserakan dimana-mana, cita-cita setinggi langitku yang gila yang selama ini kubiarkan melayang layang di atmosfir kamar begitu saja, aku mulai melihatnya meskipun terasa samar.
Tapi aku tetap ingin tinggal disana.
Aku bisa memperbaiki diriku, menata hidupku lagi.
Dan aku ingin tinggal disana.
Aku butuh tinggal disana.
Meskipun bagiku dia sekarang seperti asap tebal disekelilingku, yang bisa tiba tiba saja lenyap dan hilang entah kemana.
Meskipun dia punya target siapa saja yang bisa tinggal disana, dan aku tahu aku tak punya kriteria itu. Apa? News anchor? Dia nggak tau kalo desainer interior lebih keren dari news anchor. Huh!
Meskipun nantinya dia akan hidup disekitar orang orang keren dan cantik. Disekitar news anchor - news anchor yang membahana badai.
Meskipun dia mudah tertarik sama cewek. Meskipun aku absurd sekali untuk bisa tinggal disana selama yang kuinginkan.
Tapi aku tetap ingin tinggal disana.
Kalaupun pada akhirnya aku tak bisa tinggal disana lebih lama, ini akan jadi cerita hebatku. Akan kupastikan aku bisa membawa sebanyak-banyaknya hal yang bisa kubawa dari sana. Dan saat itu terjadi, suatu saat aku harap ada kesempatan lagi untuk bisa tinggal ditempat itu lagi. Dan lagi. dan lagi. Sampai dia bosan, dan menyerah membiarkanku tinggal disana selamanya.

Minggu, 09 Maret 2014

Semacam taktik politik : Menyerang diarea sebaliknya

Ada yang menasehatiku kemarin...
dia bilang gini

 'Sayang, menyukai orang yang udah punya orang lain itu nyesek banget. Jangan diulangi ya? Begitu tau dia ada yang punya, langsung pergi. Termasuk ketika kau menyukai brad pitt, dia udah punya angelina jolie say.., :) Kau harus langsung pergi, jangan berani dekat2 denganya. Kalo kamu cuma bertepuk sebelah tangan sih gamasalah, kamu pasti bisa ngatasin itu. Yang repot adalah ketika kamu hanya ingin sekedar dekat2 dengannya, tapi ternyata dia memberi perhatian lebih padamu. Kenapa? Karena kalau udah begitu, gada yang bisa kamu lakukan kecuali pergi dengan menyedihkan. Kalau kamu bertahan, kamu hanya akan jadi orang ketiga yang jahat. Kalau dia lebih memilihmu daripada miliknya yang sekarang, berarti suatu saat dia juga bisa melakukan hal yang sama padamu saat ada orang lain yang lebih menarik darimu."

(Well, terimakasih nasehatnya.. nasehatmu mengamplengku say...)

Kamu mungkin pernah berpikir ingin pergi dengan menyedihkan seperti kataku. Tapi cara itu tak pernah berhasil bukan? Pergi bukanlah sesuatu yang mudah, apalagi karna kamu pada awalnya tak memiliki ekspetasi yang lebih terhadap apapun mengenai dia. Kamu hanya bersenang-senang. Kamu selalu hanya bersenang-senang dengan semuanya. Hati yang matirasa lah, mulai membatu lah, selalu kamu jadikan alasan agar kamu bisa dengan mudah bersenang-senang dengan perasaanmu sendiri. Benar bukan?

Kamu mungkin akan berkata bahwa ini hiburan yang diberikan Tuhan untukmu. Tapi kamu pada akhirnya tak pernah terhibur bukan? lalu apalagi yang kamu cari? Kamu hanya menyia-nyiakan semuanya. Mengalir?

Kamu hanya akan membuat perasaan seseorang yang bahkan tidak kamu kenal akan terluka pada akhirnya jika kamu terus saja bersenang-senang. Cukup. Apalagi untuk kali ini. Kamu tau senjata yang pernah kuberitahukan padamu. Gunakanlah. Aku tahu kau tak akan mampu untuk pergi. Lagipula jika kau pergi, aku khawatir dia justru penasaran padamu. Jadi, buatlah dia yang meninggalkanmu, sehingga kamu hanya perlu diam, dan menyerah. Kamu harus menyerang di area sebaliknya. Laki-laki kebanyakan akan bertambah penasaran kepada seorang wanita jika dia susah didapatkan. Tapi, mereka cenderung akan cepat merasa bosan apabila mendapatkan wanita yang mudah ditakhlukan. Kamu tau apa yang ku maksud bukan?

Tapi bagaimana jika tak berhasil dan justru semakin parah?
Menghilanglah.
Seperti asap.
Menyakitkan tapi perlu kamu lakukan.
Sebelum ada orang lain yang bahkan tak kamu kenal, terluka perasaanya karenamu.

Aku hanya bisa menasehatimu seperti ini. Plan A, kau menjauhlah perlahan. Jika gagal, beralih ke Plan B, seranglah diarea sebaliknya. Jika justru bertambah parah, beralih ke Plan C, Menghilanglah.

Tapi jika memang sampai Plan C tidak berhasil, berarti hatimu tidak membatu. Beralihlah ke Plan D, just do it...!

Nasehat dariku hanya sekedar nasehat, kamu lebih bijaksana dari aku, Aku menyayangimu, jangan terluka lagi. Selamat malam sayang,

Sabtu, 08 Februari 2014

I don't wanna miss a thing

Semester 5 kelar.
Oke, sesuai planning paling gila sedunia, semester 6 udah harus ngurangi main2.. haha
persiapan semester 7.
Emang semester 7 mau ngapain?
Semester 7 adalah waktu perburuan dimulai..
.
Aku nggak tau gimana sebenarnya kerangka cerita yang Sang Penulis naskah hidupku rancang. Tapi sebagai pemeran utama boleh dong bikin planning, ya, kalau2 Dia tertarik sama planningku trus jalan ceritanya diubah dikit sesuai planning yg aku bikin. haha. opo toh...!!
.
Semester 6 bisa jadi waktunya ngurangi main2 sama perasaan orang, tapi bisa jadi juga main-main sepuasnya, well, gimanapun semester 7 udah harus mulai perburuan. Ini penting! Aku belom mulai persiapan sekarang, so kalaupun di semester 6 mau main-main sepuasnya, harus bareng sama persiapan amunisi, baju zirah, rudal, dan sebagainya, dan sebagainya.
Tapi, perburuan apa sih sebenernya?
Judulnya sih "Perburuan cowok ganteng, mateng, mapan."
hahahaha...
Kenapa harus ganteng? Ganteng versiku bukan cuma tampang. Tapi ganteng lahir batin. Baik muka, fisik, kepribadian sampe urusan vertikal dia juga kudu ganteng. Ini penting! Ganteng lahir batin jiwa raga. hehe,
Kenapa mateng? Mateng loh ya... bukan tua. Tolong bedakan mateng dan tua. Kalo ada yg udah mateng tapi masih muda... haha... tapi kalo dapetnya mateng udah tua ya gapapa sih, asal ganteng tadi itu, dan maksimal 10 tahun diatasku, kalo lebih dari itu udah bukan tua, tapi ketuaan. No.
Kenapa mapan? Mapan nggak harus kaya, asal dia punya kemauan hidup tinggi dan punya pekerjaan. cukup.
Kenapa mulainya semester 7? Karena pas semester 7 aku harusnya udah KP, dan disana ladang subur buat berburu... hahahahaha....
mbuh lah,,
balik lagi ke tadi, ini 'just' planningku... aku masih mengajukan proposal ke Sang Penulis Naskah biar perburuanku masuk ke jalan cerita hidupku... :)
haha...
gini ni minggu-minggu nggak ada kerjaan, nglantur kemana-mana...
kenapa judulnya i don't wanna miss a thing? Karena aku lagi seneng banget sama lagu itu...

Kamis, 06 Februari 2014

Cedera parah II

Entahlah aku terlihat seperti apa bagi kalian,
tak ada orang yang sempurna bukan?
Tak semuanya yang kita lakukan harus berjalan mulus.
Tak perlu semua orang menjadi hebat, apalagi menurut versimu.
Ada kalanya kau harus bertemu orang yang tak punya kemampuan sepertimu, contohnya aku.
Ada kalanya kau harus mengerti tak semua orang menyukai hal-hal yang kau nikmati setiap hari.
Berkelakar didepan orang banyak, negosiasi dengan lembaga, mencari pejabat untuk mengesahkan sesuatu, berbicara denga panjang lebar dengan waktu dan situasi yang tepat, cepat mengetahui posisi dan apa yang harus dibicarakan tanpa berpikir lama.
Aku. Tidak. Suka. Semua. Itu.
Jadi kalian takperlu susah2 berharap aku akan melakukan semua itu,
Aku hanya akan berbicara saat aku ingin berbicara, dan aku rasa penting untukku berbicara. Dan apa yang kubicarakan adalah urusanku, mau penting mau tidak menurut kalian, kalau aku rasa aku perlu berbicara, aku akan berbicara. Tapi kalau kalian melihatku diam saja, itu berarti aku tak tertarik dengan apa yang kalian bicarakan, atau aku rasa aku tak perlu untuk membuka mulut, maka aku akan diam saja seperti pecundang menurut kalian.
Aku tahu, mungkin entah dimanapun posisiku sekarang ini, aku tidaklah sosok yang perlu ada, aku bukanlah seseorang yang memiliki posisi yang cukup penting dan tak berkontribusi cukup banyak.
Arraa, aku tau.
Aku bisa saja melakukan lebih yang kulakukan saat ini, tapi kalian lihat kan, aku hanya melakukanya sebatas ini. Kalian tau kenapa? Karena aku merasa aku hanya ingin melakukannya sebatas ini saja. Ada orang2 yang kalian anggap lebih hebat dan mempunyai peran lebih penting dari aku, dan aku kira itu cukup. Tanpa perlu aku melebihkan usahaku daripada ini. Aku hanya akan berlaku pasif sekarang ini, karana memang seperti yang aku bilang, aku merasa hanya perlu sejauh ini.
Mungkin alasan lain karena aku memang pecundang. Aku lebih payah dari yang kalian pikirkan.
Setelah berhari-hari tidak tidur akhirnya sekarang ini aku berakhir dengan mengetik omong kosong ini didepan lepi dengan mata setengah terpejam pukul 01:44 WIB. mencoba bertahan untuk menulis apa yang ingin aku sampaikan disini, meskipun sebenarnya aku tak tahu bagaimana cara menulis semua perasaan muak ini. Yang kutuliskan ini samasekali belum mewakili perasaanku, aku hanya muak. benar-benar sebal, jengah, muak, dan perasaan mengumpal lainnya disini.

Cedera serius,

Hm...
Ada sesuatu yang membuatku menyadari sesuatu. Saat kecelakaan kemarin, aku sendirian. Aku benar- benar sendirian disini. Dan itu menyakitkan, sungguh.
Aku menangis bukan karena seluruh badanku kesakitan,
aku menangis bukan karena aku hampir tidak bisa berjalan,
aku menangis bukak karena aku kehilangan uang untuk ganti rugi,
aku menangis karena tak seorangpun bisa kuhubungi
aku menangis karena tak ada yang peduli
itu menyakitkan lebih dari sekedar seluruh tubuh lebam seluruhnya karena benturan dengan aspal dan mobil.
.
seminggu terakhir ini aku sangat cengeng lebih dari biasanya.
karena tak ada yang bisa kutangisi selain tembok-tembok dingin dikamarku.
kenyataan bahwa tak bisa membuka hati untuk orang lain, kenyataan bahwa aku masih saja mengharapkan sesuatu yang benar-benar diluar kendaliku.

aku bahkan sampai tak tahu bagaimana cara menulis semua ini disini, diotakku dan dihatiku..!
hah, fak kabeh!

Senin, 20 Januari 2014

Intermezzo sebelum lanjut tugass

Lama banget nggak nulis. Penasaran aja, apa blog ini bakalan gada pembacanya ato tetep ada yg iseng2 buka. Ternyata ada. Ada beberapa yg bukanya pake android sama bb. Siapa hayooooo???? Aku punya tebakan dan kayaknya tebakan yg ini bener. Haha, kamu masih sering buka blog ini to lun, haha. Lama-lama kamu ngefans loh sama aku... Sini sini tak kasih tanda tangan. hehe...
Satu lagi yg aku bisa tebak tapi nggak mau aku sebutin ah,,, gak begitu yakin soalnya... mas2 yang jauuuuh disana, yang lagi KP. (kok tak sebut??)  haha, mbuh lah.
.
Lama nggak muncul kenapa sekarang tiba2 mau nulis lagi? hmm... sebenernya aku udah eneg ngetik, setelah full 3 hari nggak ketemu manusia kecuali ibu2 di warung makan depan rumah. 3 hari full aku habiskan dengan ngetik 50 halaman tugas metopen, download puluhan lagu, downlod drama korea terbaru dan lanjut nonton sekitar 20 episode.
Kok penak men uripmu nduk? Tugasmu wis rampung?
Belum. Dan kenapa belum selesai tapi sempet donlot n nonton pilem korea?
Karena aku lagi nggak semangat.
Nggak tau kenapa.
Rasanya nggak ada sesuatu yang bisa aku jadikan alasan untuk bergerak. Nggak ada sesuatu yang aku ingin capai sekarang ini.
Agak sedikit bosan dengan semuanya.
Apa lagi ya?
Bahkan ide pengen kuliah di jerman nggak bisa bikin aku semangat kayak biasanya.
Hah. Kayaknya aku harus nikah.
Biar ada seseorang yang bisa dijadiin alasan tetep semangat.
Tapi nikah sama siapa?
Tapi aku nggak mau suka sama orang. Males. Ntar ujung2nya sama. Dan nggak ada yang bisa bikin aku bener bener suka. Yah, paling anang. Itupun aku udah capek nunggu anang mulu dari 8 taon yg lalu.
Gimana kalo nikah sama 3d max?
Kalo sama sketch up udah bosen, udah aku takhlukin... kalo sama si 3D max, dia bagaikan pria misterius yang nggak mudah ditakhlukin...
Hmmm. gimana?? Mas tridi... nikah ya sama aku?
.
.
-_-
(dampak nggak ketemu orang 3 hari)
.
emang kamu nggak punya temen kok nggak ada yg bisa ditemuin?
Lah emang mau ketemu siapa?? Temen2 seangkatan juga paling lagi pada jamuran di kos masing2. Mereka juga nggak keluar dari sarangnya.
Tapi aku bener-bener butuh sesuatu yang woooow.
yang bisa bikin meleeek...
Apa kek, si bill gates mampir kesini kek, benerin komputerku....
.
Jangan kayak pagi ini. Apaan, pagi2 ada yang sms sesuatu yg bikin bad mood seharian. Bener bener ya tu orang pengen tak cabik cabik. Dia tu siapa sih? Hah? Orang paling sempurna sedunia? Yang selalu menganggap dirinya benar? Yang dia nggak peduli sama apa kata orang yang penting menurut dia bener?
Rasanya pengen tak jambak2 rambutnya sampe berdarah2... ato tak cangkul cangkul mukanya biar paham kalo nggak semua orang punya mimpi cita-cita pandangan dan prespektif yang sama kayak dia. hah!!!