Aku suka sekali menulis seperti ini. Aku tentu bukanlah perangkai kata yang hebat. Inilah aku, apa yang aku tulis dan bagaimana caraku menulis. Terlihat seperti seseorang yang tidak bisa serius? Seseorang yang entah bagaimana terlihat sangat ceroboh dan bodoh, bukan? Itu yang kudapatkan setelah membaca blogmu, yang luarbiasa bisa membuatku menangis disiang bolong begini.
Bukan hanya kaerna kau menyampaikan segalanya disana dengan sangat indah, tapi karena entah bagaimana tulisanmu di blog itu membuatku mengerti mengapa aku tak akan pernah menjadi bagian darimu.
Setelah semua itu, setelah semua yang kau tuliskan disana, bagaimana bisa aku bisa pantas bahkan hanya sekedar menyukaimu, kawan? Aku merasa ditampar. Entahlah, sepertinya Allah benar-benar menjawab pertanyaanku selama delapan tahun siang hari ini. Bagaimana aku benar-benar bisa merasa sangat buruk hanya karena membaca blogmu.
Aku mungkin tak bisa berhenti menyukaimu. Bagaimana aku bisa berhenti setelah segalanya yang kau tulis disana? Tapi sekarang aku mengerti. Aku bukan harus berhenti, aku harusnya merasa malu sudah menyukaimu. Lupakan semuanya. Aku akan memperbaiki diriku, bahkan sampai benar-benar menjadi 'baik' menurutmu, tapi bukan untuk datang padamu. Hanya sekedar untuk membuat rasa maluku hari ini terbayar. Aku benar-benar malu menjadi diriku.
Kado yang terlanjur ku kirim padamu, aku bahkan berharap itu tak sampai. Aku hanya akan menyelesaikan studiku dan pergi dari negri ini setelah itu. Menjauhimu. Takusah kau pedulikan semua omongkosong ini. Berjalanlah sesuai apa yang ingin kau capai. Aku pergi. Aku pergi. Aku mengerti sekarang mengapa selama delapan tahun ini tidak bisa aku yang ada dihatimu.
Sabtu, 14 Desember 2013
Selasa, 03 Desember 2013
Guys, I Love You
Satu lagi. Sebuah cerpen masa lalu. Asli bikinanku pas SMP, tanpa edit. Jadi harap maklum kalo bahasanya kayak anak kecil lagi curhat.
Cerpen ini hmm... bisa sih dibilang dari kisah nyata. Haha.. ini terinspirasi dari romansa konyol anak SMP, kisah pertamakali aku jatuh cinta sama orang yang namanya anang. Orang yang sampe sekarang masih aja selalu ada di semua coretan hidupku... Dan lucunya, sekarang ini, entah darimana temen2 kuliah pada tau tapi mereka kalo ngledekin aku jarinya disilang sambil nyanyi 'benar ku mencintaimu, tapi tak begini...' haha...
Oke, ini dia kisahnya,,, mungkin keliatan terlalu dramatis, tapi kalo boleh bilang, kisah nyatanya lebih parah.... jauh lebih parah dari ini... sampe-sampe dwi, sahabatku sampe sekarang ngomong, kalo kisahmu sama anang dijadiin novel pun, pasti dikira terlalu mengada-ada. Aku hanya tersenyum...
Sekali lagi, ini coretan anak SMP, jangan ketawa...
Cerpen ini hmm... bisa sih dibilang dari kisah nyata. Haha.. ini terinspirasi dari romansa konyol anak SMP, kisah pertamakali aku jatuh cinta sama orang yang namanya anang. Orang yang sampe sekarang masih aja selalu ada di semua coretan hidupku... Dan lucunya, sekarang ini, entah darimana temen2 kuliah pada tau tapi mereka kalo ngledekin aku jarinya disilang sambil nyanyi 'benar ku mencintaimu, tapi tak begini...' haha...
Oke, ini dia kisahnya,,, mungkin keliatan terlalu dramatis, tapi kalo boleh bilang, kisah nyatanya lebih parah.... jauh lebih parah dari ini... sampe-sampe dwi, sahabatku sampe sekarang ngomong, kalo kisahmu sama anang dijadiin novel pun, pasti dikira terlalu mengada-ada. Aku hanya tersenyum...
Sekali lagi, ini coretan anak SMP, jangan ketawa...
Guys, I Love You
Aku menetap raja siang dengan sebal. Ugh… kapan nylungsepnya nih benda?
Angin yang berhembus kencang pun seakan tak mengurangi drajad celcius sedikit
pun. Sang raja siang seakan tepat 1
mm diatas setiap makhluk Tuhan yang sedang menelusuri Malioboro.
Ditengah ribuan manusia
berjejal-jejalan, aku terdiam. Menunduk. Berpikir. Terlintas separas wajah.
Seakan menari di atas kehidupanku. Indah. Tapi lantas hilang. Dan aku tersadar.
Ini harus kuhentikan. Dia…
dia… tak boleh. Ah, apa yang kupikirkan? Hentikan…. Hentikan… semua ini. Dia
bukan miliku. Hentikan……… Aaaarrrrrggghhh……
###
Pagi menyapa dunia. Sang surya
dengan senyum hangatnya ikut menyapa dinginya kehidupan. Burung, Ranting. Rumput. Tanah. Awan. Dan
semuanya. Semuanya menyapa dunia. Namun tak ada yang menyapaku. Tidak
selain diriku sendiri.
Aku berada di barisan ke 3
dari depan. Upacara udah berlangsung 10 menit. Dan aku sama sekali nggak tahu.
Aku begitu terhanyut dalam indahnya lamunanku. Lamunan tentag wajah itu. Wajah
yang seharusnya tak boleh ku lamunkan.
Tapi kali ini tak bisa. Aku tak bisa dan tak kan bisa mengalihkan
pendanganku dari dia. Tidak sebelum upacara selesai. Dan aku tak bisa memandang
indahnya parasnya. Indahnya senyum malaikatnya. Indahnya matanya… Kabut
tebal menyelimuti hatiku. Sebuah perasaan bersalah menguasaiku. Suara- suara menyalahkanku seakan memenuhi
lapangan. Namun kini aku kembali terpesona. Dari sudut bibirnya, ku lihat senyum malaikatnya.
Aku tak dapat bergerak. Terpesona. Benar benar terpesona.
Ups…deg… Dan aku tergagap.
Ketika mata itu menatapku. Seakan
mengetahui apa yang kulakukan. Seakan tahu aku memperhatikanya. Dan aku
tertunduk. Hanya tertunduk. Dan tenggelam dalam penyesalan.
Begitu setiap harinya. Aku
memandangnya setiap ada kesempatan. Jika tak ada yang mengawasi. Jika aku
beruntung. Dan setiap kali aku kepergok sedang memandangnya, aku hanya bisa
terdiam, tertunduk dan menyesal.
Apapun itu, sebenarnya tak
perlu kutakutkan. Karena dia (mungkin) adalah sahabatku. (setidaknya dia menganggapku begitu). Dan aku
bahagia akan hal itu. Hal yang benar – benar indah bagiku. Namun aku sadar dia
bukan miliku. Dia tak boleh tahu bahwa aku mencintainya. Dan aku tak dapat
menyangkalnya. Bahwa aku benar benar paham. Dia –Dika- hanya mencintai
seseorang. Dan itu bukan aku.
Itu Fina.
Aku terima diperlakukan
seperti ini. Seharian penuh aku menemaninya. Bukan untuk apapun. Hanya untuk mendengar keluh kesahnya.
Tentang apapun. Tentang kekasihnya –Fina- . Tentang tugas yang menumpuk.
Tentang teman temanya. Tentang team sepakbola favoritnya yang kalah tanding.
Dan tentang segalannya.
Bahkan aku rela. Saat dia
samasekali tak memperdulikanku. Bukan karena apapun. Bukan karena dia
membenciku. Tapi lebih kerena dia sedang bahagia. Bahagia dengan kekasihnya. Itulah
yang menyakitkan. Tiap Dika sedih, dia selalu berbagi denganku. Namun yang tak
ku pahami, jika dia bahagia, tak secuilpun kebahagiaan yang kudapatkan.
Dan itu yang membuatku mencari
kebahagiaan lain. Memandangnya… Menciptakan imajinasi imajinasi aneh dan
konyol…… ah, semuanya. Dan apapun itu, kini telah mengubah segalanya.
Aku, tanpa ku sadari, terperangkap dalam dunia maya. Semu. Namun indah. Aku
terbawa arus kehidupanya. Semakin dalam dan semakin terperangkap. Dan saat itu juga, aku merasa takut.
Sangat takut. Dan takut untuk kembali ke dunia nyata. Aku sadar aku tak boleh terus bergelut dengan
kesemuan hidupku. Namun aku tak begitu yakin. Dunia nyataku lebih baik.
Sedikit demi sedikit aku mulai
terbiasa. Akal sehatku seakan tak berjalan. Aku harus bahagia. Itu yang ku
pikirkan. Dan tanpa kusadari, aku bahagia jika Dika bahagia. Dan itu membuatku
terus berusaha membahagiakan Dika. Tak perduli menyakitkan bagiku. Menjadi mak
comblang dadakan saat Dika dan Fina berantem, menjadi tumpahan caci maki Dika,
menghiburnya, membujuk Fina, ah… tak dapat ku sebutkan satu persatu. Namun,
entah mengapa aku merasa tertekan. Rasa sakit yang seharusnya kurasakan,
berubah menjadi rasa bahagia. Aku bahagia di atas luka hatiku. Dan saat semua
itu terjadi, aku tak dapat merasakan kebahagiaan yang bahagia. Dan itu berarti,
aku telah menjadi korban dari tersangka yang bernama ’CINTA”…
###
Hari ini tak seperti biasanya.
Aku masih tercengang hebat. Bingung. Sedang bahagiakah aku? Atau malah sedang
sedih? Bingung. Aku sendiri tak tahu apa yang kurasakan. Entah apa ini. Aku
benar benar terguncang. Rasanya tersesat di dunia yang hampa. Takut. Tapi
menyenangkan. Dan itu yang ku rasakan. Dika
mengetahui perasaanku kepadanya. Dan bukan hanya itu. Fina juga..!!! Dan tahukah kalian apa yang mereka lakukan padaku?
Mereka justru malah minta maaf padaku. Sungguh aneh. Namun, itulah. Aku tak
tahu apa yang bisa kuperbuat. Selama ini aku takut aku adalah tersangka. Aku
takut mereka berpisah kerena aku. Dan itu
tak terjadi. Dan aku sangat bersyukur karenanya.
###
Malam
semakin merayap memasuki bilik jantungku. Angin kencang berhembus seakan ikut
mengerogoti pikiranku. Aku termenung. Setelah beberapa bulan sikap Dika padaku
berubah kian drastis. Dia
menjauhiku...!!! Apa mungkin dia membenciku? Oh, tidak !!! Tak
mungkin. Aku tak kan
membiarkan itu terjadi padaku. Tak kan.
Aku sedang menikmati indahnya malam. Bersama bulan dan
bintang. Bersama angin yang berhembus. Bersama kunang kunang yang menerangi
hatiku. Dan bersama kegaluan yang terus mengikutiku. Hari ini dan seperti hari
hari sebelumnya, yang ada dikepalaku hanya Dika. Dika seorang. Itu sudah lazim
bagiku. Tapi, tidak untuk malam ini. Perasaan ganjil merasuki tiap celah
persndianku. Aku tak pernah sekhawatir ini. Tak jelas alasanya.
”Mungkin ini memang jalan takdirku, mengagumi tanpa dicintai…”
Dering HP membuyarkan lamunanku. Dan sekarang aku kelabakan mencari Hpku. Dimana… aduh. Saat kutemukan, Dering itu telah berhenti. Fina. Mengapa dia menghubungiku? Apa yang… ehm… satu pesan diterima.
Kubaca perlahan pesan itu.
Hatiku yang beku semakin kalut. Semakin tercengang. Seluruh persendianku bergetar. Badanku melemas. Dan aku
terjatuh. Bermandikan air mata dan diiringi isak tangisku. Fina mutusin Dika.
Entah kenapa aku ikut hancur karenanya. Aku benar – benar merasa gagal sebagai
seorang sahabat. Aku tahu saat ini, Dika sedang sangat terpukul.
Masih terlarut dalam
tangisanku. Drreett.. drreett.. Hpku bergetar. Sebuah pesan masuk. Tanganku tak
mau bergerak. Ku pandangi Hpku dari tempatku bersimpuh. Lama. Hening. Lalu hatiku
kembali terusik. Entah kenapa. Seribu kekuatan seakan mendorongku. Memaksaku
membuka pesan tersebut. Dengan tenaga yang masih tersisa, kucoba raih HP yang
tadi sempat ku banting. Terasa ganjil. Pesan dari Dika.
“Eh, maksud lu apaan sic? Lu mau buat hub.
Q ma Fina hncur? Lum puas lu? Thnks dh bwt Q kya’ gini..!!!”
Deg… apa ini? Apa yang telah kulakukan? Apa
yang kuperbuat sampai membuat Dika berpikir seperti ini? Mengapa dika berpikir
aku ingin menghancurkan hubunganya dengan Fina? Apa yang ku perbuat? Aku benar
benar menyayanginya. Aku benar benar ingin membuatnya bahagia. Bukan untuk
apapun. Dan bukan dengan menghancurkan hubunganya dengan Fina. Bukan. Bukan itu
yang kumau. Sungguh. Aku tak ingin mereka berpisah. Dan apa yang
telah kulakukan? Kesalahan apa yang ku perbuat? Sebejad itukah aku? Sejahat
itukah aku? Memisahkan dua insan yang saling mencintai? Tidak.
Karena memang bukan itu yang kumau. Dan aku tak kan membiarkan itu terjadi. Aku
tak kan membiarkan diriku menjadi tersangka. Tidak...Aaarrrggghhh...
###
Malam ini terasa berjalan begitu lambat. Tangis
yang tadi sempat reda, kini kembali menyeruak memaksa keluar. Dengan
sisa tenaga, aku memberanikan diri untuk bertanya pada Dika. Apa salahku?
Bukanya dijawab, cacimakian yang malah menghujamku. Perih. Namun aku tak dapat
melakukan apapun.
Segalanya yang telah
kukorbankan untuknya, seakan tak berarti. Rasa sakit yang selama ini kutahan, seakan kini
memberontak. Meronta. Memaksa
keluar. Dan tak dapat ku cegah. Aku benar benar hancur. Dan lebih hancur lagi.
Saat Dika memaksaku melupakanya. Memaksaku melupakanya sebagai sahabat ataupun
pujaan hati. Aku tak tahu harus bagaimana. Diriku benar benar tak berdaya. Sungguh...
Aku tak berdaya...
Malam ini, kurenungkan
segalanya. Segala yang terjadi padaku. Segalanya. Yang telah kulakukan ataupun yang akan ku lakukan. Dan
sebenarnya siapa yang salah? Adakah yang dapat disalahkan? Adakah yang bersedia
menjadi tersangka? Apakah
benar benar aku ? Apakah aku benar benar bersalah? Apa yang kulakukan sampai
aku menjadi tersangka? Apa
kerena aku merasakan cinta? Apa karena aku mencintai Dika? Apa itu kesalahanku?
Mengapa? Apa ini? Adilkah semua ini? Mengapa aku tak boleh merasakan cinta?
Mengapa aku tak boleh merasa bahagia? Mengapa? Mengapa diam? Jawab… Tuhan… Alam… Pohon… Ranting… Awan… Bintang…
Mengapa kalian diam… Jawab… Aaaarrrrggghhh…
Masih dalam kekalutan hatiku.
Aku masih berpikir. Diam. Aku tahu cinta butuh perjuangan. Aku tahu cinta butuh
pengorbanan. Aku tahu cinta tak harus memiliki. Dan aku tahu cinta itu indah
saat kita merasakanya. Yang tak ku mengerti, mengapa cinta yang kurasakan
adalah sakit? Mengapa salalu aku yang harus mengalah? Mengapa aku tak merasakan
kebahagiaan cinta? Mengapa samua ini terjadi padaku? Dan mengapa tak ada yang
dapat menjawab pertanyaanku?
Bagaimana aku bisa menjalani
hari hariku? Seperti yang
Dika pinta, bisakah aku melupakanya? Tidakkah dia menyadari besarnya
pengorbananku? Besarnya perjuanganku? Dan besarnya rasa sayangku padanya?
Tidakah dia mengerti aku tak dapat melupakanya? Lalu, mengapa dia memintaku
melupakanya? Tak bolehkah aku menyayanginya?
…..
Pernah
kukira ini tentang cinta
Oh,
ternyata hanya sahabat setia
Pernah kau
minta bunuh cintaku
Kau
membisu, tak kan pernah jawabku
Semua yang ku rasakan
Tak mungkin dapat
ku hapuskan
Walau kau
bersamanya
Menjalin kisah
cinta nyata
Setiap tetes air mata
Selalu kau
menangis di peluku
Namun
setiap saat kau bahagia
Selalu aku memilih bersamanya
(clubeighty’s)
Aku harus tetap bertahan. Itu yang terus kupikirkan. Dan
seperti yang telah ku ungkap. Aku tak bisa dan tak kan mungkin melupakan Dika.
Aku mungkin akan tetap mengenangnya. Dan aku memang harus tetap mengenangnya.
Dan aku ingin mengenangnya sabagai sahabat. Sahabat terindah dalam hidupku. Dan buat Dika,
Sorry, I always remember you. Because I love you. Dan kan ku ukir namamu dalam dinding hatiku
sebagai Sahabat terindah dalam sejarah hidupku.
By: Lylochidmeria_lotus
Ku Yakin Cinta
Iseng, sesorean ini aku membuka buka file masa-masa smp... masa-masa
suka banget sama novel novel teenlit. Masa masa seneng banget nulis
cerpen tentang cinta cintaan. hahaha...
Dan ku temukan puluhan cerpen bikinanku saat smp.
asli, sumpah, ngakak sendiri baca karyaku dulu. Ya ampun... anak smp udah cinta - cintaan!
Haha...
aku ingat betul darimana semua kisah ini berawal. Sejak punya skandal sama kakak kelas, mbak desi gara - gara cerpenku dimuat di majalah dinding sekolah, bercerita tentang seorang kakak kelas yang kiler... haha, dan mbak desi tersinggung. satu tahun penuh diteror satu angkatan. wahaha... dasar ndari.. ndari.. dari dulu ternyata udah hobbi bikin masalah sama orang!
.
Lagi, ada cerpen satu lagi yang mengingatkanku tentang romansa cinta pertama yang sampe sekarang masih aja nggak ilang. Tentang Mr. Tak Tergapai, anang... haha... anang anang.... dia tu bener-bener deh...
Anang nggak mungin baca blog ini kan?
Aku ngakak baca cerpen yang ini... sekaligus miris...
bukan tentang anang yang bikin ngakak.
Tapi tentang ceweknya anang, si avin. Haha, cerpen ini terinspirasi dari avin yang selingkuh dari anang, sementara anang nggak tau. Aku yang tau dan aku marah-marah sama avin. Dan aku dimarahin anang gara-gara dikir mau nghancurin hubungan mereka. dan aku dibully seangkatanku... wah ndar, bener-bener deh... hobi banget nyari masalah...!
Udah 8 tahun nang, dan aku masih bisa ngrasain gimana nyeseknya selama 3 tahun aku suka sama kamu dulu pas smp. hahaha... ini ketawa, ketawa miris...
Wis, selesai ngebicarain anang. Disini, sekarang, aku mau share salah satu cerpenku yang lumayan ancur, tanpa editan. Pyur bikinanku pas SMP. Aku lupa ini dapet ide dari mana, tapi mending silahkan kalo ada yang mau baca... lumayan panjang sih...
tapi jangan mual ya setelah baca, maklum lah, bikinan anak SMP yang patah hati selama 3 tahun..
Dan ku temukan puluhan cerpen bikinanku saat smp.
asli, sumpah, ngakak sendiri baca karyaku dulu. Ya ampun... anak smp udah cinta - cintaan!
Haha...
aku ingat betul darimana semua kisah ini berawal. Sejak punya skandal sama kakak kelas, mbak desi gara - gara cerpenku dimuat di majalah dinding sekolah, bercerita tentang seorang kakak kelas yang kiler... haha, dan mbak desi tersinggung. satu tahun penuh diteror satu angkatan. wahaha... dasar ndari.. ndari.. dari dulu ternyata udah hobbi bikin masalah sama orang!
.
Lagi, ada cerpen satu lagi yang mengingatkanku tentang romansa cinta pertama yang sampe sekarang masih aja nggak ilang. Tentang Mr. Tak Tergapai, anang... haha... anang anang.... dia tu bener-bener deh...
Anang nggak mungin baca blog ini kan?
Aku ngakak baca cerpen yang ini... sekaligus miris...
bukan tentang anang yang bikin ngakak.
Tapi tentang ceweknya anang, si avin. Haha, cerpen ini terinspirasi dari avin yang selingkuh dari anang, sementara anang nggak tau. Aku yang tau dan aku marah-marah sama avin. Dan aku dimarahin anang gara-gara dikir mau nghancurin hubungan mereka. dan aku dibully seangkatanku... wah ndar, bener-bener deh... hobi banget nyari masalah...!
Udah 8 tahun nang, dan aku masih bisa ngrasain gimana nyeseknya selama 3 tahun aku suka sama kamu dulu pas smp. hahaha... ini ketawa, ketawa miris...
Wis, selesai ngebicarain anang. Disini, sekarang, aku mau share salah satu cerpenku yang lumayan ancur, tanpa editan. Pyur bikinanku pas SMP. Aku lupa ini dapet ide dari mana, tapi mending silahkan kalo ada yang mau baca... lumayan panjang sih...
tapi jangan mual ya setelah baca, maklum lah, bikinan anak SMP yang patah hati selama 3 tahun..
KU YAKIN CINTA
Oleh : Suryandari Pangestu
”Ra, kamu mau ndak jadi ceweku?”
Kalimat itu selalu terniang di
kepalaku. Kalimat yang sederhana, yang seharusnya kukatakan sejak dulu. Sejak
hatiku terpaku pada sosoknya. Sejak hati ini berdebar tiap memandang parasnya.
Sejak senyumnya mampu membuat darahku terpompa lebih kencang dari biasanya.
Sejak itu... oh, betapa bodohnya aku! Sampai saat ini pun, aku tak dapat
mengungkapkanya. Tak berani. Oh, laki-laki macam apa aku ini!
Ara. Perempuan manis, kelas
sebelah yang berhasil memasuki bilik hatiku. Dia yang selama ini mengisi hari-hariku.
Yang menyita waktuku untuk selalu memikirkanya. Yang parasnya selalu membuatku
tersenyum meski selalu mendapat nilai jelek. Hehe...
Beberapa kali ku coba
memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaanku. Namun, selalu gagal.
Masalahnya hanya satu. Aku terlalu pengecut. Aku selalu dihantui pertanyaan,
bagaimana kalau aku ditolak? Aku belum siap patah hati. Apalagi, akhir-akhir
ini ada seseorang yang mengusik ketenanganku. Tita. Teman sekelasku, yang
akhir-akhir ini ku dapati sedang memperhatikanku. Aku tak tahu mengapa aku
senang diperhatikan olehnya. Ah, apa-apaan aku ini! Hatiku telah terisi dengan
sosok Ara. Tak ada tempat untuk Tita.
Waktu terus saja berlalu.
Meninggalkan berjuta kenangan. Menyisakan berbagai rasa. Kini, bertepatan
dengan hari ulang tahunku, aku telah memutuskan untuk mempertaruhkan harga
diriku untuk menyatakan perasaanku, kepada seorang Ara. Ah, Ara. Hari ini akan
semakin berarti.
Semuanya telah ku persiapkan. Bersama
sahabat-sahabatku, aku berhasil menyihir lapangan basket menjadi sebuah tempat
yang indah. Semuanya serba
ungu, warna kesukaan Ara. Ah, hatiku semakin berdebar.
Teman-teman semuanya kuundang.
Termasuk Tita. Ah, aku ini! Saat seperti ini, masih saja teringat Tita. Uhm,
udahlah. Sekarang semuanya telah siap. Dinginya malam yang dari tadi serasa
menusuk kulitku, kini semakin tak terasa. Seiring berlalunya detik demi detik.
Jantungku bergedub semakin tak karuan. Ara, ku mohon datanglah!
Waktu menunjukan tepat pukul delapan
malam. Satu dua temanku mulai berdatangan. Dan tubuhku semakin panas. Grogi, stress, panik. Ara...! Itu dia. Oh
tidak, mukaku pasti memerah saking senangnya.
Acara berjalan cukup lancar.
Sampai akhirnya, waktuku untuk menyatakan perasaanku, tiba. Sahabat-sahabatku
memberi kode. Dengan semangat yang tiba-tiba mengalir di tiap persendianku, kuberanikan
melangkah ke tengah kerumunan teman-teman. Huh... ya Tuhan, selamatkan aku!
”Uhm... Temen-temen, makasih
sebelumnya, udah rela menduakan tugas
sekolah untuk datang keacara ini...,”
Hening. Ku lirik Ara yang
sepertinya sedang membaca sms. Dan entah kenapa, ku lihat ke arah Tita. Dia
tertunduk, sambil sepertinya mengulum senyum. Kutelan ludah kemudian
kulanjutkan kalimatku.
”Jujur, sebenernya, aku di ngundang
kalian ke sini, selain buat ngraya’in
ultahku, juga buat... er... buat menyaksikan sesuatu... er... sebagai
saksi... uhm... er... aku mau nyatain...
uhm... perasaanku sama... er... seseorang... yaitu...,”
Kalimatku seketika berhenti.
Ketika ku lihat seseorang mendekati Ara. Membisikan sesuatu, kemudian Ara
dengan centilnya pergi dari acaraku tanpa rasa bersalah.
Duar...! Siapa dia?
Ada apa di antara mereka? Apa
mungkin... Apa mungkin dia.... mereka...? Aaarrrggghhh...!
”Tita”
Deg...! Mulutku bagai bicara
sendiri, tanpa sempat kuhentikan. Aku bingung dengan ucapanku sendiri. Tanpa
sadar, aku nembak Tita. Sahabat-sahabatku berlomba melototin aku. Sedang teman-teman
lain, riuh bertepuk tangan, tak tahu kegundahan di hatiku. Kuberanikan menatap
Tita yang sepertinya mukanya bersemu merah. Desiran lembut mengusik hatiku,
ketika kudekati sosoknya.
Semuanya terasa begitu cepat.
Dan ketika Tita mengiyakan perasaanku, rasa bahagia luarbiasa merasuki tiap
persendianku. Aku tak tahu perasaan apa ini. Dia bukan yang kuinginkan malam
ini, namun mengapa terasa menyenangkan? Jiwaku terasa puas dan merasa sangat
beruntung.Ah, Tita...!
Hari-hariku kini terasa lebih
indah. Tita selalu ada saat aku membutuhkanya. Mungkin dia sengaja dikirimkan
Tuhan untuku. Kini, setiap kutatap parasnya, aku merasa sangat bahagia. Dia
selalu tahu apa yang kubutuhkan. Ah... dia benar-benar mengerti aku. Kini aku
tahu, Tuhan tidak selalu memberikan apa yang kita inginkan. Tapi, Dia
selalu memberikan apa yang kita butuhkan. Thanks a lot, oh my God.
Senin, 02 Desember 2013
Desember ceria...
Hei... selamat bertemu lagi,
aku sudah lama menghindarimu... sialkulah kau ada disini...
.
ehm
ehm...
nyanyi..!
Memang sengaja menghindari blog ini beberapa waktu. Membuka blog baru dengan identitas sangat dirahasiakan buat bisa beneran curhat. Nggak kaya disini yang ucah bocor kemana-mana. haha...
Tapi penting juga sih blog ini. Karna banyak hal-hal yang nggak pantas aku sampaikan langsung ke kalian, tapi mungkin harus kalian tau. Baca blog ini berarti anda sudah paham konsekuensinya bahwa mungkin saja nama anda bakal disebut disini, meski saya sebenarnya tidak ingin menyampaikannya kepada anda.
.
Ini harus digarisbawahi. Semua yg saya tulis disini adalah hal-hal yang anda sebenarnya nggak harus tau. hanya saja saya ingin menulisnya, jadi berpura-puralah nggak baca. haha,
karepmu ding...
.
oke, lanjut nulis wis lah...
apa ya?
hmm... aku lengser dari PU LPM. Akhirnya. Lega. Tapi masih ngganjel sebenernya. Ada hal-hal yang aku kecewa dengan diriku sendiri saat di jabatan itu. Aku nggak maksimal disana.
Aku mulai belajar terjun ke masyarakat lewat revitalisasi kali pepe, program pemkot Solo. Dan dapet job renovasi rumah tinggal di mojosongo. Seneng sekaligus takut. Akhirnya aku sampai ke tahap ini... Bismillah...
.
Ada hal - hal lain yang secara ajaib terjadi begitu saja baru-baru ini. Banyak sekali yang membuatku terkeget-kaget dengan diriku sendiri. Aku ingat beberapa waktu yang lalu, pas menyadari aku udah 20 tahun, bukan lagi umur yang muda. Aku hanya punya waktu beberapa tahun lagi untuk dikatakan masih 'muda', tapi apa yang udah aku lakukan? Ya, semacam pertanyaan seperti itu. Nothing. Cuma beberapa penghargaan, beberapa pencapaian. Ada sesuatu yang masih membuatku berfikir ada yang terlewatkan. Entahlah, sampai sekarang pun aku masih mencari-cari.. sedikit kehilangan arah, dan tak tahu arah jalan pulang... halah!
.
Aku baru saja pulang dari pertemuan warga di daerah gilingan, solo. Merencanakan sebuah program jangka pendek dan jangka panjang untuk membangun kali pepe. Bertemu orang-orang hebat. Dapat banyak sekali ilmu baru dari sana. Tentang pohon zodiak, tentang pengolahan limbah plastik menjadi minyak, tentang banyak hal yang aku mungkin terlalu lelah untuk mengetikkanya satu per satu.
.
Sebelumnya saat aku, raha sama rd ngobrolin proyek bu Yati di balaikota, DTRK, ada seseorang yang mendengar pembicaraan kami dan dia tertarik. Dia bercerita tentang gedung bekas bioskop yang ada didalam sriwedari yang sekarang bocor dimana-mana. Disana sering ada event pemutaran film indie. Dan kalau kami tertarik, boleh main kesana, renovasi sekalian. Nggak tau kenapa, tiba-tiba adernalinku naik. Diotakku langsung terencana ide mau diapakan gedung itu. Ide tentang gedung gallery kesenian, tentang pemanfaatan gedung bioskop sebagai sarana pemutaran film indie yg lebih layak. Ide tentang perencanaan tempat pameran dg kelas internasional. Ide tentang solusi masalah karya TA yang terbuang sia-sia di gellery kampus ISI, Ide tentang segalanya. Dan entahlah. Proyek ini mau aku ambil apapun resikonya!!! Setotal mungkin!
Kayak kata pak jokowi, kalo nggak moncer sampai keluar negri, mending nggak usah sekalian. Oke, lupakan galau-galauan, lupakan sakit hati-sakit hatian, lupakan nunggu nungguan, lupakan mas mas tak tergapai, lupakan mas mas yang itu dan yang itu. Selesaikan proyek 18,6 juta bu Yati, cuss ke proyek Rumah Solo dan Bioskop Sriwedari!!!
.
Dulu, sebelum aku belok kanan ke hobby.ku, cita-cita jadi dokter bener-bener menuhin otakku. Aku punya cita-cita yang dulu menurutku luarbiasa kalau aku bisa dapet itu. Cita-cita pengen masuk kedokteran, setelah lulus ambil spesialis jiwa, setelah itu kerja beberapa tahun di rumah sakit, punya suami yang juga dokter, buka praktik dirumah, lalu punya panti jompo. Kenapa dokter jiwa? Jawabanku saat itu, aku suka sama seni, dan aku pengen jadi dokter. Dokter yang ada hubunganya sama seni cuma dokter jiwa, karena sama-sama hubungannya sama perasaan.
Cita-cita yang dulu kuanggap setinggi langit itu, kalau sekarang aku inget rasanya pengen ketawa. Ya. Aku gagal jadi dokter. Tapi karena aku gagal meraih mimpi sepanjang masa itu, akhirnya daripada nurunin cita-cita jadi bidan ato perawat aja, aku nggak mau. Kalo gagal jadi dokter, aku mau belok ke hobby. Ke seni, dan aku suka merancang dari dulu, semua hubungannya tentang merancang, desain fashion, arsitektur, tata kota, dll, dll, aku suka. Itu yang akhirnya aku ambil. Desain Interior. Ajaib, karena memang sejak pertama kali aku ngerjain ujian disini, aku langsung jatuh cinta. Ada hal-hal yang aku nggak bisa jelasin. Rasanya seperti masuk ke duniaku, kayak nemuin adik yang udah lama aku cari. Dan disini, cita-citaku saat masih pengen jadi dokter itu tiba-tiba terlalu simple.
Disini, ditempatku yang sekarang, dengan banyak orang, menjadi yang terbaik bukanlah hal yang sulit. Lalu tiba-tiba saja aku bertemu dengan orang banyak. Diantara mereka banyak orang-orang hebat. Dan disini aku belajar banyak hal. Tentang kesetiaan, tentang mimpi, tentang rasionalitas, tentang cinta tanah air, tentang kebahagiaan, tentang hidup, tentang segalanya.
Dan mimpiku dari sekedar menjadi seorang dokter jiwa berkembang. Banyak sekali hal yang aku rencanakan dari sekarang. Ada 15 pencapaian didalamnya, salah satunya yang paling aku suka adalah ide buka warung makan bakso-mie ayam di korea, dengan cabang di jepang, munchen, jerman, kanada, brazil dan turki. Dengan catatan aku nggak buka cabang satu pun di indonesia. Ide lainnya yang juga aku suka adalah ide bikin panti jompo yang memang sudah aku impikan bahkan sejak aku masih SMP. Kenapa nggak panti asuhan? Memang sih, anak-anak adalah generasi penerus bangsa. Banyak anak-anak yang ditelantarkan, dan lainya dan lainya. Tapi pernah nggak sih mikir gini. Memang banyak anak-anak kecil yang seharusnya bisa diberdayakan, untuk lebih dimanusiawikan. Tapi sudah banyak kan gerakan-gerakan sosial serupa? Tapi siapa yang pernah terpikir mengurusi simbah-simbah yang udah renta, nggak punya siapa siapa, sok tau, bau, galak, susah diatur? Bayangkan kondisi mereka. Teman-temannya banyak yang sudah tidak ada. Anak cucunya sibuk dengan urusan pribadinya. Tubuhnya sudah capek padahal dia masih harus bertahan hidup. Hidupnya hanya bisa diisi dengan mencari uang sekadar bisa hidup sehari, karena dia nggak tau kapan harus meninggal. Tiap hari mengitung hari yang udah dilewati. Bukan untuk apa-apa, hanya menanti tanggal kematiannya. Dan itu bisa terjadi sama kita. Sendirian, ditengah-tengah anak muda yang sudah tak lagi peduli dengan kehidupan tua mereka. Dan masih saja ada yang bertanya kepadaku, 'hah? Panti jompo?'
Sudah paham kenapa panti jompo?
Kalau belum, silahkan cari aku dan ayo kita berdiskusi tentang dunia simbah-simbah.
13 mimpi lainnya aku ceritakan di next postingan karena aku udah capek banget.
.
.
Trus buat kamu yang itu,, iya, yang itu.
Hai.
Capek pakai topeng didepanmu terus...
Kamu nggak capek pakai topeng terus didepanku?
Kapan mau buka?
Heyo... aku tau loh...
haha
..
..
opo sih iki...
yaaa... buat yang ngrasa aja. Yang tadi siang tiba-tiba muncul, berdiri didepanku dan senyum manis sekali. Sampai bikin aku mangap dan melupakan choi yong do sejenak.. haha, lalu setelah itu kamu melambaikan tangan dan pergi.
..
haha
wis lah, capek pengen tidur.
udah ya..
selamat malam,,
terimakasih semuanya,
aku sudah lama menghindarimu... sialkulah kau ada disini...
.
ehm
ehm...
nyanyi..!
Memang sengaja menghindari blog ini beberapa waktu. Membuka blog baru dengan identitas sangat dirahasiakan buat bisa beneran curhat. Nggak kaya disini yang ucah bocor kemana-mana. haha...
Tapi penting juga sih blog ini. Karna banyak hal-hal yang nggak pantas aku sampaikan langsung ke kalian, tapi mungkin harus kalian tau. Baca blog ini berarti anda sudah paham konsekuensinya bahwa mungkin saja nama anda bakal disebut disini, meski saya sebenarnya tidak ingin menyampaikannya kepada anda.
.
Ini harus digarisbawahi. Semua yg saya tulis disini adalah hal-hal yang anda sebenarnya nggak harus tau. hanya saja saya ingin menulisnya, jadi berpura-puralah nggak baca. haha,
karepmu ding...
.
oke, lanjut nulis wis lah...
apa ya?
hmm... aku lengser dari PU LPM. Akhirnya. Lega. Tapi masih ngganjel sebenernya. Ada hal-hal yang aku kecewa dengan diriku sendiri saat di jabatan itu. Aku nggak maksimal disana.
Aku mulai belajar terjun ke masyarakat lewat revitalisasi kali pepe, program pemkot Solo. Dan dapet job renovasi rumah tinggal di mojosongo. Seneng sekaligus takut. Akhirnya aku sampai ke tahap ini... Bismillah...
.
Ada hal - hal lain yang secara ajaib terjadi begitu saja baru-baru ini. Banyak sekali yang membuatku terkeget-kaget dengan diriku sendiri. Aku ingat beberapa waktu yang lalu, pas menyadari aku udah 20 tahun, bukan lagi umur yang muda. Aku hanya punya waktu beberapa tahun lagi untuk dikatakan masih 'muda', tapi apa yang udah aku lakukan? Ya, semacam pertanyaan seperti itu. Nothing. Cuma beberapa penghargaan, beberapa pencapaian. Ada sesuatu yang masih membuatku berfikir ada yang terlewatkan. Entahlah, sampai sekarang pun aku masih mencari-cari.. sedikit kehilangan arah, dan tak tahu arah jalan pulang... halah!
.
Aku baru saja pulang dari pertemuan warga di daerah gilingan, solo. Merencanakan sebuah program jangka pendek dan jangka panjang untuk membangun kali pepe. Bertemu orang-orang hebat. Dapat banyak sekali ilmu baru dari sana. Tentang pohon zodiak, tentang pengolahan limbah plastik menjadi minyak, tentang banyak hal yang aku mungkin terlalu lelah untuk mengetikkanya satu per satu.
.
Sebelumnya saat aku, raha sama rd ngobrolin proyek bu Yati di balaikota, DTRK, ada seseorang yang mendengar pembicaraan kami dan dia tertarik. Dia bercerita tentang gedung bekas bioskop yang ada didalam sriwedari yang sekarang bocor dimana-mana. Disana sering ada event pemutaran film indie. Dan kalau kami tertarik, boleh main kesana, renovasi sekalian. Nggak tau kenapa, tiba-tiba adernalinku naik. Diotakku langsung terencana ide mau diapakan gedung itu. Ide tentang gedung gallery kesenian, tentang pemanfaatan gedung bioskop sebagai sarana pemutaran film indie yg lebih layak. Ide tentang perencanaan tempat pameran dg kelas internasional. Ide tentang solusi masalah karya TA yang terbuang sia-sia di gellery kampus ISI, Ide tentang segalanya. Dan entahlah. Proyek ini mau aku ambil apapun resikonya!!! Setotal mungkin!
Kayak kata pak jokowi, kalo nggak moncer sampai keluar negri, mending nggak usah sekalian. Oke, lupakan galau-galauan, lupakan sakit hati-sakit hatian, lupakan nunggu nungguan, lupakan mas mas tak tergapai, lupakan mas mas yang itu dan yang itu. Selesaikan proyek 18,6 juta bu Yati, cuss ke proyek Rumah Solo dan Bioskop Sriwedari!!!
.
Dulu, sebelum aku belok kanan ke hobby.ku, cita-cita jadi dokter bener-bener menuhin otakku. Aku punya cita-cita yang dulu menurutku luarbiasa kalau aku bisa dapet itu. Cita-cita pengen masuk kedokteran, setelah lulus ambil spesialis jiwa, setelah itu kerja beberapa tahun di rumah sakit, punya suami yang juga dokter, buka praktik dirumah, lalu punya panti jompo. Kenapa dokter jiwa? Jawabanku saat itu, aku suka sama seni, dan aku pengen jadi dokter. Dokter yang ada hubunganya sama seni cuma dokter jiwa, karena sama-sama hubungannya sama perasaan.
Cita-cita yang dulu kuanggap setinggi langit itu, kalau sekarang aku inget rasanya pengen ketawa. Ya. Aku gagal jadi dokter. Tapi karena aku gagal meraih mimpi sepanjang masa itu, akhirnya daripada nurunin cita-cita jadi bidan ato perawat aja, aku nggak mau. Kalo gagal jadi dokter, aku mau belok ke hobby. Ke seni, dan aku suka merancang dari dulu, semua hubungannya tentang merancang, desain fashion, arsitektur, tata kota, dll, dll, aku suka. Itu yang akhirnya aku ambil. Desain Interior. Ajaib, karena memang sejak pertama kali aku ngerjain ujian disini, aku langsung jatuh cinta. Ada hal-hal yang aku nggak bisa jelasin. Rasanya seperti masuk ke duniaku, kayak nemuin adik yang udah lama aku cari. Dan disini, cita-citaku saat masih pengen jadi dokter itu tiba-tiba terlalu simple.
Disini, ditempatku yang sekarang, dengan banyak orang, menjadi yang terbaik bukanlah hal yang sulit. Lalu tiba-tiba saja aku bertemu dengan orang banyak. Diantara mereka banyak orang-orang hebat. Dan disini aku belajar banyak hal. Tentang kesetiaan, tentang mimpi, tentang rasionalitas, tentang cinta tanah air, tentang kebahagiaan, tentang hidup, tentang segalanya.
Dan mimpiku dari sekedar menjadi seorang dokter jiwa berkembang. Banyak sekali hal yang aku rencanakan dari sekarang. Ada 15 pencapaian didalamnya, salah satunya yang paling aku suka adalah ide buka warung makan bakso-mie ayam di korea, dengan cabang di jepang, munchen, jerman, kanada, brazil dan turki. Dengan catatan aku nggak buka cabang satu pun di indonesia. Ide lainnya yang juga aku suka adalah ide bikin panti jompo yang memang sudah aku impikan bahkan sejak aku masih SMP. Kenapa nggak panti asuhan? Memang sih, anak-anak adalah generasi penerus bangsa. Banyak anak-anak yang ditelantarkan, dan lainya dan lainya. Tapi pernah nggak sih mikir gini. Memang banyak anak-anak kecil yang seharusnya bisa diberdayakan, untuk lebih dimanusiawikan. Tapi sudah banyak kan gerakan-gerakan sosial serupa? Tapi siapa yang pernah terpikir mengurusi simbah-simbah yang udah renta, nggak punya siapa siapa, sok tau, bau, galak, susah diatur? Bayangkan kondisi mereka. Teman-temannya banyak yang sudah tidak ada. Anak cucunya sibuk dengan urusan pribadinya. Tubuhnya sudah capek padahal dia masih harus bertahan hidup. Hidupnya hanya bisa diisi dengan mencari uang sekadar bisa hidup sehari, karena dia nggak tau kapan harus meninggal. Tiap hari mengitung hari yang udah dilewati. Bukan untuk apa-apa, hanya menanti tanggal kematiannya. Dan itu bisa terjadi sama kita. Sendirian, ditengah-tengah anak muda yang sudah tak lagi peduli dengan kehidupan tua mereka. Dan masih saja ada yang bertanya kepadaku, 'hah? Panti jompo?'
Sudah paham kenapa panti jompo?
Kalau belum, silahkan cari aku dan ayo kita berdiskusi tentang dunia simbah-simbah.
13 mimpi lainnya aku ceritakan di next postingan karena aku udah capek banget.
.
.
Trus buat kamu yang itu,, iya, yang itu.
Hai.
Capek pakai topeng didepanmu terus...
Kamu nggak capek pakai topeng terus didepanku?
Kapan mau buka?
Heyo... aku tau loh...
haha
..
..
opo sih iki...
yaaa... buat yang ngrasa aja. Yang tadi siang tiba-tiba muncul, berdiri didepanku dan senyum manis sekali. Sampai bikin aku mangap dan melupakan choi yong do sejenak.. haha, lalu setelah itu kamu melambaikan tangan dan pergi.
..
haha
wis lah, capek pengen tidur.
udah ya..
selamat malam,,
terimakasih semuanya,
Sabtu, 26 Oktober 2013
Bunga Krisan
Geregetaaaan banget mau nulis ketahan terus. Tapi akhirnya aq tau aku emang kudu nulis ini. Kangen perasaan plong tiap klik 'publikasi'...
Entahlah... dua hari ini sedikit membuatku kacau. bukan sedikit. Banyak. Banyak membuatku kacau...
Ya. Sejak awal aku sudah tau, kira-kira endingnya bakalan kayak gini. Aku tau sejak awal emang kita nggak pernah bisa ngapa-ngapain selain temenan segokil biasanya. Aku tau. Ya. Sedikit banyak aku paham gimana skenario semuanya... Dan sepertinya tadi malam semuanya berjalan dengan sangat baik. Sangat baik,.. sungguh! Bahkan pada bagian aku melarikan diri...
haha *tertawa getir...
Nggak ada yg aku sesalkan. Karna ya emang harus kayak gini. Tapi, walaupun berkali-kali aku bilang aku baik-baik saja pada diriku sendiri. Berkali-kali aku meyakinkan bahwa semua ini kadarnya cuma dikit, tapi tetep aja sakit bro! Buset! Aku kayak gini 2 kali dalam satu semester dengan orang yg berbeda! Hah!
Siang itu, hmm.. kemaren... aku menghilang, err... tepatnya aku kabur gara2 temen2 ngebicarain kalian berdua.. haha..tolol... aku kabur 2 kali dengan alasan yg sama. 'Aku mau jemput raha dulu ya!' Siang itu, aku kabur ke perpustakaan. Berbicara baik-baik sama diriku sendiri bahwa semua akan berjalan seperti yg seharusnya. Siang itu aku mencoba merayu diriku sendiri agar tenang dan berjalan mengikuti arus. Jangan berontak. Jangan sampai ada yg tau satu orang pun. Tapi sialnya, seperti yg juga udah aku tau, aku nggak berhasil merayu diriku sendiri. Menghindari tatapan ibu perpus, akhirnya cengengku nggak ketulungan di toilet perpus. Please banget pokoknya. Bauuu bro...!
Nyesek karena kejadian nggak penting barusan. Nyesek karena aku tau adegan selanjutnya. Nyesek karena aku sendirian. Nggak ada yg bisa aku curhatin kayak biasanya. Gini ni kalo punya masalah sama temen sendiri. Aku curhat sama siapa coba? -_-
Dan malamnya, setelah membuat satu setengah liter kopi americano, aku mandi. Berkaca didepan cermin, dan bilang. 'dia malam ini sepertinya bakal bawa orang itu, kuat ya ndari...'
Aku berangkat tanpa prasangka apapun. Menyiapkan segala hal yg bakal terjadi. Menenangkan diri. Berbicara pada diri sendiri bahwa semuanya akan baik- baik saja. Parkir di parkiran. Lalu berjalan menuju ke arah yang kau beritahu.
Dan aku melihatmu. Dan melihatnya!!! Astaga!!!
Gak tau, tapi rasanya aku hilang ingatan setelah itu, yg jelas aku inget kalo aku sama sekali nggak senyum, aku sama sekali nggak ngeliat dia. Aku hanya duduk didepan kalian yg sedang membicarakan entah apa. Tertawa berdua. Orang disebelahku siapa aku lupa mengajakku berbiacara dan hanya ku tanggapi sekadarnya. Aku mencoba mencari matamu sebentar. Dan dapat. Entahlah kau bicara apa. Tapi saat itu juga aku berdiri, menyodorkan alasan konyol mencari raha, dan kabur. Pergi. Menahan segalanya pecah didepanmu.
Aku pergi mencari pertahanan lain, mencoba bergabung dengan UKM yg aku ikuti, tapi ternyata aku hanya sanggup menitipkan kopi americano pesenan raha, lalu kabur lagi. Pulang. Cengeng sepanjang jalan. Dari taman eden sampai depan gerbang rumah. Masuk rumah. Kunci gerbang. Matiin lampu. Masuk kamar. Ganti baju. bersembunyi didalam selimut. Berusaha terlelap. Berusaha melupakan sesuatu yang aku baru tahu ternyata bisa semenyakitkan itu. Semuanya ku lakukan tanpa ekspresi. Mengucapkan sesuatu yang terdengar seperti 'all is well' berulang kali. Berdzikir berulang kali tanpa ekspresi. Tapi selimutku basah entah dari mana. Dan aku tak bisa benar-benar tertidur malam itu. Berfikir lama sekali. Sampai kepalaku pusing sekali.
Hari ini, untungnya ada masalah pameran dan PMW yang membuatku bisa mencaci maki sesuatu. Ada raha yang ikut mencaci maki kedua masalah itu. Ada sebuah alamat web yang membuat perhatianku tersita sepanjang hari. Diajak raha ambil uang 3 juta buat dihambur2kan di petra. PETRA!! Saat seperti ini benar-benar pilihan yg tepat buat masuk ke Petra! Bener2 hilang ingatan disana. Apalagi sambil mengantongi uang berjuta-juta yang memang harus dihabiskan.
Aku bener-bener plong sepanjang hari. Hanya saja, pulang ke sini, malamun di mobil sambil mendengarkan lagu-lagu yg nggak jelas, lagi-lagi aku ingat semuanya dan rasanya seperti kehilangan sesuatu yang mnenyenangkan. Rasanya seperti ada sesuatu yang dititipkan ke tanganku, sesuatu yang sangat menyenangkan, dan tiba-tiba saja diambil oleh pemiliknya.
Seperti seorang anak kecil yang diambil mainan kesuakaannya. Entahlah, sesuatu seperti itu.
Aku nggak tau aku bakal gimana kedepannya. Aku akan bertingkah seperti biasanya. Hanya saja aku nggk akan lagi tidur di kosmu. Nggak akan lagi memintamu mengajari ini itu. Nggak akan lagi sering-sering main ke kosmu. Tapi selain itu aku akan seperti biasanya. Suatu hari kalau bima udah ada di hidupku, akan ku kenalkan kau pada bima. Sebagai tiyang.nya!
Hah,
Entahlah.
Aku rasa cukup untuk hari ini.
El clasico benar-benar menarik perhatianku. Setidaknya disana banyak cowok-cowok ganteng yg bisa aku andai-andaikan jadi bapaknya bima. Hahaha... -_- please ndar!
Oiya, kenapa nama postingannya bunga krisan? Karena hari itu, aku tau, bunga krisan cantik sekali...
Entahlah... dua hari ini sedikit membuatku kacau. bukan sedikit. Banyak. Banyak membuatku kacau...
Ya. Sejak awal aku sudah tau, kira-kira endingnya bakalan kayak gini. Aku tau sejak awal emang kita nggak pernah bisa ngapa-ngapain selain temenan segokil biasanya. Aku tau. Ya. Sedikit banyak aku paham gimana skenario semuanya... Dan sepertinya tadi malam semuanya berjalan dengan sangat baik. Sangat baik,.. sungguh! Bahkan pada bagian aku melarikan diri...
haha *tertawa getir...
Nggak ada yg aku sesalkan. Karna ya emang harus kayak gini. Tapi, walaupun berkali-kali aku bilang aku baik-baik saja pada diriku sendiri. Berkali-kali aku meyakinkan bahwa semua ini kadarnya cuma dikit, tapi tetep aja sakit bro! Buset! Aku kayak gini 2 kali dalam satu semester dengan orang yg berbeda! Hah!
Siang itu, hmm.. kemaren... aku menghilang, err... tepatnya aku kabur gara2 temen2 ngebicarain kalian berdua.. haha..tolol... aku kabur 2 kali dengan alasan yg sama. 'Aku mau jemput raha dulu ya!' Siang itu, aku kabur ke perpustakaan. Berbicara baik-baik sama diriku sendiri bahwa semua akan berjalan seperti yg seharusnya. Siang itu aku mencoba merayu diriku sendiri agar tenang dan berjalan mengikuti arus. Jangan berontak. Jangan sampai ada yg tau satu orang pun. Tapi sialnya, seperti yg juga udah aku tau, aku nggak berhasil merayu diriku sendiri. Menghindari tatapan ibu perpus, akhirnya cengengku nggak ketulungan di toilet perpus. Please banget pokoknya. Bauuu bro...!
Nyesek karena kejadian nggak penting barusan. Nyesek karena aku tau adegan selanjutnya. Nyesek karena aku sendirian. Nggak ada yg bisa aku curhatin kayak biasanya. Gini ni kalo punya masalah sama temen sendiri. Aku curhat sama siapa coba? -_-
Dan malamnya, setelah membuat satu setengah liter kopi americano, aku mandi. Berkaca didepan cermin, dan bilang. 'dia malam ini sepertinya bakal bawa orang itu, kuat ya ndari...'
Aku berangkat tanpa prasangka apapun. Menyiapkan segala hal yg bakal terjadi. Menenangkan diri. Berbicara pada diri sendiri bahwa semuanya akan baik- baik saja. Parkir di parkiran. Lalu berjalan menuju ke arah yang kau beritahu.
Dan aku melihatmu. Dan melihatnya!!! Astaga!!!
Gak tau, tapi rasanya aku hilang ingatan setelah itu, yg jelas aku inget kalo aku sama sekali nggak senyum, aku sama sekali nggak ngeliat dia. Aku hanya duduk didepan kalian yg sedang membicarakan entah apa. Tertawa berdua. Orang disebelahku siapa aku lupa mengajakku berbiacara dan hanya ku tanggapi sekadarnya. Aku mencoba mencari matamu sebentar. Dan dapat. Entahlah kau bicara apa. Tapi saat itu juga aku berdiri, menyodorkan alasan konyol mencari raha, dan kabur. Pergi. Menahan segalanya pecah didepanmu.
Aku pergi mencari pertahanan lain, mencoba bergabung dengan UKM yg aku ikuti, tapi ternyata aku hanya sanggup menitipkan kopi americano pesenan raha, lalu kabur lagi. Pulang. Cengeng sepanjang jalan. Dari taman eden sampai depan gerbang rumah. Masuk rumah. Kunci gerbang. Matiin lampu. Masuk kamar. Ganti baju. bersembunyi didalam selimut. Berusaha terlelap. Berusaha melupakan sesuatu yang aku baru tahu ternyata bisa semenyakitkan itu. Semuanya ku lakukan tanpa ekspresi. Mengucapkan sesuatu yang terdengar seperti 'all is well' berulang kali. Berdzikir berulang kali tanpa ekspresi. Tapi selimutku basah entah dari mana. Dan aku tak bisa benar-benar tertidur malam itu. Berfikir lama sekali. Sampai kepalaku pusing sekali.
Hari ini, untungnya ada masalah pameran dan PMW yang membuatku bisa mencaci maki sesuatu. Ada raha yang ikut mencaci maki kedua masalah itu. Ada sebuah alamat web yang membuat perhatianku tersita sepanjang hari. Diajak raha ambil uang 3 juta buat dihambur2kan di petra. PETRA!! Saat seperti ini benar-benar pilihan yg tepat buat masuk ke Petra! Bener2 hilang ingatan disana. Apalagi sambil mengantongi uang berjuta-juta yang memang harus dihabiskan.
Aku bener-bener plong sepanjang hari. Hanya saja, pulang ke sini, malamun di mobil sambil mendengarkan lagu-lagu yg nggak jelas, lagi-lagi aku ingat semuanya dan rasanya seperti kehilangan sesuatu yang mnenyenangkan. Rasanya seperti ada sesuatu yang dititipkan ke tanganku, sesuatu yang sangat menyenangkan, dan tiba-tiba saja diambil oleh pemiliknya.
Seperti seorang anak kecil yang diambil mainan kesuakaannya. Entahlah, sesuatu seperti itu.
Aku nggak tau aku bakal gimana kedepannya. Aku akan bertingkah seperti biasanya. Hanya saja aku nggk akan lagi tidur di kosmu. Nggak akan lagi memintamu mengajari ini itu. Nggak akan lagi sering-sering main ke kosmu. Tapi selain itu aku akan seperti biasanya. Suatu hari kalau bima udah ada di hidupku, akan ku kenalkan kau pada bima. Sebagai tiyang.nya!
Hah,
Entahlah.
Aku rasa cukup untuk hari ini.
El clasico benar-benar menarik perhatianku. Setidaknya disana banyak cowok-cowok ganteng yg bisa aku andai-andaikan jadi bapaknya bima. Hahaha... -_- please ndar!
Oiya, kenapa nama postingannya bunga krisan? Karena hari itu, aku tau, bunga krisan cantik sekali...
Selasa, 15 Oktober 2013
Losing My Mind
Hai selamat bertemu lagi..
Aku sudah lama menghindarimu...
* haha... menghindarimu selama 8 tahun, bahkan sejak pertama kali aku menyukaimu...
hmpf...
Nggak lucu banget kejadian kemaren...
Pulkam, pijitan trus hibernasi.. tidur lamaa banget
dan kau tiba - tiba saja masuk ke mimpiku... begitu nyata... begitu dalam...
apa yang kau lakukan disini?
Kapan kau akan muncul?
Bangun tidur dengan mata berkunang-kunang dan badan sakit semua. Dan seharian terpaksa menahan emosi gara-gara kenangan-kenangan delapan tahun lalu tiba-tiba saja memenuhi otakku...
Apa sih yang terjadi?
Bahkan tadi malam smsmu nyasar masuk ke handphoneku...
Tanpa diduga.
Tanpa alasan.
Kapan terakhir kali kita saling menyapa seperti ini? Satu setengah tahun lalu?
Hah!
Apa-apaan kau!
Mungkin maksudmu hanya sekedar menyapa..
Mungkin maksudmu hanya sekedar menjalin silaturahmi kembali? Iya kan?
Tapi jujur saja, kata-katamu satu setengah tahun silam benar-benar mengangguku.
Apalagi saat aku bilang aku akan menunggumu, aku akan tetap ada disini, bahkan ketika kau tak datang. Dan kau tak mencegahku. Tidak sama sekali. Satahun lalu = ayo nikmati festival perasaan ini.
Apa?
Karena kau sebenarnya akan datang?
Aku tau kau bukan tipe orang yang suka mempermainkan perasaan, bahkan tidak kepadaku sejak awal.
Tapi, kalau kau sebenarnya akan datang, kenapa lama sekali?
Dan apa-apaan semalam?
Hah!
Aku sudah terbiasa denganmu yang selalu saja berada disana. Salalu satu jengkal dari jarak terjauh yang bisa aku gapai. Mr tak tergapai?
Berapa lama lagi? Ini sudah tahun ke delapan... 2 tahun lagi supaya bisa genap 1 dekade?
Aku tak tahu masih bisa selama itu atau aku akan bosan denganmu...
Tapi tak pernah. tak pernah sekalipun.
Aku sudah lama menghindarimu...
* haha... menghindarimu selama 8 tahun, bahkan sejak pertama kali aku menyukaimu...
hmpf...
Nggak lucu banget kejadian kemaren...
Pulkam, pijitan trus hibernasi.. tidur lamaa banget
dan kau tiba - tiba saja masuk ke mimpiku... begitu nyata... begitu dalam...
apa yang kau lakukan disini?
Kapan kau akan muncul?
Bangun tidur dengan mata berkunang-kunang dan badan sakit semua. Dan seharian terpaksa menahan emosi gara-gara kenangan-kenangan delapan tahun lalu tiba-tiba saja memenuhi otakku...
Apa sih yang terjadi?
Bahkan tadi malam smsmu nyasar masuk ke handphoneku...
Tanpa diduga.
Tanpa alasan.
Kapan terakhir kali kita saling menyapa seperti ini? Satu setengah tahun lalu?
Hah!
Apa-apaan kau!
Mungkin maksudmu hanya sekedar menyapa..
Mungkin maksudmu hanya sekedar menjalin silaturahmi kembali? Iya kan?
Tapi jujur saja, kata-katamu satu setengah tahun silam benar-benar mengangguku.
Apalagi saat aku bilang aku akan menunggumu, aku akan tetap ada disini, bahkan ketika kau tak datang. Dan kau tak mencegahku. Tidak sama sekali. Satahun lalu = ayo nikmati festival perasaan ini.
Apa?
Karena kau sebenarnya akan datang?
Aku tau kau bukan tipe orang yang suka mempermainkan perasaan, bahkan tidak kepadaku sejak awal.
Tapi, kalau kau sebenarnya akan datang, kenapa lama sekali?
Dan apa-apaan semalam?
Hah!
Aku sudah terbiasa denganmu yang selalu saja berada disana. Salalu satu jengkal dari jarak terjauh yang bisa aku gapai. Mr tak tergapai?
Berapa lama lagi? Ini sudah tahun ke delapan... 2 tahun lagi supaya bisa genap 1 dekade?
Aku tak tahu masih bisa selama itu atau aku akan bosan denganmu...
Tapi tak pernah. tak pernah sekalipun.
Aku bahkan tak sanggup membakar semua diaryku dulu.
Ya aku ke pantai. Membawa semuanya. Aku lepaskan. Tapi entahlah... tak pernah lepas nang, sekalipun. Tak pernah.
Aku masih selalu dengan ekspresi konyol saat baca namamu, masih dengan jantung yang berdetak lebih kencang saat liat foto fesbukmu yg tiba-tiba nongol. Lebih parah lagi karena selalu dengan hati yang mencelos tiap kali aku tau aku tak pernah benar-benar lepas darimu.
Kau tau, aku menulis semua omong kosong ini dengan perasaaan tak karuan. Perasaan seperti ini cuma saat aku memikirkan omong kosongku denganmu. Aku sudah sangat mengenal jenis perasaan tertekan seperti ini. perasaan tertekan yang halus dan hangat...
Ah, sudahlah... aku tak akan memikirkan sesuatu yang tak perlu ku pikirkan kan? Aku tak tau kapan ini akan berhenti, atau apakah bisa berhenti jika sudah seperti ini parahnya. Well, tetap harus selalu berusaha kan? 8 tahun selalu dengan harapan aku enyah dari sini. Dari bocah ingusan polos 8 tahun silam, sampai detik ini... bukan karena aku membencimu. justru karena aku tak bisa membencimu. Tak pernah. Tak pernah sedikitpun...
Terimakasih untuk senyummu tadi malam, yang meskipun hanya ilusiku di dalam mimpi, tapi cukup parah membuatku terguncang seperti ini. Apalagi setelah itu kau tiba-tibasaja menyapaku lewat hp bututku... benar-benar membuatku tercenung...
festival ini benar-benar membuatku lelah,
kemarilah secepatnya, atau aku akan pulang...!
Rabu, 09 Oktober 2013
Malam ini, bersama segelas kopi yang terlanjur dingin...
Lembur ngerjain dulux young competition...
Rehat sejenak, buka fesbuk, namamu muncul.
Stalking sejam... stalking fesbukmu, dan stalking fesbuk mantanmu. Cantik banget sumprit... asem...!
Haha...
Aku nulis blog nunggu sepi... beberapa minggu kemaren rame banget ini blog.. sekarang udah mulai sepi, mulai aktif nulis lagi... haha,,, tapi kamu nggak baca blog ini kan? Nggak lucu banget sumpah kalo kamu juga baca! Ngooook!
Gatau mau nulis apa sebenernya. Butuh nulis aja. Biar tuts.nya kepencet semua.. 3 hari ini yg dipencet cuma Esc, Ctrl, Shift, M, C, O, Enter tok... Berasa dipingit sama autoCAD n Google Sketchup....
Nggak tau kenapa gondok banget malam ini, cuma gara2 stalking fb.mu..
haaahhh....!
Ini tinggal beresin gambar kerja, pindahi ke corel... panel 2 jadi.. Pas makul DI III, ngrender 3D, pas istirahat bikin corel panel 3, langsung di cetak, habis makul aksesoris interior, cuss ke JNE. Slesai perkara!
Bahagia itu sederhana...
Sesederhana nyabutin komedo...
Sesedarhana ngirim karya hasil begadang 5 hari...
Sesederhana makan lotis di keraton...
Sesederhana ide desainnya di acc dosen...
Sesederhana liat kamu ketawa gara-gara kelakuanmu sendiri... dasar gila!
2:05 WIB
Dan aku masih diam disini, mengetik ini sembari meluruskan tulang punggung. Menikmati segelas kopi yg udah terlanjur dingin, dan berseri-seri puas melototin panel 1. Panel konsep.
Diiming-imingi tur ke Dubai, syaratnya cuma nggak tidur beberapa hari, kenapa enggak? Walaupun targetku bukan menang sih... seenggaknya aku ngirim karya ini... pokoknya kudu kekirim, urusan menang nggak menang udah urusan Kementrian KeTuhanan... aku udah nglakuin bagianku kan...
Malam ini temanya adalah kamu dan gambar kerjaku bersama dengan segelas kopi...
Well, apapun itu, aku harap kita tetap seperti ini saja kawan...
Saling mengerti, saling berbagi, tetap gilaa, tetap nggak jelas... stay on innocent...
Itu saja.
Jangan lebih dari itu.
Kita memang hanya sebatas itu, dan memang harus sebatas itu saja.
Aku akan ikuti arusku, dan semuanya akan baik-baik saja.
Tak akan ada yg terjadi, bahkan tentang apa yg aku khawatirkan beberapa bulan terakhir ini.
Udah ah, capek ngetiknya... Lanjut beresin gambar kerja... besok dikiriiimmm...
Semangat...! Kyaaaaa.....!
Rehat sejenak, buka fesbuk, namamu muncul.
Stalking sejam... stalking fesbukmu, dan stalking fesbuk mantanmu. Cantik banget sumprit... asem...!
Haha...
Aku nulis blog nunggu sepi... beberapa minggu kemaren rame banget ini blog.. sekarang udah mulai sepi, mulai aktif nulis lagi... haha,,, tapi kamu nggak baca blog ini kan? Nggak lucu banget sumpah kalo kamu juga baca! Ngooook!
Gatau mau nulis apa sebenernya. Butuh nulis aja. Biar tuts.nya kepencet semua.. 3 hari ini yg dipencet cuma Esc, Ctrl, Shift, M, C, O, Enter tok... Berasa dipingit sama autoCAD n Google Sketchup....
Nggak tau kenapa gondok banget malam ini, cuma gara2 stalking fb.mu..
haaahhh....!
Ini tinggal beresin gambar kerja, pindahi ke corel... panel 2 jadi.. Pas makul DI III, ngrender 3D, pas istirahat bikin corel panel 3, langsung di cetak, habis makul aksesoris interior, cuss ke JNE. Slesai perkara!
Bahagia itu sederhana...
Sesederhana nyabutin komedo...
Sesedarhana ngirim karya hasil begadang 5 hari...
Sesederhana makan lotis di keraton...
Sesederhana ide desainnya di acc dosen...
Sesederhana liat kamu ketawa gara-gara kelakuanmu sendiri... dasar gila!
2:05 WIB
Dan aku masih diam disini, mengetik ini sembari meluruskan tulang punggung. Menikmati segelas kopi yg udah terlanjur dingin, dan berseri-seri puas melototin panel 1. Panel konsep.
Diiming-imingi tur ke Dubai, syaratnya cuma nggak tidur beberapa hari, kenapa enggak? Walaupun targetku bukan menang sih... seenggaknya aku ngirim karya ini... pokoknya kudu kekirim, urusan menang nggak menang udah urusan Kementrian KeTuhanan... aku udah nglakuin bagianku kan...
Malam ini temanya adalah kamu dan gambar kerjaku bersama dengan segelas kopi...
Well, apapun itu, aku harap kita tetap seperti ini saja kawan...
Saling mengerti, saling berbagi, tetap gilaa, tetap nggak jelas... stay on innocent...
Itu saja.
Jangan lebih dari itu.
Kita memang hanya sebatas itu, dan memang harus sebatas itu saja.
Aku akan ikuti arusku, dan semuanya akan baik-baik saja.
Tak akan ada yg terjadi, bahkan tentang apa yg aku khawatirkan beberapa bulan terakhir ini.
Udah ah, capek ngetiknya... Lanjut beresin gambar kerja... besok dikiriiimmm...
Semangat...! Kyaaaaa.....!
Rabu, 25 September 2013
Sunset Bersama Tegar
Pertama, aku ucapkan terimakasih
banyak kepada Tegar Karang. Seorang pegawai di salah satu perusahaan sekuritas
terkenal di Jakarta. Terimakasih sudah menjadi paman yang hebat, keren dan
super, bahkan untukku.
Akan aku ceritakan sepotong kisah
dari Tegar. Sepotong kisah yang membuatku tertegun sesaat. Tentang berdamai,
bukan melupakan, separah apapun luka itu…
“Sebenarnya apakah itu perasaan?
Keinginan? Rasa memiliki? Rasa sakit, rasa gelisah, sesak, tidak bisa tidur,
kerinduan, kebencian? Bukankah dengan berlalunya waktu, semuanya seperti gelas
kosong yang berdebu, begitu-begitu saja? Tidak istimewa…
Dalam hidup ini, ada banyak
sekali pertanyaan tentang perasaan yang tidak pernah terjawab. Sayangnya,
cerita ini juga tidak bisa memberikan jawaban pasti atas pertanyaan pertanyaan
itu. Kisah ini ditulis hanya untuk menyediakan pengertian yang berbeda, melalui
sebuah kisah keluarga hebat di pantai yang elok. Semoga setelah membacanya,
kita akan memiliki satu ruang kecil yang baru di hati, mari kita sebut dengan
‘pemahaman yang baru’” –sunset bersama rosie, tere liye.
Untuk kisah tentang Tegar, bukan
tentang Rosie…. Tentang pengertian yang mendalam oleh sekar…
“Terima kasih untuk ke sekian
kalinya mau bergabung bersama kami, Tegar.” Rosie tersenyum hangat. Tangan
kanannya menarik baju Anggrek yang bersiap mengejar adiknya, menawarkan tangan
untuk memegang kamera dari Nathan.
Kamera itu berganti operator.
Gambar-gambar pantai jimbaran yang dipenuhi pengunjung terlihat bergoyang di
belakang. Suara-suara pengunjung ditingkahi live music ikut terdengar. Sama
seperti malam-malam ini Pantai Jimbaran ramai oleh turis yang menyimak sunset –
meski lebih ramai meja tempat keluarga dengan empat gadis kecil itu sedang
berkumpul.
“Seharusnya kau dating langsung
ke Bali, Tegar. Ikut merayakan kebahagiaan bersama kami.” Nathan tertawa,
menyapa.
Aku ikut tertawa. Tertawa lebar
yang amat tulus. Sungguh mengesankan melihat keluarga Rosie dengan
putri-putrinya. Pernikahan yang sempurna. Amat sempurna.
Aku mengenal Nathan sepanjang usiaku.
Rosie tetanggaku waktu masih kecil di Lombok, terpisah lima rumah. Sebaliknya,
Nathan teman sekolahku sejak sekolah dasar. Ajaibnya meski tinggal hanya
terpisah satu pulau yang jaraknya hanya selemparan batu. Rosie dan aku di Gili
Trawangan, Nathan di Gili Meno, mereka berdua tidak pernah bertemu hingga kami
melanjutkan kuliah di Bandung, itu pun sudah di tahun-tahun terakhir.
Aku yang memperkenalkan mereka
satu sama lain. Dua bulan berkenalan, saat kami bertiga bersama-sama mendaki
gunung Rinjani, Nathan menyatakan perasaanya ke Rosie. Cepat sekali. Teramat
cepat malah. Dua bulan Nathan sebanding dengan dua puluh tahun milikku. Masa
lalu mereka yang indah, sekaligus sungguh masa laluku yang getir.
Enam bulan kemudaian selepas
wisuda, mereka menikah. Dan aku memutuskan pergi. Jauh-jauh hari sebelum itu
terjadi.
Selepas menikah, Nathan dan Rosie
kembali ke Gili Trawangan, salah satu anak pulau di gugusan utara pulau Lombok-kata
gili artinya pulau. Pulau yang dikelilingi terumbu karang memesona. Pulau dengan
air laut yang bening membiru. Kalian bisa melihat dengan jelas dari permukaan
air ribuan ikan yang berenang membentuk formasi. Penyu-penyu menari. Nathan
melanjutkan bisnis keluarga Rosie. Mengelola resor.
Aku memutuskan kerja di Jakarta.
Lima tahun berlalu… lima tahun
yang menyakitkan… lima tahun dengan malam-malam penuh helaan nafas, kerinduan
yang mendalam dan kesakitan yang teramat sangat…”
…
…
…
Hehe, aq sebenernya mau nerusin
ceritanya, tapi ternyata capek banget ngetiknya… mana dirusuhi bayu sama fanny…
Hm… dari kisah ini aku belajar
banyak hal…. Tentang bagaimana seharusnya menyikapi luka yang teramat dalam…
bukan masalah bagaimana kita pergi sejauh mungkin. Bukan masalah bagaimana kita
seharusnya membenci orang yang menyakiti kita. Masalahnya hanya waktu. Kapan
kita akan mulai berdamai dengan perasaan kita yang terluka… kapan kita akan
berdamai dengan semua perasaan yang meluap-luap itu.. bagaimana kita akan
berdamai dengan kenyataan… bagaimana kita menerima…
Bukan bagaimana kita melupakan…
bukan bagaimana kita membanci… waktu tak mampu dengan mudah mengobati segalanya
jika kita nggak mau berdamai… jika kita terus membeci, jika kita justru
membiarkan luka itu menganga…
Berdamai. Bukan membenci. Bukan
melupakan. Berdamai dengan diri sendiri.. dengan perasaanmu… berdamai dengan
segalanya… berdamai dengan kenyataan, berdamai dengan dia… dan alam akan
berdansa denganmu, memberimu banyak hal yang lebih indah…. Selalu begitu.
Cobalah!
Terimakasih paman tegar… dan tere
liye, terimakasih untuk ‘Sunset bersama Rosie’ yang untuk kali ini ku ubah
menjadi ‘Sunset bersama tegar..’ Aku sungguh ingin berkunjung ke resormu, di
Gili Trawangan. Suatu hari…
Langganan:
Komentar (Atom)